DUA SEMBILAN

4.6K 180 0
                                    


Bahagia itu sederhana,

Ketika tangan hangatnya berani menggenggam jemarimu di hadapan dunia

Selasa Pagi aku terbangun dengan keadaan badan yang mulai bersahabat.

Kak Arvino:
Mommy gimana kabarnya?
Udah enakan?
Jangan masuk Kantor dulu. Istirahat!

Kak Arvino makin gila ya. Chat PHP macam apaan ini?!

Duda telat puber! Apa gue kelihatan banget suka sama dia? Jadi dia dengan enaknya bersikap sok kegantengan?! Eh, guekan gak suka sama dia. Gue punya pacar dan dia juga akan bertunangan dengan wanita itu.

Dan tanpa diduga saat aku membuka pintu kosan, di sana sudah ada,

"Pagi Sayang. Kamu sakit?"

"Charles?" tanyaku bingung menatapnya.

"Iya aku. Memang kamu mengharapkan siapa lagi?"

"O, gak. Aku kira kamu gak ke sini,"

"Ayo, aku antar kamu ke Kantor. Tapi, kamu sakit ya?"

"Gak kok. Kecapean aja. Ntar juga enakan,"

"Ya udah ayok."

Aku menaiki motor Charles dan berboncengan menuju Kantor. Untunglah tidak ada kak Arvino yang melihat, eh apa peduli?!

***

Aku memasuki ruangan yang sudah kelihatan rame.

"Kak, ini data yang harus gue input ya?"

"Iya Aeera. Yang ini datanya ntar lu gabungin aja sama data keuangan hasil persentase income kita bulan lalu ya. Terus yang ini coba lu lihat lagi defisitnya,"

"Baik Kak," tuturku sibuk dengan beberapa tumpukan berkas di mejaku.

"Lu udah enakan?"

"Lumayan Kak. Ya udah gue kerja dulu ya," tuturku pada Kak Rena.

Mbok:
Non, Den Radka rewel banget non. Pengen disuapin non katanya.

Yaampun Anakku bertingkah!

Aeera:
Ya Mbok, ntar jam makan siang aku balik.

Aku segera mungkin berusaha menyelesaikan kerjaanku sebelum jam makan siang. Hari ini tidak ada kak Arvino, pak Fino dan kak Gita di Kantor. Menurut info mereka semua masih di Bekasi. Jangan-jangan aku tidak jadi diajak ke Bekasi karena kak Arvino yang larang. Huft! Hampir seminggu terlewatkan dengan aku yang selalu ke Apartemen setiap jam makan siang untuk menyuapi Radka makan siang dan alhasil ya aku selalu kembali ke Kantor dengan telat karena perjalanan yang lumayan memakan waktu dan ini tentu saja tanpa sepengetahuan kak Arvino karena doi semenjak dari Bekasi tidak pernah muncul di Kantor. Denger kabarnya sih beliau ke Sulawesi lagi. Entahlah mungkin dengan wanita itu.

Pagi ini agaknya situasi kurang bersahabat, aku telat masuk ke Kantor dan,

"Aeera, masuk ke ruangan saya!" Ya itu suara pak Fino.

Seperti ada atmosfer panas pagi ini.
Setelah mengetok pintunya aku memasuki ruangannya dan duduk di sana.

"Aeera ini sudah teguran untuk kesekian kalinya. Ini peringatan ke dua untuk kamu. Kamu tidak bisa telat terus ke Kantor. Entah itu di waktu jam makan siang atau di jam masuk pagi hari. Mengerti?!" Ucapan pak Fino begitu tegas.

Terang saja, aku baru karyawan kontrak dan sudah seenaknya sering izin dan masuk telat.

"Kamu dari mana sebenarnya?" Tanya pak Fino.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang