Sikapmu kian berubah,
Dan kau seakan membiarkan musim membawaku pada keadaan yang berbeda,
Hingga kita tak sadar ada udara yang mulai berubah berada diantara kita
Hari ini di kantor berjalan seperti biasanya. Tentu saja hari ini aku punya tujuan. Begitu pulang kerja aku akan langsung menuju rumah itu dan mencari tau sendiri dimana Radkaku. Aku tidak perlu berbasa basi rasanya menanyai Radka kepada kak Arvino. Aku mendatangi kediaman itu. Dan aku melihat wajah-wajah baru dirumah itu. Aku tidak mengenal mereka semua dan benar saja ternyata rumah itu sudah dijual. Lalu, dimana radkaku?!
Telah seminggu rasanya aku satu kantor dengan kak Arvino. Namun kami sama-sama bersikap tidak saling mengenal. Dia sih yang bersikap seperti itu, beda halnya dengan aku yang seakan ingin mencekiknya. Aku kembali memasuki kantor selepas jam makan siang yang ku habiskan dengan makan siang bersama Charles di depan kantor dan tentu saja selalu diakhiri dengan cekcok sindiran dari Charles pada akhir percakapan.
"Nyonya...." ujar suara itu mengagetkanku.
"Nanny?!" ujarku bebrinar seakan menemukan jalan.
"Nyonya kerja di tempat tuan sekarang?"
"Aku magang nanny. Nanny apa kabar? Dimana Radka? Aku rindu sekali nanny," aku mulai terisak.
"Den Radka ada di Apartemen, Nyonya. Sekarang sudah mulai baikan,"
"Ya Tuhan... nanny, aku ingin sekali bertemu Radka...."
"Radka juga selalu merindukan nyonya,"
Tiba-tiba,
"Nanny, ini uangnya...." ujar suara itu dari arah belakangku.
"Oiya makasih, Tuan. Nyonya saya permisi dulu...." ujar nanny buru-buru pergi.
"Hapus air mata kamu," ujar suaranya dingin.
"Kakak tega memisahkan aku dengan Radka!" tuturku menatapnya.
"Saya hanya melakukan yang kamu minta Aeera," ujarnya kemudian berlalu.
***
Aku menangis terisak di dalam kamar mandi. Rasanya nyeri sekali melihat kak Arvino yang dulu lembut sekarang berlaku seperti itu padaku. Aku kembali ke ruangan kerjaku dan menyibukkan diri dengan segala pekerjaan namun pikiranku terus tertuju pada permasalahanku dengan kak Arvino.
"Aeera kalau sakit istirahat saja di ruangan medis," tutur Kak Gita.
"Aeera kamu sakit?" tanya Pak Fino dan bersama kak Arvino tiba-tiba juga muncul.
"Enggak, Pak...." tuturku cepat.
"Tapi mata kamu merah gitu. Gita antarkan saja Aeera keruangan medis. Saya ada meeting dengan pak Arvino," ujar Pak Fino.
"Pak Fino, dua puluh menit lagi kita bertemu di lobbi. Aeera ikut saya ke ruangan...." ujar Kak Arvino.
***
Semua mata di divisi ini menatapku penuh rasa kepo! Aku kemudian memasuki ruangan kak Arvino. Dia kemudian duduk di sofa ruangannya dan memintaku duduk di sana. Ya, ada 4 sofa disini. Ruangannya besar. Tentu saja, namanya juga ruangan CEO.
"Bicaralah Aeera, saya ada meeting di luar...."
"Saya benci Kakak! Saya ingin sekali memukul Kakak dan memaki Kakak! Kakak gak punya hati! Kakak pergi begitu saja saat saya benar-benar peduli dan khawatir dengan Radka. Saya memang bukan ibu kandungnya Kak, tapi dia sudah benar-benar saya angap seperti anak saya dan Kakak tega membawa dia begitu saja tanpa memberitau saya! Kakak kejam! Gak punya hati! Sombong! Gak tau diri! Aku benci sama Kakak! Aku muak liat wajah Kakak!!!" jeritku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomanceFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...