Aku pengen Mama bahagia, tapi tidak harus menikah lagi, kan?
_Alliya Sandra PratamaBerkali-kali Gama melirik ke arloji yang dia gunakan, arloji itu pemberian Ryhana jadi tidak heran kalau jam tangan itu selalu di gunakan oleh Gama. Ini sudah dua puluh menitan Gama menunggu di Bandara. Kata ibunya, dia harus menjemput kerabatnya yang berada di Surabaya. Ibunya tadi sempat memperlihatkan foto kerabatnya itu, sehingga Gama tidak perlu pusing mencari orangnya.
Gama mendekat ke salah satu orang yang sedang membawa kopernya dan sesekali melihat sekeliling seperti mencari seseorang. "Ibu Sekar?" sapa Gama dengan hangat.
"Iya, kamu Gama?"
"Iya, Bu. Biar saya yang bawakan kopernya." Gama mengambil koper yang ada di tangan Sekar, mengajak Sekar untuk ke mobilnya.
"Nanti dulu, anak Tante lagi di toilet. Nah itu dia." Sekar menunjuk seorang gadis yang sedang berjalan kepada mereka. "Kok lama?"
"Maaf, Ma." Gadis itu tersenyum. Tapi entah kenapa Gama merasa senyuman itu terlihat hambar atau lebih tepatnya tidak ikhlas. "Tadi toiletnya pada penuh."
Akhirnya Gama mengajak mereka berdua menuju mobilnya, membawanya menuju rumahnya karena mereka akan tinggal di rumahnya untuk beberapa hari dan entah sampai kapan itu. Di perjalanan Gama hanya mengobrol dengan Sekar sedangkan anaknya yang bernama Sandra hanya diam, bahkan sampai di rumah gadis itu tetap saja diam.
"Gama, antarkan barang Sandra ke kamarnya. Pasti dia capek," ujar Kartika, ibunya Gama setelah anaknya itu pulang.
"Baik, Bu." Gama membawakan koper Sandra menuju kamar tamu. "Nanti kalau lo minta sesuatu lo bisa panggil gue atau Bi Wanda."
Sandra hanya diam, membiarkan Gama keluar lalu mengunci pintu kamarnya tanpa mengucapkan terima kasih sedikitpun. Sedangkan Gama yang melihat tingkah sombong gadis itu hanya menganggat bahu. Gama berjalan menuju ruang tamu, duduk di samping Ibunya yang sedang ngobrol dengan Sekar.
"Nggak nyangka jika kamu bakalan menikah dengan sepupu saya. Emang ya, jodoh nggak akan kemana. Padahal kalian dulu sering berantem eh sekarang dapat kabar akan menikah," ujar Kartika sambil memukul bahu Sekar sambil tertawa pelan.
"Iya, padahal aku udah bersumpah nggak akan pernah nikah dengan dia."
"Bagaimana dengan Sandra, dia setuju?"
Senyuman yang mengembang di bibir Sekar mulai memudar saat mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Sepertinya tidak. Tapi aku harap itu cuman perasaan aja."
Gama yang mendengarnya hanya mengangguk mengerti. Pantas saja cewek tadi kerjaannya cuma diam, ternyata itu sebagai alat pelampiasannya karena tidak setuju jika Ibunya kembali menikah. Gama menoleh ke kamar Sandra, dan mendapati gadis itu sedang mengintip ke arah mereka, namun karena ketahuan dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Sekarang, Gama tau perasaan gadis itu.