SEPULUH

5.9K 215 2
                                    


Aku, kamu dan dia mulai berada di satu garis lurus,

lalu siapa yang hanya akan menjadi bayangan?

Ini sudah hari keempat aku bolak balik kantor dan apartemen kak Arvino. Waktu itu kata pak Rahmat dia cuma 3 hari di Luar Negri, tapi sampe sekarang gak muncul. Apa masalah disana cukup besar ya. Tapi bodoh banget yang penting aku dan Radka punya banyak waktu. Charles? Ya dia mendiamiku semenjak aku izin outbound weekend lalu. Dia hilang dengan segala kesibukannya yang seperti apa. Dan mungkin saat ini memang baikya seperti ini agar aku bisa lebih fokus dengan Radka tanpa harus berbohong kepada Charles.

"Oi ngelamun aja," sindir Kak Gita.

"Eh gak, Kak...."

"Ituu xmantan lu datang," tutur Kak Rena menghampiriku.

"Mana?"

Aku melihatnya memasuki ruangannya, kemudian keluar dan melewatiku begitu saja hingga akhirnya masuk keruangan pak Fino. Cuma sekitaran 30 menit disana dia keluar kemudian kembali ke ruangannya dan keluar lagi bersama sekretarisnya dan berlalu. Sepertinya meeting di luar.

"Sok sibuk banget!" gerutuku.

"Emang sibuk kali dia. Ciee diperhatiin," goda Kak Gita.

"Enak aja! Ya kagaklah!"

"Lu kira gue gak liat arah mata lu dari tadi," nyinyir Kak Gita.

"Ya secara dia kayak setrikaan bolak balik. Ayo makan!"

"Iya ayo!"

***

Kami menyantap makan siang kali ini di kafe depan kantor.

"Aeera, gimana kabar cowok lu?"

"Masih diemin gue, Kak...."

"Aeera, gue boleh ngomong kasar gak. Tapi semoga mata hati lu terbuka setelah ini," tutur kak Gita.

"Apa Kak?" tanyaku.

"Sampe kapanpun Tuhan gak bakal ngerestuin dua orang yang berbeda keyakinan tinggal satu atap Aeera. Restu orang tua itu restu Allah. Kalau orang tua lu aja udah gak ngerestuin gimana Allah," tutur kak Gita.

"Betul sekali Aeera. Gue contohnya, gue dan suami gue beda agama Aeera dan mungkin seperti kata orang kami termasuk kumpul kebo. Karena secara agama kita gak pernah sahkan. Tapi karena cinta gini akhirnya, cinta juga yang memisahkan. Susah Aeera kalau orang tua udah gak ngerestuin. Lu belajar lagi deh tentang agama. Bukan mau menggurui, tapi gue cuma gak mau lu bernasib sama kayak gue. Lu mungin emang bisa masa bodoh dengan omongan orang, apalagi di Jakarta lu bisa aja ntar tinggal di Apartemen nyari kerja ditempat baru. Tapi Allah dan orang tua gakkan bisa lu hindari Aeera kemanapun lu sembunyi...." tutur Kak Rena, "Gue udah melewati semua itu Aeera dan rasanya sakit sekali. Aduh gue jadi nangiskan...."

"Maaf, Kak... jadi bikin lu keingat masalah lu," tuturku.

"Gak apa-apa Aeera. Gue senang karena bisa berbagi," tutur Kak Rena.

"Berbagi aib, hahaha!" ujar Kak Rena.

"Iya, Kak... gue emang butuh waktu memikirkan ini semua,"

"Semangat, Dik!"

"Iya, Kak..."

"Doain gue ya guys, semoga masalah gue secepatnya selesai,"

"Pasti kita doain...."

***

"Radka...." tuturku saat memasuki Apartemen.

"Mommy," tutur Radka kemudian memelukku.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang