EMPAT TIGA

4.5K 182 19
                                    


Rancangan mimpi di masa datang,

terkadang perlu dilukiskan dari kenyataan pahit di masa terdahulu

"Aeera?!" Sekretaris kak Arvino seantusias itu melihat aku berdiri di depan meja kerjanya.

"Ssst!" Aku memintanya mengecilkan volume suara.

"Gue udah gak ngerti lagi sama suami lu itu. Hidupnya makin kacau dan jarang pulang. Lama-lama dia gak pernah lagi mungkin ngerasain matahari, masa iya nginap di Kantor!"

"Gue juga bingung. Berarti kak Arvino kembali ke Perusahaan yang di sini Mbak?"

"Kayaknya sih iya. Lu mau ketemukan? Gue bilangin ya,"

"Becandain dulu Mbak," ujarku kemudian berbisik pada sekretaris kak Arvino dan dibalas anggukan.

"Maaf Pak, ada pelamar yang ingin melamar Pak," ujar sekretaris kak Arvino menghubungi kak Arvino via telfon.

"Pelamar? Kamu kenapa bilang itu pada saya, tolong urus perdivisi yang membutuhkan saja!" ujar kak Arvino terdengar kesal.

"Tapi, dia katanya dipanggil Bapak,"

"Saya? Tidak. Saya tidak pernah menghubungi siapapun. Saya lagi sibuk!"

"Terus ini gimana Pak. Dia ngotot pengen masuk,"

"Panggil security saja!"

"Udah Pak. Tapi, dia beberapa kali masuk lagi,"

"Baiklah. Saya akan segera keluar!"

Aku dan sekretaris kak Arvino cekikan menahan tawa.

"Aeera, lu tanggungjawab ya kalau gue dimarahi. Jangan sampe di pecat aja,"

"Iya Mba. Makasihya!"

"Iya. Eh tu doi udah mau keluar. Lu mau ngapain?"

"Doikan ke sini, gue langsung masuk ruangannya ya. Jadi ntar dia waktu balik ke ruangannya kaget ada gue. Dan lu bilang aja tuh orang hilang gak tau kemana,"

"Oke!"

Saat kak Arvino menuju meja sekretarinya, aku segera masuk ke dalam ruangan kak Arvino dan duduk di kursi kebesarannya.

Tidak berapa lama kemudian terdengar langkah kaki menuju ruangannya diiringi bunyi pintu yang tertutup kemudian.

"Hei, kamu siapa?!" Teriaknya kesal.

Aku mengangkat wajahku dan tersenyum. Dia berhenti berjalan mengusap kasar wajahnya.

"Gak lucu Aeera!" ujarnya kesal kemudian duduk di kursi yang berhadapan denganku dan hanya dibatasi meja kerjanya dan setumpuk berkas kerjaannya.

"Emang aku ngelucu?"

"Tadi yang meminta sekretaris saya nelfon, kamu juga?"

"Iya!"

"Biar apa?"

"Ngasih kejutan tadinya. Taunya malah dimarahin!" Kesalku.

"Kapan kamu sampai Jakarta?"

"Semalam,"

"Terus tidur dimana? Kenapa gak ngabarin?"

"Rahasia!"

"Aku nanya kamu tidur di mana?"

"Aku laper. Ayo makan...."

"Jawab dulu, kamu tidur dimana? Di tempat cewekkan?"

"Rahasia!"

"Bilang Aeera,"

"Gak! Ayo makan!"

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang