20

105 19 0
                                    

Andai saja senyuman yang selalu terukir bukanlah kepalsuan untuk menutupi luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai saja senyuman yang selalu terukir bukanlah kepalsuan untuk menutupi luka.
_ Hati yang tegar

🎻


Setelah mengantarkan Ryhana pulang, Bara kembali keluar rumah untuk bertemu dengan Caramel. Gadis itu meminta Bara menemuinya di tempat biasa, dan mana mungkin Bara bisa menolaknya. "Sorry, Ra gue telat. Lo udah nunggu lama?" tanya Bara sambil duduk di hadapan Caramel. Untung saja Caramel sudah memesan minum untuknya, karena saat ini Bara sangat haus.

"Sekitar satu jam. Tadi gue juga bertemu dengan Marvell. Lo pasti kaget karena gue ketemu lagi dengan Marvell setelah berjanji tidak akan menghubungi dia lagi. Sorry."

"Gue yakin lo punya alasan." Bara memberikan cokelat yang di belinya di minimarket tadi, karena yakin jika Caramel akan kesal kepadanya karena telat datang.

"Gue yakin, lo lagi ngidam cokelat." Hanya kepada Caramel, Bara ngomong panjang lebar seperti itu, bahkan kepada orang tua dan temannya malah singkat padat dan nggak jelas.

Cokelat, mungkin hanya itu obat penenang Caramel di saat dirinya stress, dan untung saja Bara mengerti akan hal itu. "Lo tau apa yang gue suka," ujar Caramel sambil memakan cokelat yang di berikan oleh Bara tersebut. "Kenapa telat? Karena hujan tadi, ya? Atau lo ketiduran?"

"Ketiduran, saat mimpi indah lo malah telepon gue." Bara menatap mata Caramel lama, terlihat jelas mata gadis itu merah, sepertinya habis menangis, tapi menangisi apa? Apa karena Marvell? "Lo nggak papa, Ra?"

"Kenapa?"

"Ra, lo tau jika gue nggak suka kalau lo bohong sama gue. Bilang apa yang terjadi? Nggak mungkin lo minta ketemuan  tanpa alasan."

Bukan Bara namanya jika tidak mengetahui isi hati Caramel, dan bodohnya lagi Caramel tidak bisa menutupi masalahnya di hadapan Bara. "Gue yakin jika lo tau kalau Marvell sudah bertunangan dan akan nikah."

Caramel masih ingat apa yang di katakan oleh Marvell kepadanya tadi, sampai kapanpun Caramel tidak akan pernah lupa.

"Mel, gue yakin kalau lo udah dengar kabar jika gue bakalan bertunangan dengan Gisel. Kalau lo minta balikan dengan gue, gue minta maaf itu nggak akan pernah terjadi." Mungkin saja dulu Marvel menolak perjodohan ini, tapi siapa yang sangka jika dirinya terjebak dalam ikatan pernikahan itu.

Setitik air mata mengalir di pipi Caramel, jika tau seperti ini mengapa Marvell dulu mengejarnya? "Lo lupa janji yang pernah lo buat dengan gue? Vell, lo nggak pernah suka sama gue? Atau gue hanyalah mainan lo doang?"

"Dengan Bara aja, Mel. Gue yakin dia jauh lebih baik dari pada gue." Marvell memberikan kotak yang berisi pemberian Caramel dulu. "Gue pikir, nggak pantas untuk menerima ini. Dari pada gue bakar, lebih baik gue kasih kembali sama lo."

Distance Between Us ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang