TIGA ENAM

4.8K 183 7
                                    


Tidak ada yang salah saat air mata merayakan rasa kehilangan,

Biar hati tau sejauh mana kehilangan mampu berbisik pada logika

Aku benar-benar tidak percaya. Sudah Pukul 20.00 WIB dan pekerjaanku belum juga selesai. Aku melihat ke sekeliling hanya tersisa kak Gita dan kak Rena yang setia menemani dan membantuku.

"Awas saja ya kak Arvino!" Gerutuku.

"Udah, kerja jangan sambil menggerutu. Ntar makin lama kelarnya," sahut kak Gita.

"Iya, tapi apa-apaan coba!" jawabku.

"Hmm Gita, coba lihat istri CEO ini mengeluh terus," Goda kak Rena.

"Yaelah bukan gitu Kak. Udah sana kakak-kakakku yang baik pulang aja ya. Kasihan kalian kemalaman,"

"Santai Aeera."

Pukul 22.00 WIB akhirnya semua kerjaan ini selesai. Kami segera bersiap-siap untuk pulang. Namun aku baru menyadari lampu di ruangan kak Arvino masih menyala.

"Iya, doi sepertinya juga belum pulang," Kak Rena yang mengerti arah pandanganku.

"Ya udah Kak, kalian duluan aja. Makasihya udah bantuin aku. Aku ke sana dulu,"

"Yakin kita tinggal?"

"Iya Kakak-kakakku," ujarku kemudian ke ruangan kak Arvino.

***

Aku melihatnya dengan tumpukan berkas yang tak kalah banyak.

"Istri CEO datang!" Aku berteriak.

"Mom?! Kamu kenapa gak langsung pulang?" tanyanya menatapku.

"Baru kelar Daddy. Capek banget!" Aku menghempaskan badanku di sofanya yang empuk ini.

"Ini minum!" ujarnya kemudian memberikan sebotol air mineral dari kulkas di ruangannya.

"The best!" Aku meneguk air mineral itu.

"Gimana kejutannya?" tanyanya kemudian tersenyum jahil.

"Resek!" Akuku.

"Semalamkan kamu bilang mau bantuin aku,"

"Iya, tapi gak langsung gini juga. Untung saja kak Gita dan kak Rena baik banget,"

"Ya syukurlah!" ujarnya mengusap rambutku kemudian beralih ke meja kerjanya.

"Tangannya yang capek ini, " ujarku saat dia berlalu.

"Iya, ntar aku pijitin tangannya,"

"Percaya banget," sindirku

"Gak boleh gak percayaan gitu Mom,"

"Iya percaya banget...."

"Bagus!"

"Daddy masih lama gak? Laper!" Tuturku memegang perutku.

"Kamu belum makan malam?"

Dan ku balas dengan gelengan,

"Kamu apaan sih kerja gak makan gitu!"

"Ya kamu sih ngasih kerjaan sebanyak itu,"

"Ngeles Mulu. Mau makan apa? Saya minta Sekretaris yang mesenin ya,"

"Gak. Maunya makan diluar sekalian pulang...." Rengekku.

"Kamu pulang duluan ya. Aku masih banyak kerjaan. Aku telfon pak Rahmat jemput ya,"

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang