Aku, kau dan kekasihku,
Tidak bisakah hanya kita bertiga, tanpa dia yang kini ikut hadir dalam cerita ini?
Pagi yang mendung. Membuatku masih saja bermalas-malasan di kamar mama dan papa. Padahal kedua orang tuaku entah sudah melakukan aktivitas apa di luar sana. Aku melirik jam di dinding kamar ini sudah menunjukkan Pukul 08.00 WIB dan akhirnya aku bergerak untuk keluar kamar menuju kamarku di atas. Saat akan memasuki kamarku, aku melihat Kak Arvino keluar dari kamarnya.
"Kakak udah rapi aja. Kakak mau kemana?" tanyaku menatap pria di depanku.
"Gimana kabar kamu? Coba lihat," ujarnya meraba dahiku kemudian meneliti tanganku.
"Baik Kak, udah mendingan," ujarku tersenyum melihat raut khawatir di wajahnya.
"Jangan ulangi lagi," ujarnya tidak lupa menyentil dahiku lagi.
"Au! Sakit Kak!" tuturku mengusap dahiku.
"Makanya jangan nakal!" ujarnya ikut mengusap dahiku.
"Iya, gak diulangi lagi!" tuturku cemberut. "Kakak mau kemana?" tanyaku masih menikmati usapan tangannya di dahiku.
"Aku mau ke makam Tya dulu, udah lama sekali aku gak ke sana,"
"O," ujarku bingung.
"Gak usah cemberut gitu!" ujarnya kali ini menatapku lekat.
"Dih, siapa yang cemberut. Aku ikut ya, aku juga gak pernah lagi ke makam Kak Tya," tuturku menatapnya.
"Kamu yakin dengan kondisi kamu masih gini?"
"Iya Kak. Ntar sorekan kita udah balik Jakarta. Jadi, kapan lagi aku ke tempat kak Tya?"
"Yaudah. Sana siap-siap! Bawa jaket kamu ya, aku tunggu di bawah!"
"Siap bos!" ujarku buru-buru ke kamar.
***
Aku mengenakan baju kaos panjang berwarna hitam seperti warna baju kak Arvino. Kemudian aku mengenakan celana kulot berwarna putih dan tidak lupa aku membawa jaket yang diberi kak Arvino semalam.
"Pa, Ma!" ujarku teriak saat turun ke bawah mencari mereka.
"Di meja makan Nak. Sini!" begitulah jawaban menggelegar dari mama.
Aku segera menuju dapur dan melihat,
"Kak Nesya?" tuturku tersenyum ramah padanya.
"Hai," sambutnya.
"Ini pada nungguin aku ya?" tuturku cengengesan.
"Iya, lama...." tutur kak Arvino.
"Hehehe maafya. Ayo makan, selamat makan!" ujarku.
Kami makan dalam diam, setelah makan kami semua beralih menuju ruang keluarga.
"Pa, Ma. Kami ke makam Tya dulu ya," ujar kak Arvino.
"Iya, hati-hati ya!" ujar papa dan mama.
"Oke!" sahutku.
"Aku pamit juga ya Om, Tante...." ujar kak Nesya.
"Kak Nesya mau kemana?" tanyaku dengan polos.
"Loh, memang kamu gak tau?" tanya mama dan papa kemudian menatap Arvino dan ku balas dengan gelengan.
"Aeera, ini Nesya wanita yang ingin aku kenalkan. Nesya bilang kemarin kalian udah ketemu?" tutur kak Arvino.
"O, jadi... o, ya, ya...." ujarku bingung harus berekspresi apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomanceFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...