EMPAT LIMA

4.5K 183 11
                                    


Terkadang perasaan seringkali bermain dengan kebahagian,

Hingga perih menyadarkan bahwa ada luka,

Di atas tawa mereka yang kau perjuangkan

ARVINO POV

Aeera ikut menghilang setelah kepergian papa, mama dan orang tua Nesya dari Kantorku saat itu. Aku berusaha mengejar dan mencegahnya, namun Aeera tidak mau mendengarkan sedikitpun ucapanku. Dia memintaku tidak mengikutinya dan yang ku tau dia kembali ke Surabaya.

Sudah puluhan bahkan ratusan kali aku mencoba menghubunginya, namun nihil tidak ada sedikitpun jawaban darinya. Pesan yang ku kirimkan tidak pernah ada balasan.

"Ma, Aeera dimana?"

"Aeera di rumah Vin. Dia di kamar,"

"Syukurlah Ma. Aeera baik-baik sajakan Ma?"

"Iya dia baik-baik saja. Cuma setelah pulang dari Jakarta kemarin dia lebih banyak mengurung diri di kamar. Katanya mau belajar untuk mempersiapakan diri bekerja di Perusahaan papa. Hmmm kenapa ya Vin?"

"Ma, Vino ingin bicara sesuatu...."

"Kenapa Vin? Aeera di Jakarta nginap di Apartemen kamukan?"

"Iya Ma,"

"Syukurlah, Mama khawatir. Kirain dia tidur dimana,"

"Mama harus yakin, Aeera anak yang baik dan sangat sayang papa dan mama. Dia tidak akan mengecewakan papa dan mama,"

"Iya Nak, makasihya Vin. Vino, Mama sangat beruntung mengenal dan menganggap kamu seperti anak Mama sendiri. Mama berharap Aeera bisa menemukan pendamping hidup sebaik kamu,"

"Ma, Vino mau bicara sesuatu...."

"Oh iya, kenapa Mama yang jadi ngoceh terus. Kenapa Vin? Tentang pernikahan kamu ya? Maafkan Mama dan papa ya Nak. Kamu terpaksa menerima lamaran itu. Mama benar-benar tidak paham harus melakukan apa," Mama terisak menangis dari seberang telfon.

"Ma, Vino mohon Mama jangan menangis. Vino akan melakukan apapun demi kebahagiaan papa dan Mama,"

"Terimakasihya Nak. Vino gak usah pusing dengan segala persiapan. Biarkan saja keluarga Nesya yang mengatur semua ini. Kamu tau semua keluarga Papa saat ini sangat bergantung dari kemurahan hati kamu menerima Nesya dan beberapa kali orang tua Nesya memohon kepada Papa. Makanya papa dan Mama juga merasa terjebak dan tidak adil dalam situasi ini, situasi yang harus mengorbankan perasaan kamu Nak,"

"Mama jangan terisak terus. Mama jangan menangis lagi ya... Vino gak ingin melihat Mama menangis,"

"Mama beruntung punya Vino. Tetaplah menjadi anak Mama yang seperti ini ya,"

"Iya Ma."

Telfonku dan mama berakhir begitu saja.

Aku diam dalam kegelapan malam. Menatap foto yang terpajang di dinding kamar. Aku, Aeera, dan Radka. Aku sangat merindukan suasana ini. Namun aku tau, sesuatu yang telah pergi tidak akan mungkin kembali utuh. Aeera kenapa kamu pergi begitu saja? Apakah ini memang sepenuhnya karena ucapan orang tua kamu di kantor? Atau Apakah kamu masih malu dengan statusku yang duda? Apa perbedaan usia yang cukup jauh diantara kita merupakan salah satu faktor yang membuat Aeera pergi?Apakah ini cara kamu pergi Aeera?

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang