Dua belas panggilan tidak terjawab yang di dapatkan oleh Ryhana dari Bara, namun tidak satupun panggilan yang di jawab oleh gadis itu. Bahkan Bara telah mengirim pesan meminta Ryhana untuk mengangkat teleponnya tapi tetap saja tidak di gubris oleh Ryhana.
Semenjak pindah rumah, Ryhana merasa bebas dari gangguan Bara. Bahkan Ryhana tidak perlu menjadi pembantu Bara lagi. "Kak, rujaknya tambah satu lagi."
Setiap sore sepulang sekolah, Ryhana selalu membeli rujak di warung depan tempat dia tinggal sekarang. Ryhana memilih ngekos di dekat sekolah. Jadi dia tidak perlu berangkat naik taxi atau bajaj. Hanya berjalan beberapa menit, Ryhana telah sampai di sekolah sekalian berhemat uang.
Ryhana belum memberi tau Maminya kalau dia pindah. Kalau di kasih tau, Ryhana bakalan diomelin habis-habisan makanya Ryhana lebih memilih diam. "Makasih, Kak." Rujak yang ketiga siap di santap oleh ryhana. Entah kenapa Ryhana saat ini sangat menyukai rujak
Saat Ryhana menyuap yang terakhir, perut Ryhana rasanya sangat mulas bahkan Ryhana merintih kesakitan. Sebenarnya Ryhana tidak bisa makan yang pedas, tapi gadis itu terlalu nakal.
Ryhana membayar uang rujak yang di makannya,setelah itu pergi meninggalkan warung. Saat ingin membuka pintu kos, seseorang memanggil nama Ryhana. "Lo? Dari mana lo tau gue tinggal di sini?" tanya Ryhana kaget melihat keberadaan Bara.
"GPS."
"Kadi selama ini lo menguntit gue?"
"Buat jaga-jaga."
"Maksudnya?"
Bara berjalan melewati Ryhana, masuk ke dalam rumah tanpa izin dari gadis itu. "Takutnya lo tinggal barang om-om."
"Secara tidak langsung lo bilang gue pelacur."
"Gue nggak bilang." Bara duduk di atas sofa tanpa di suruh oleh pemilik rumah. "Lo sendirian di sini?"
"Nggak, bareng om-om."
"Ibu gue nyuruh untuk pulang ke rumah. Makanya gue jemput lo ke sini."
Perut Ryhana yang terasa mules tadi mendadak hilang semenjak melihat Bara. "Gue udah bilang sama lo, kalau gue nggak akan pernah pulang ke rumah itu lagi."
"Gitu?" Bara meletakan ponselnya di atas meja. Di layar ponsel dapat terlihat bahwa Bara sedang teleponan dengan Soffie, Mamanya Ryhana.
"Lo curang." Ryhana mengambil ponsel tersebut, tatapan benci kepada Bara tidak luput di berikan oleh Ryhana. "Halo, Mi."
"Udah berani kamu, ya. Siapa yang nyuruh kamu buat pergi dari rumah Tante Bella?
"Dari awal hana udah bilang sama Mami, kalau Hana ingin hidup mandiri. Lagian Hana nggak suka tinggal di sana."
"Oh gitu? Kamu mau hidup mandiri? Oke, Mami setuju. Mulai sekarang uang jajan kamu nggak akan pernahami transfer. Kamu cari aja uang sendiri, dengan begitu kamu bisa hidup mandiri." Soffie mematikan telepon secara sepihak, tidak tau bagaimana ekspresi Ryhana saat ini.
Ponsel Bara di lempar begitu saja oleh Ryhana. Kalau saja Bara tidak menangkapnya mungkin saja layar ponselnya bakalan pecah. "Kalau lo mau bilang apakah gue puas jawabannya iya. karena uang jajan gue tidak hilang."
"Hidup lo di penuhi hanya dengan uang jajan, ya?"
"Iya."
Tangan ryhana terkepal, dari pada terusan bertengkar dengan cowok itu Ryhana lebih memilih membereskan barangnya.
🎻🎻
"Mau kemana, sih? Katanya pulang, tapi kenapa lewat jalan ini? Kalau mau pulang ya pulang aja, nggak usah mampir di lain tempat," ujar Ryhana sambil menggerutu kesal.