Cinta itu bagaikan drama,
isak tangis tercipta, tawa diciptakan,
gelap menghapus duka, terang menyatakan cinta...
Cinta itu harus mengenal pengorbanan dan paham arti dikorbankan,
hingga egois terhapus dan cinta kembali
"Aeera?!" Papa datang ke kamar ini dan kini berada di depanku.
Entah seperti apa papa bisa masuk ke kamar ini.
"Papa?!" Aku berhamburan ke pelukan papa.
"Kamu mencintai Arvino?" tanya Mama yang ikut muncul di sana dan melihat keadaanku yang sangat menyedihkan.
Aku mengangguk.
"Ya Tuhan. Terus kenapa kamu hanya diam Nak? Kenapa gak bilang Papa sama Mama?" Isak mama.
"Aku kira Papa dan Mama mengerti perasaanku...." Isakku.
"Lalu Arvino?" tanya Papa.
"Kami saling mencintai. Tapi, dia lebih memilih tidak mengecewakan Papa dan Mama."
Papa segera menarikku berlari keluar dari kamar ini, entah apa yang akan dilakukan papa.
***
Saat sampai di Ballroom Pernikahan, suasana sangat tegang. Aku melihat kak Arvino berdiri di sana sambil menyatukan kedua tangannya isyarat meminta maaf.
"Vino!" Teriakan histeris Papa justru membuat suasana yang tegang menjadi sedikit ricuh.
"Maaf Pa, Ma. Vino gak bisa melanjutkan pernikahan ini," ujar kak Arvino.
"Tidak Nak. Kamu tidak salah. Kami yang seharusnya sebagai orang tua meminta maaf karena sudah meminta kamu di sini. Maafkan saya hadirin, tapi Arvino sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri. Jadi, kebahagiaan dia juga sudah menjadi prioritas saya. Kami mohon undur diri," ujar Papa kemudian merangkul kak Arvino.
Papa da mama kemudian menarikku dan kak Arvino ke sebuah kamar.
***
"Maafkan Papa dan Mama ya...." ujar Papa.
"Tidak Pa. Ini semua salah Vino," ujar kak Arvino.
"Tidak Nak. papa dan Mama yang terlalu egois memaksa kamu menikahi Nesya. Harusnya kami bisa lebih peka membaca perasaan kalian berdua," ujar Mama memelukku.
"Mama...." Aku memeluk erat Mama.
"Terus ini bagaimana Pa? Aku takut nanti hubungan Papa dan keluarga besar jadi berantakan, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukan Ijab Qobul tadi," Aku kak Arvino.
"Tenang saja Nak. Nanti, Papa dan mama yang akan atur. Vino, Aeera apakah sekarang kalian benar untuk serius?" tanya papa menatap kami.
Dan kami sama-sama mengangguk mantap.
"Iya!" ujar kami nyaris bersamaan.
Papa dan mama menyatukan tangan kami.
"Papa sama Mama akan segera pulang. Papa dan Mama harus bicara terlebih dahulu dengan Orang tua Nesya. Kalian pulanglah. Kita akan bicara di rumah," ujar papa.
"Pa, Ma. Maafkan aku...." Isakku.
"Kebahagian anak-anak adalah tujuan Orang tua. Kalian gak usah khawatir. Dunia sekalipun akan kami lawan demi kebahagiaan kalian, jadi hal seperti ini jangan terlalu di tangisi ya,"
"Aku sangat mencintai Papa dan Mama!" Ujarku memeluk mereka.
"Kami sangat mencintaimu, Nak!" ujar Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomanceFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...