Ini kenyataan, bukan mimpi!
menerima dan mulai mengikuti alur,
Meski awal masih buta akan akhir
Dua Minggu telah berlalu dari kepergian Radka dan selama itu juga aku tidak pernah keluar dari kamarnya. Aku sangat terpuruk rasa dan menyesal karena tidak mampu memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Radka. Aku seringkali egois pada Radka dan aku sangat menyesali itu semua. Tapi, bukankah kini semua sia-sia?! Meskipun aku menangis di sini Radkaku tak pernah kembali menemaniku dan menghapus air mataku. Entah bagaimana caranya aku menghilangkan bagian yang paling menyakitkan ini dari benakku. Aku ingin Radka tetap di sini.
"Maafkan Mommy Nak. Maafkan Mommy...." Hanya itu yang selalu keluar dari mulutku.
Orang-orang memang selalu benar kita baru akan menyadari setelah kehilangan dan saat kematian menghilangkan semuanya kita bisa apa selain menangis dan berdoa untuk semua sesal yang tak pernah padam. Aku tidak tau suasana di luar Kamar Radka. Yang aku ingat seminggu yang lalu aku bertengkar hebat dengan kak Arvino dan semenjak itu kak Arvino tidak pernah menemuiku lagi di kamar Radka dan aku juga tidak tau dia dimana dan sedang apa.
Ya, pertengkaran itu aku tau semua salahku. Kak Arvino berusaha membuatku bangkit dan menghentikan kesedihanku ini, tapi aku tetap tidak bisa hingga pada akhirnya dia melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan,
"Kamu bukan ibu kandungnya Aeera. Jadi aku mohon jangan bersikap seperti ini. Radka merindukan ibu kandungnya jadi biarkan dia tenang di sana!"
Ya itu adalah akhir kalimat yang di teriakan kak Arvino sebelum akhirnya kami tidak pernah saling bertemu satu minggu ini.
Tok tok tok!
"Masuk saja," lamunanku buyar ketika sebuah ketukan dari luar kamar Radka.
Kemudian pintu itu terbuka dan,"Aku ganggu?" tanya lelaki yang baru saja aku ingat.
"Gak. Masuk saja," tuturku kemudian melipat mukenah dan menaruh foto Radka.
"Hei," tuturnya kemudian menatapku yang duduk di bibir tempat tidur Radka.
"Hei," tuturku singkat.
"Sudah makan?" tanya kami bersamaan.
Dan kemudian kami sama-sama terdiam lagi."Aku belum makan. Kamu?" tanyanya yang masih berdiri di dekat pintu.
"Belum...." jawabku.
"O, ya...." ujarnya kembali terdiam.
Kemudian aku menatapnya, aku melihat keadaannya yang mungkin sama kacaunya denganku,
"Kamu dari kantor?" tanyaku.
"Ya, sudah 5 hari ini aku di kantor dan tidur di sana," akunya.
"Oh ya?" Aku tak percaya.
"Ya, aku merasa sangat jahat padamu malam itu," akunya.
"Sudahlah jangan dibahas. Kamu benar, aku memang bukan ibu kandungnya...."
"Aeera, aku mohon maaf. Malam itu aku sangat frustrasi melihat kamu satu Minggu tidak mau keluar kamar dan tidak makan. Aku sangat khawatir. Aku jauh lebih terpukul melihat ini semua. Pemakaman Radka masih basah dan kamu bersikap seolah terkubur di dalamnya. Berulangkali kamu pingsan selama satu minggu itu dan kamu selalu hilang dari sini dan aku temukan pingsan di makam Radka. Aku hancur Aeera, aku benar-benar gak kuat melihat kamu seperti ini...." ujarnya duduk di lantai di dekat kakiku.
Aku hanya bisa menangis mendengar pengakuannya.
"Kita sama-sama hancur kehilangan buah hati kita. Kehilangan arah hidup kita, kehilangan keceriaan, kehilangan semangat hidup dan bahkan kehilangan semua harapan. Tapi, hidup tidak akan berhenti dengan sendirinya bagi kita yang bernafas. Radka gak pernah pergi Aeera, dia ada di setiap doa dan hati kita. Dia bisa saja jauh lebih sedih melihat kita terpuruk. Aeera. Kamu taukan orang tuaku telah meninggal dan cuma Radka satu-satunya yang sedarah denganku di dunia ini. Sekarang Radka pergi, aku bisa saja mati karena aku tidak tau untuk siapa aku bekerja keras seperti sekarang. Namun aku tau, Tuhan memberikan aku kehidupan dan aku harus menjalaninya bukan?. Setelah kepergian Radka seringkali aku bertanya pada diriku sendiri, buat siapa aku hidup? Dan jawabannya buat diriku sendiri dan aku sangat ingin melihat kamu bahagia Aeera. Entah pada akhirnya kemana takdir akan membawa kita, tapi aku benar-benar ingin kamu bahagia. Jadi aku mohon, demi alasan aku bertahan di dunia ini. Kita sama-sama bangkit lagi ya. Doa kita setiap hari kepada Radka akan membuat dia tersenyum di alam sana. Kamu percaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomanceFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...