Izinkan Papa dan Mama bahagia bersamamu, Nak!
Permintaan sederhana dari orang tua yang hanya bisa dijawab oleh air mata.
Pagi yang cerah, matahari yang begitu hangat. O, bukan hangat tapi panas. Aku melirik jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Aku segera mandi dan turun ke bawah. Seketika aku teringat Kak Arvino kemarin kemana saja. Aku mendengar suara tawa dari arah dapur. Aku menuju ke sana dan ku lihat mama sedang memasak bersama seorang wanita yang lumayan cantik dengan postur tubuh tinggi dan sedikit bohay. Siapa dia?
"Selamat pagi Mama!" tuturku.
Mama dan wanita itu berbalik dan menatapku.
"Selamat pagi sayang. Anakku yang tersayang ayo kenalan dulu dengan Kakak ini,"
"Aeera," tuturku mengulurkan tangan.
"O, ini Aeera. Nama kamu sudah sangat sering aku dengar dan akhirnya bisa ketemujuga. Saya Nesya,"
"Oiya Kak Nesya. Kakak sering ketemu mama?" tanyaku bingung.
"Baru dua kali ketemu Mama,"
"O, Mama bisaan ya sekarang gaulnya ma anak muda. Biar makin muda ya Ma? Hahaha!" tawaku pecah.
"Hahaha!" tawa mama dan Kak Nesya ikut pecah."Yaudah ayo kita sarapan!"
"Papa sama Kak Arvino kemana, Ma?" tanyaku karena tidak melihat dua sosok lelaki itu.
"Ya kemana lagi kalau bukan ngurusin kerjaan. Padahal harusnya mereka libur dan menghabiskan waktu bersama kita sekarang," tutur mama sewot.
"Yaampun Ma ingat umur. Mama selalu gini Kak, kalau papa ninggalin Mama di hari Sabtu," nyinyirku dan menarik sudut bibir mama membuat mama tersenyum pada akhirnya.
"Kamu belum ngerasain sih kalau nikah dengan lelaki yang gila kerja,"
"Udah Ma, kasihan Kak Nesya gak jadi makan. Ayo kita makan!" tuturku bersemangat.
Selanjutnya kami menghabiskan sarapan dalam diam dan sibuk dengan makanan masing-masing. Selesai makan kak Nesya segera pamit, karena ternyata dia juga wanita karir yang akan mengadakan pertemuan di Hari Sabtu.
***
"Aeera, mama senang sekali kamu di sini. Mama ingin sekali egois memiliki kamu di rumah ini. Mama ingin kamu tetap di Surabaya bersama Mama dan papa,"
Ucapan mama membuatku sesaat mendongak ke atas, menatap mama yang sedari tadi sibuk mengepang rambutku.
"Nak, Mama begitu kesepian. Mama sedih sekali, Nak...." mama kemudian memalingkan wajahnya.
Aku tau mama menangis,
"Mama...." aku memeluk mama dengan hangat.
"Aeera, Mama sangat menyayangimu, Nak. Semenjak Mama dinyatakan positif bisa hamil dan ada kamu dalam rahim Mama, kamu tau papa dan Mama berusaha selalu menjaga kamu. Hingga kamu terlahir kami sangat bahagia. Tidak ada satupun hal yang bisa menggambarkan kebahagiaan kami, Nak. Makanya selama ini kami bersikap sangat posesif terhadap kamu. Karena kamu anak satu-satunya kami. Kamu tau sendirikan, Mama dulu sempat dinyatakan tidak bisa hamil. Tapi, Tuhan selalu punya rencana yang sangat indah. Kami punya kamu pada akhirnya di waktu yang sangat tepat,"
"Ma,"
"Biarkan Mama bicara dulu Aeera. Kamu tau setiap hari Mama hanya bisa menangisi kamu. Mama sedih sekali saat mengetahui kamu lebih memilih orang asing yang berbeda keyakinan dengan kita dibandingkan orang tuamu sendiri. Mama memang bukanlah seorang ibu yang bisa kamu banggakan selama ini, karena sifat Mama yang suka hura-hura ke sana kemari. Tapi, semenjak Arvino memulangkan kamu pada kami. Mama merasa hancur dan sangat malu pada Tuhan. Mama tidak pernah sadar bahwa pergaulan Mama selama ini mempengaruhi penilaian kamu. Mama benar-benar buruk, Nak. Tapi, Mama sudah berubah sekarang. Ada atau tidaknya papa di rumah, Mama tidak pernah meninggalkan rumah untuk berfoya-foya lagi. Mama hanya duduk di rumah dan selalu berharap Aeera tiba-tiba pulang dan memeluk Mama. Mama selalu bermohon setiap saat agar Tuhan mengampuni dosa Mama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomansaFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...