SEBELAS

5.4K 216 1
                                    


Cinta itu mungkin setiap air mata yang kita keluarkan untuknya,

namun kasih mampu menghapusnya disaat hati selalu berduka.

Cinta dan kasih, apakah satu nama?

"Aeera, mata lu sembap banget? Lu habis nangis? Lu kenapa deh?!"

"Gak apa-apa, Kak Rena,"

"Xmantan?" tanyanya dan ku balas dengan gelengan.

"Cowoklu kan?! Gue lihat lu habis telfonan langsung nangis. Kenapa doi?"

"Ntar aja ya, Kak. Gue tenangin diri gue dulu,"

"Iya. Semangatya. Lu udah sarapan?"

"Ntar aja, Kak...."

"Aeera, lu gak mau sakitkan? Sana, buruan sarapan!"

"Gak, Kak. Kak, kak Arvino ada di ruangan gak sih?" tanyaku.

"Ada,"

"Aku mau ke sana dulu ya,"

"Iya."

***

Agak susah memang jika keruangan kak Arvino, apalagi aku hanya anak magang. Aku harus bertemu dulu dengan sekretarisnya dan harus bohong dulu kalau kak Arvino yang memintaku ke sini. Dan untunglah kali ini kak Arvino mengiyakan kepada sekretarisnya. Akupun kini telah duduk dikursi dan di depannya ada kak Arvino yang menatapku, sementara di mejanya begitu banyak berkas-berkas yang menumpuk. Ya, kami hanya dibatasi sebuah meja.

"Kenapa Aeera?" tanyanya.

Dan ku hanya diam ,

"Aeera. Are you oke? Ini kerjaan?" tanyanya dan aku balas dengan gelengan.

"Masalah pribadi, Charles?" tuturnya dan ku balas anggukan.

"Katakan saja, Aeera...." aku hanya diam menunduk, "Udah, Kakak tanda tangani aja berkas-berkasnya!" kesalku.

"Ada apa?" tanyanya lagi.

"Tanda tangani aja berkas-berkas itu, Kak!" kesalku.

"Oke!" tuturnya kemudian sibuk kembali dengan berkas-berkasnya, namun sesekali pandangannya tetap tertuju padaku.

Lebih dari empat puluh menit, aku melihat dia sibuk menandatangi berkas-berkas itu,

"Gak pegel, Kak?"

"Menurut Kamu?"

"Iya,"

Itu tau. Jadi kenapa?" tanyanya dan masih sibuk dengan berkas.

"Kerja aja dulu, Kak!"

"Hebatya anak magang di kantor ini, berani memerintah CEO kerja, sementara dia sendiri,"

"Sombong banget! Gini-gini kita pernah tunangan!" kesalku.

"Ohya?!" tanyanya dan kemudian menatapku sembari menahan senyum.

"Iya, kalau Kakak lupa besok aku kasih lihat cincin tunangannya!"

"Hahaha!"

"Ada yang lucu?!"

"Gak! Jadi, itu mata bengkak habis nangis? Charles marah karena kamu sibuk akhir-akhir ini?"

"Iya,"

"Yaudah kamu jelasin aja kerjaan disini gimana. Masa iya karena itu doang kamu nangis,"

"Dia menuduh aku jadi simpenan om-om di sini, dia memandang aku serendah itu, Kak. Dia kasar sekali menuduhku...." aku kembali terisak.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang