EMPAT DUA

4.3K 166 16
                                    


Terlalu banyak pertanyaan di dalam hidup,

Termasuk jawaban yang seringkali dipertanyakan kembali

Malam ini aku mengenakan gaun selutut berwarna biru langit tanpa lengan, dengan hills berwarna hitam dan sebuah tas tangan berwarna senada dengan gaunku. Sementara rambut aku biarkan terurai.

"Aeera,"

"Iya Ma. Udah cantik belum?" tanyaku menatap mama.

"Cantik banget anak Mama. Jangan sampai ntar Charles malah minta balikan. Hahaha!"

"Godain aja terus anaknya. Ohya Ma, udah jam 7an ini. Papa udah pulang?"

"Udah. Papa dan Mama dari tadi sudah nunggu kamu,"

"Kak Arvino?" tanyaku hati-hati lalu menatap mama.

"Sudah juga Nak. Mereka sudah di bawah,"

"Dia ikut Ma? Charles kan gak ngundang dia,"

"Papa sama Mama yang ajak. Udahlah jangan gitu terus, Arvino semalam seperti itu kan karena ngira kamu akan nikah dengan Charles dan dia gak mau kamu disakitin. Kamu jangan marahin dia terus, kasihan dia sama Papa sama-sama capek kelihatannya,"

"Iyalah, hari Sabtu kerja dari Subuh jam segini baru pulang dan langsung pesta,"

"Iya, makanya ayo kita ke bawah,"

"Ma... tapi Nesya gak ikutkan?"

"Gak Nak. Nesya masih tugas di Sulawesi,"

"O,"

"Udah. Ayo!"

Aku mengikuti mama keluar dari kamar dan melihat kak Arvino dengan tuxedo hitam dan ropi di dalamnya yang berwarna senada. Benar-benar luar biasa gagahnya.
Sesaat kami sama-sama terdiam,tapi aku segera tersadar dia masih tunangan orang.

"Aeera, ayo Nak!" ujar mama.

"Iya Ma," ujarku sadar dan melihat mereka semua sudah menuju mobil.

Seperti biasa aku duduk di jok belakang bersama mama.

***

Sesampainya di tempat acara, kami segera turun dan berjalan bersisian. Saat memasuki gedung kecil ini, semua tampak jauh dari kata meriah. Dimana pesta meriah yang diembor-gemborkan orang tua Charles kemarin? Kenapa hanya beberapa kerabat yang hadir? Apakah tadi pagi telah terjadi suatu pekara yang terlewatkan? Mama dan papa menatapku dan aku hanya membalas dengan gelengan kepala, karena akupun tidak tau kenapa semua menjadi seperti ini.

Tapi, rasanya tidak tepat bukan jika aku harus bertanya semua itu saat ini? Aku akan menyimpan segala pertanyaan ini hingga esok atau harus menunggu Charles yang menceritakan semuanya.

Kini kami bersalaman dengan Charles.

"Maaf kan saya," ujar kak Arvino mengulurkan tangannya pada Charles.

"Iya. Tapi, kegantengan gue berkurang gara-gara lebam di wajah gue ini. Thanks ya kado langka dari lu!" ujar Charles.

"Sekali lagi gue minta maaf!"

"Iya. Thanks ya udah datang. Jangan lupa diamplopin yang banyak buat pengobatan gue," Gurau Charles.

"Siap!" ujar kak Arvino.

"Charles selamat!" ujarku terharu.

"Mantan gue cantik banget," ujar Charles berbisik.

"Bisa aja lu,"

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang