ENAM

6.1K 210 1
                                    


Bersama, tapi tidak mendapatkan restu.

Apa ada hal yang lebih menyakitkan dari ini semua?

Aku terbangun dan melihat mama telah duduk disampingku. Aku segera memeluk mama dan menangis sekuatnya. Seakan melepaskan semua rasa yang kupendam selama ini.

"Aeera doakan saja pasti Radka segera sembuh. Dia anak yang kuat,"

"Iya Ma," tuturku dan kemudian papa masuk ke kamar ini juga.

"Kamu sudah bangun, Nak?" tanya Papa.

"Sudah Pa. Papa sama mama kenapa gak kasih tau aku sih kalau ke Jakarta?"

"Kemarin malam Arvino menghubungi kami,"

"Ogitu. Jadi Papa dan Mama segera ke Rumah Sakit karena ingin melihat Radka? Terus tadi Radka gimana Pa, Ma?"

"Dia anak kuat dan akan segera sembuh sekembalinya nanti dari luar negri,"

"Maksud Mama?" tanyaku bingung.

"Iya, Radka dan Arvino sudah berangkat keluar negri tadi Shubuh,"

"Apa??? Gak! kak Arvino gak kasih tau aku ma, pa," tuturku mulai panik dan hendak menghubungi kak Arvino.

"Gak usah hubungi Arvino. Dia pasti masih dijalan dan sibuk mengurusi Radka. Tenanglah Arvino pasti akan melakukan upaya yang terbaik untuk Radka. Dia daddynya. Orang tua pasti bakal rela melakukan apapun untuk kebahagian anaknya," tutur mama.

"Tapi aku Mommynya, Ma" tuturku.

"Mommynya?" tanya Papa dan ku balas anggukan.

"Mommy yang seperti apa kamu saat anak sambungmu sakit kamu justru masih jalan dengan lelaki yang dilarang orang tua kamu?!" tutur Papa menatapku tajam.

Aku terdiam dan menatap Papa, "Maksud Papa apa? Bukankah Arvino sudah bilang aku ada pelajaran tambahan...."

"Arvino bisa saja melakukan itu menutupi keburukan kamu kepada kami. Aku Papa kamu. Aku lebih tau apa yang anakku lakukan!"

"Pa, dengerkan aku dulu,"

"Gak ada yang perlu kamu jelaskan lagi. Arvino sudah memutuskan pertunangan kalian. Dia sudah mengembalikan kamu kepada kami!"

Aku begitu syok mendengarnya, apakah ini kabar bahagia yang Aku nantikan? Tapi kenapa aku begitu kesal, kecewa, dan marah melihat kak Arvino melakukan itu disatat ini?!

"Mama dan papa kamu sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Sejauh apapun kami melarang hubungan kamu dan dia, kamu masih menjalin hubungan dengan dia. Aeera, sampai matipun Mama dan papa kamu tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan Charles...." Mama mulai terisak.

"Ma, Charles tidak seburuk yang Mama kira,"

"Apanya yang tidak buruk Aeera? Dia berbeda agama dengan kita. Kamu tau, Mama dan papa tidak akan pernah merestui kamu pindah agama dan menikah dengan seorang yang berbeda keyakinan dengan kita. Itu dosa besar, nak!" Mama mulai histeris.

"Ma, Charles itu baik...."

"Baik bukan jaminan kedepannya Aeera. Berpikirlah pakai otak kamu, keyakinan kamu dan dia berbeda! Mama dan papa saja tidak merestui kalian apalagi Tuhan!"

"Ma,"

"Cukup Aeera! Sekarang kamu fokus dengan kuliah kamu. Mama dan papa tidak ingin lagi mendengar kamu masih berhubungan dengan Charles!"

"Tapi Charles sudah melamarku,"

"Apakah dia memintamu pada kami? Tidak kan?! Dan itu bukan lamaran Aeera! Berhentilah menjalin hubungan dengan dia, kuliah yang benar. Arvino mengizinkan kamu masih tinggal di rumah ini, tapi semua terserah kamu mau tinggal disini atau mau kos. Yang terpenting jangan lagi menjalin hubungan dengan Charles!"

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang