DUA EMPAT

4.7K 179 0
                                    


Aku tidak pernah tau bahwa dunia luas yang kau genggam,

bisa hancur seketika disaat hatimu aku lukai

Haruskah aku merasa bersalah dan bertanggungjawab atas semua ini?

Saat ini aku dan kak Arvino sedang menyantap makanan setalah menunggu dengan sangat lama. Kami makan dalam diam dan seperti biasanya kak Arvino kembali sibuk dengan ponselnya itu. Mungkin dia chat sama Nesya?! Aku sengaja menaruh gelas ke meja dengan kasar dan menimbulkan bunyi, hingga akhirnya perhatian ke ponselnya teralihkan menatapku.

"Tangan kamu pegel megang gelas?"

"...."

"Aeera, aku bicara dengan kamu,"

"Gak usah sok-sok aku kamuan deh! Ntar wanita yang dari tadi Kakak chat itu marah!" tuturku sembari bangkit dari duduk mengangkat piring kotor ke wastafel.

"Gak usah di cuci. Kita harus bicara,"

"Bicara ya bicara aja. Gak ada hubungannya dengan aku nyuci piring!"

"Eh, maaf Tuan, Nyonya," tutur nanny yang tiba-tiba muncul di Dapur.

"Ya, ada apa nanny?" tanya kak Arvino hampir bersamaan denganku.

"Nyonya, piringnya biar saya saja yang cuci,"

"Yaampun gak usah. Kamu istirahat saja sana," tuturku.

"Sebenarnya saya mau bicara sama Nyonya dan Tuan," ujar nanny tampak ragu.

"Kenapa? Radka?" ujarku lagi dan lagi bersamaan dengan kak Arvino.

"Bukan Tuan, Nyonya. Ini tentang saya,"

"Kenapa? Keluarga kamu baik-baik sajakan?" tanya kak Arvino.

"Alhamdulillah baik Tuan. Semua juga berkat bantuan tuan yang selalu memberi saya gaji yang lebih dari yang seharusnya,"

"Itu sudah kewajiban saya. Kamu juga selalu menjaga Radka saat kami tidak di rumah. Lalu katakan ada apa? Apa kamu lagi butuh sesuatu?" tanya kak Arvino pada nanny yang sudah duduk di hadapannya.

Selesai mencuci piring, aku ikut bergabung duduk di samping nanny.

"Sa... saya bingung Tuan harus ngomong gimana,"

"Kenapa nanny? Katakan saja," tuturku mengusap bahunya pelan.

"Saya sangat sayang sekali dengan den Radka. Tuan dan Nyonya juga sangat baik pada saya, tapi,"

"Nanny, apa ada sesuatu yang membuatmu tidak betah?" tutur kak Arvino menatap nanny.

"Bukan itu Tuan. Semuanya sangat baik dan saya sangat betah. Tapi, saya harus pulang kampung. Pacar saya di kampung sudah ingin menikah dengan saya, kalau saya tidak segera pulang hubungan kami akan berakhir Tuan,"

Aku dan Kak Arvino sesaat sama-sama terdiam. Begitu kaget mendengar omongan wanita yang berumur 30 tahun ini.

"Kapan Nanny diminta pulang?"

"Saya harus pulang besok Tuan, sebenarnya sudah dari minggu kemarin. Cuma karena Tuan dan Nyonya nampaknya sedang sibuk saya takut menyampaikan. Dan dari tadi pagi saya sudah kepikiran dia terus. Saya sayang sama pacar saya itu Tuan, Nyonya...."

"Apakah benar itu alasan Nanny?" tanyaku.

"Iya Nyonya. Saya berani sumpah saya tidak bohong,"

"Kamukan bisa chat saya atau Aeera sebelumnya. Saat ini kamu bicara tengah malam dan besok kamu akan pergi. Kamu tau sendiri saya tidak akan bisa menemukan pengganti kamu dalam waktu yang singkat ini. Saya boleh bicara dengan pacar kamu?"

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang