TIGA SATU

4.6K 179 0
                                    


Cinta itu tidak berteori, akalpun seakan dikoordinir dengan rasa,

Hati bertindak semaunya tanpa logika.

Adakah hal yang lebih hebat dari ini?

"Mommy!" Radka berlari dengan layangan pesawat yang terbang di atasnya.

"Hei!" ujarku menatapnya yang berlari girang menghampiriku, kemudian asik mengamati mainan pesawatnya.

"Ini buat Mommy!" tutur kak Arvino justru memberikan tangannya yang kosong.

"Apa?" tanyaku.

"Kamu lihat ini apa?"

"Telapak tangan,"

"Ya, terus apalagi?"

"Apalagi Daddy? Hanya itu," Aku tak paham melihat dia yang kemudian mengisyaratkan bahunya yang kekar itu.

"Apa?!" tanyaku makin kesal.

"Telapak tangan ini untuk menghapus air mata kamu Mom," ujarnya kemudian menghapus air mata yang entah sejak kapan keluar, "Lalu bahu ini untuk kamu menangis. Aku pelukable kok kata anak-anak zaman sekarang," ujarnya kemudian tersenyum.

Tanpa menunggu waktu lagi, aku segera menurunkan kedua tangannya pipiku dan ku segera berhamburan ke pelukannya.

Entah apa yang ku tangisi, tapi air mata ini keluar dengan sendirinya. Dan rasanya sangat hangat dalam dekapan kak Arvino.

***

Malam berganti pagi begitu saja tanpa pernah permisi. Aku terbangun karena kak Arvino berulangkali membangunkanku.

"Kenapa sih Kak, ini masih Pukul 06.00 WIB!"

"Kenapa kamu tidur lagi setelah Salat Subuh tadi?"

"Ya biasanya aku juga tidur lagi!" tuturku kesal dan melirik Radka masih tidur nyenyak di sampingku.

"Mommy, aku saja dapat info kalau divisi kamu akan mengadakan meeting bulanan Pagi ini,"

"Oh yang itu. Aku tau kok. Terus kenapa?" tuturku menarik kembali selimutku dan hendak tidur.

"Kenapa? Biasanya kamu jika ada meeting jam segini sudah berangkat ke Kantor. Sekarang?"

"Yaampun, pak Fino gak bakal memarahiku,"

"Kenapa gak?"

"Daddy lupa, kemarin Daddy baru saja mengumumkan ke seantero divisiku kalau aku istri kamu. Dan pasti pagi ini gosip itu sudah menyebar. Jadi, aku mau datang jam berapapun terserah aku. Mereka gak bakal memarahiku,"

"Oh No! Dalam urusan kantor tidak ada hal yang seperti itu. Kemarin Kamu sudah diberi SP 2 kan. Kalau hari ini kamu melanggar, aku CEO kamu sendiri yang bakal beri surat pemberhentian,"

"Kemarin aja Daddy bisa seenaknya mengajak aku keluar di jam kerja,"

"Kemarinkan kamu sendiri yang bilang sedang dalam situasi gak ingin kerja dan merindukan duda ini,"

"Apaan sih!" Tuturku kesal melempar nya dengan bantal.

"Sudah, sana kamu bersiap-siap!"

"Daddy ayolah keluar dari kamar kami. Kami akan bangun siang hari ini!" Aku mengusir kak Arvino dari kamar ini.

"Oke baiklah. Kalau begitu terima surat pemecatan di meja," tuturnya.

"Kesal!" Tuturku kemudian segera berlari ke kamar mandi.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang