DUA SATU

4.8K 184 0
                                    


Cinta menenggelamkanku sejauh ini,

Membuatku melupakan harapan kecil di mata orang tuaku.

Kami memasuki Bioskop dan sudah bersiap untuk menyaksikan film komedi yang dipilih mama dan papa. Aku dan kak Arvino hanya menuruti keinginan kedua orang tuaku yang tampak kasmaran malam ini. Aku duduk diapit oleh kak Arvino dan mama, sementara papa duduk di sebelah mama. Film yang diputar kali ini benar-benar lucu dan itu berhasil membuat kak Arvino si operator menikmati film tersebut. Rasanya aku tidak pernah melihat kak Arvino bisa tertawa lepas tanpa henti sedari tadi. entah itu karena mengolok-olokku atau beneran tertawa karena suatu hal yang lucu. Kenapa kak Arvino tidak menjadi operator malam ini? Karena Hpnya aku ambil dan kumatikan. Biarin, sekali-kali kak Arvino bisa menikmati harinya.

Satu jam lebih film itu diputar, tiba-tiba aku mulai merasa badanku meriang dan tanganku bentol-bentol.

"Kamu kenapa? Garuk-garuk terus," ujar kak Arvino setengah berbisik padaku.

Ternyata kak Arvino memperhatikanku.

"Gak tau, Kak. Gatel-gatel semua badan aku,"

"Coba aku lihat," Kak Arvino menarik tanganku dan melihatnya,

"Ini bentol-bentol gini. Badan kamu juga mulai panas. Kamu sakit?" tanyanya.

"Sssst, Kak! Pelan-pelan suaranya, ini bioskop. Aku juga gak mau merusak suasana hati papa dan mama. Kayaknya ini karena seafood tadi,"

"Aeera, Aeera...." ujarnya hanya bisa menarik nafas melihat aku cengengesan, "Aku beliin obat dulu di luar. Kamu lanjut nonton aja," ujarnya hendak berdiri.

"Jangan Kak," tuturku menahan tangannya.

"Kamu mau nunggu apa?!" tuturnya tampak kesal.

"Jangan bikin papa, mama khawatir. Aku beneran gak apa-apa. Cuma gatal-gatal doang. Ntar juga baikan. Ayo nonton aja Kak," tuturku memohon.

"Udah gak nafsu nontonnya!" tuturnya memalingkan wajahnya dariku.

Aku hanya bisa menarik nafas melihat sikap kak Arvino yang terkesan sangat lebay malam ini,

"Sini," ujarnya mengambil alih tanganku, "Jangan digaruk kayak gitu, nanti bisa luka," ujarnya kemudian mengusap-usap tanganku.

"Kakak nonton aja,"

"Aku bilang udah gak minat, ya berarti gak minat!!" ujarnya dengan ketus.

Hingga film ini berakhir, kak Arvino tak henti mengusap-usap tanganku yang bentol.

"Filmnya seru banget ya!" ujar mama dan papa saat film itu selesai dan bertepatan dengan lampu yang menyala dan saat itu juga mereka langsung terdiam sembari senyum karena melihat kak Arvino masih mengusap-usap tanganku.

"Apaan sih Ma, Pa. Jangan mikir yang aneh-aneh," ujarku melepaskan tanganku dari kak Arvino.

"Sok tau kamu, emang kamu pikir Papa dan Mama mikirin apa?" mama mulai lagi menggodaku.

"Pa, Ma jangan mulai deh!" ketusku.

"Vino, kamu mau kemana lagi?" tanya papa.

"Kita pulang aja yuk Pa. Aeera,"

"Gak!" aku memotong pembicaraan kak Arvino.

Aku masih ingin menikmati malam ini berjalan-jalan dengan mereka.

"Kenapa Aeera?" tanya mama.

"Palingan Vino capek ma di jutekin terus ama Aeera," tutur papa sembari senyum-senyum gak jelas.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang