DUA TUJUH

4.8K 198 4
                                    


Awalan dari cinta kadang rasa takut,

Ya takut terhadap posisi yang tergantikan oleh orang lain

"Sayang, kamu kenapa gak bersemangat gitu? Kamu capek banget ya kerjaannya? Ya udah kamu ajuin resign aja. Om bos kamu itu pasti ngerti lah secara kamu juga udah bantuin dia jagain anaknya," tutur Charles yang kini berada di depanku.

"Ya gak bisa gitu dong, meskipun aku kenal dekat dengan kak Arvino bukan berarti aku bisa resign gitu aja. Aku sudah terikat kontrak kerja setahun ke depan. Lagian aku nyaman di sana apalagi semua urusan magangku juga udah kelar. Terus aku sekarang kerja dan sekaligus bisa penelitian di Kantor itu untuk skripsi akhirku. Justru Perusahaan itu sangat membantuku,"

"Tapi kenyataannya beberapa hari ini tiap kita ketemu kamu selalu kelelahan dan gak bersemangat,"

"Ya kamu tau sendiri kemarin-kemarinkan aku lagi ngurus segala hal tentang penyelesaian laporan magang dan persiapan seminar hasil magang. Dan syukur Alhamdulillah sekarang semua udah kelarkan?"

"Baiklah. Besok Sabtu, kita jalan kemana? Biar kamu gak sesuntuk ini."

"Hmmmm aku sebenarnya pengen," Sesaat aku menarik nafas dan menatap Charles.

Hampir dua Minggu berlalu semenjak kejadian di ruangan kak Arvino waktu itu. Dan semenjak itu juga aku selalu menghindar dari kak Arvino dan begitupun sebaliknya. Sekalipun kami berpapasan aku akan segera berlalu begitu saja dari hadapannya. Begitupun dengan hubunganku dan Radka, pernah satu kali aku menghubungi Radka dan yang mengangkat telfon itu justru Nesya yang menegaskan bahwa aku harusnya tau jam Radka untuk istirahat kemudian mematikan telfonku begitu saja. Semenjak itu juga aku tidak pernah menghubungi Radka. Dan dengan sangat sedih aku harus mengatakan aku merindukan Radka, Anakku.

"Sayang," ucapan Charles membuyarkan lamunanku.

"Radka?" Tuturku ngelantur.

"Kamu kangen anak om itu ya?"

"Om?"

"Iya Om Bos kamu itu,"

"Dia punya nama, Arvino. Seringkali aku bilang berhenti memanggil dia om bos. Itu membuat dia kelihatan sangat tua!"
"Kamu kenapa jadi sensian? Memang dia sudah tuakan? Tuh buktinya anaknya udah besar,"

"Terserah kamu aja!" tuturku kembali meneguk jus mangga di depanku.

"Besok kamu ke sana saja, Radka juga pasti kangen kamu," ucapan Charles kali ini membuatku tak percaya, aku menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Iya, aku gak marah kok. Lagian aku tau kamu ke sana untuk ketemu anak om bos itu, bukan ketemu om bos itu,"

"Makasihya!" ujarku berbinar menatap Charles tak percaya dengan kesabarannya akhir-akhir ini.

"Aeera, aku sudah lama mengenal kamu dan aku tau kamu sudah nyaman dengan Radka,"

"Kamu selalu yang terbaik!" ujarku tersenyum hangat.

***

Sabtu pagi dengan kendaraan yang sudah ramai lalu lalang telah mengantarkanku ke Apartemen ini. aku tidak peduli jika ada wanita itu di sini. Aku hanya rindu anakku dan ya hanya anakku saja.

Tentu saja aku membuka pintu sendiri,karena aku sudah sangat hafal password Apartemen ini. Dan saat aku masuk, suasana Apartemen tampak hening dan sunyi. Aku langsung menuju kamar Radka dan lihatlah kamarnya tampak rapi dan sunyi.
Selanjutnya aku beralih keluar dari kamarnya dan,

"Mommy!" Radka berhambur ke pelukanku.

"Anakku!" Aku memeluknya erat dan menyiumnya berulangkali.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang