EMPAT EMPAT

4.5K 200 12
                                    


Apa itu cinta?

Siapa cinta?

Kenapa ada cinta,?

Kapan cinta dimulai?

Dimana cinta diakhiri?

Bagaimana cinta melepaskan?!

"Mom," ujar suara itu membuyarkan lamunanku.

"Lagi ngapain?" Dia kembali bertanya sembari mendekatiku.

"Gak lagi ngapa-ngapain. Cuma melihat hujan dan macet. Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat kemacetan Jakarta, apa aroma hujannya masih sama ya?" Kini aku beralih menatapnya.

"Kamu gak lagi galau kan? Ntar seperti dulu lagi, galau saat hujan terus nangisin Charles sampe dua jam lebih," Dia tersenyum hangat padaku.

"Maafya itu masa lalu!" ujarku balas menatapnya.

"Yakin?"

"Dih, emang aku kamu!"

"Aku kenapa?"

"Galau, ditinggal tunangan,"

"Kamu tau banget ya,"

"Jadi, Daddy beneran galau?" Aku menatapnya lekat.

"Mau aku bohong atau jujur?"

"Nyebelin!" Aku meninggalkannya.

"Mom, gak pake ngambek dong," ujarnya menyeimbangi langkahku.

"Ayo pulang!" Ajakku.

"Iya, ayo!" ujarnya kemudian tersenyum.

Seperti biasanya dia selalu menggandengku di depan semua karyawannya.

"Pak Arvino maaf. Tapi, meeting sore ini gimana?" tanya Sekretarisnya.
Sesaat dia menatapku.

"Masih ada meeting?" tanyaku menatapnya.

"Hehehe," ujarnya menggaruk tengkuk.

"Dimana Mba?" tanyaku menatap sekretarisnya.

"Di Resto pertigaan ini,"

"Ya udah kalau gitu aku ikut ya," tuturku.

"Baiklah. Tolong siapin berkasnya ya. Ayo, kita berangkat sekarang." ujar kak Arvino pada Sekretarisnya.

"Baik Pak."

***

Seperti itulah, akhirnya kini aku di sini. Menemani kak Arvino dan sekretarisnya meeting bersama rekan bisnisnya. Namun, jangan anggap posisiku sekarang duduk manis di samping kak Arvino, karena pada kenyataannya aku bersama wanita yang berusia 40 tahun duduk di satu meja yang sama. Iya, dia istri dari rekan bisnis kak Arvino dan lebih parahnya dia sangat cerewet!

"Ya, kamu harus pengertian saja dengan suamimu yang lagi di masa senang-senangnya dengan dunia kerja. Tapi, jangan sampai kalian tidak fokus juga dengan momongan. Memang Kalian berdua masih sangat muda, tapi ingat dengan mempunyai keturunan bisa menjadi daya tarik suami betah di rumah. Jadi, gak ada alasan dia kelayapan saat pulang kerja,"

"Iya Bu. Terimakasih ya," ujarku sudah sangat malas.

"Jangan terimakasih saja. Kamu harus membuktikan sendiri, kamu dan Arvino berhubungan intimnya rutinkan? Udah pernah konsultasi Dokter?"

Dan untungnya sebelum pertanyaaan ini harus ku jawab, sebuah suara menyelamatkan hidupku.

"Mami, sudah ngobrolnya? Meeting Papi sudah selesai," ujar suaminya datang bersama kak Arvino.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang