DUA PULUH

5.2K 180 2
                                    


Papa Oh Mama,

Ternyata malam itu punya mentari sendiri yang bisa menghangatkan,

Meskipun langit selalu dihiasi bulan dan bintang,

di bumi pasti ada aku yang akan menjadi saksi keharmonisan papa dan mama

itu semua karena dia...

Aku segera keluar dari kamar. Namun langkahku sesaat terhenti, melihat lampu kamar kak Arvino masih menyala. Itu berarti dia belum keluar kamar. Aku mengetuk pintu itu beberapa kali, hingga akhirnya aku melihat kak Arvino muncul dengan gagahnya. Ya Tuhan, kenapa malam ini kak Arvino kelihatan begitu gagah?! Padahal selama ini dia juga bergaya seperti ini. Dia mengenakan celana panjang biru dongker, dengan baju atasan kemeja putih panjang yang sudah dilipat hingga siku dan kakinya di tutupi dengan sepatu kets yang berwarna senada dengan bajunya. Kepalanya yang pelontos itu seakan menyayingi keseksianku malam ini.

"Aeera, Aeera!" tuturnya yang membuat lamunanku buyar.

Entah sudah berapa kali dia memanggilku dari tadi.

"Maaf, Kak!"

"Kamu kenapa?"

"Gak ada. Kakak kenapa belum turun?"

"Ini, Radka video call," ujarnya menunjukkan layar ponselnya.

"Anak mommy!" ujarku merampas Hp itu dari tangan kak Arvino.

"Mommy, you look so beauty!"

"Really?" ujarku kagum dengan pujian lelaki kecilku di seberang sana.

"Ya. Iyakan Daddy, Mommy sangat cantik?"

"Ya," ujar kak Arvino sekenanya.

"Kamu lihat, daddy tidak serius memuji Mommy!" ujarku merajuk pada Radka.

"Daddy, ayo bilang mommy cantik!" Radka memohon dari seberang sana.

"Aeera, kamu curang sekali menggunakan Radka," ujar Kak Arvino menatap malas padaku.

"Radka lihat, Daddy gak bilang Mommy cantik!"

"Daddy, please!" aku melihat Radka memohon dari layar Hp.

"Oke, baiklah. Aeera, you look so beauty." Ujar Kak Arvino menatapku dan tidak lupa menyentil dahiku seperti biasanya.

"No, dadddy!" protes Radka.

"Why?" ujarku dan Kak Arvino barengan.

"Mommy, you look so beauty this night. Please Daddy you must sayed like that,"

"Radka," ujarku dan Kak Arvino barengan.

"Oke, sorry," Ujar Radka lesu dan menunduk.

"Radka, kenapa kamu sedih gitu. Daddy kan udah bilang mommy cantik," Bujukku.

"Aku tau, Daddy dan Mommy gakkan mau melakukan pujian seperti itu. Meskipun itu aku yang minta. Aku cuma ingin memiliki orang tua yang juga saling memuji satu sama lain. Tapi, aku lupa kalau kalian bersama hanya karena kasihan sama aku," ujar Radka.

Sesaat aku dan Kak Arvino saling menatap, mungkin kami sama-sama tidak percaya Radka akan mengeluarkan perkataan seperti ini.

"Night," ujar Radka hendak mematikan telfon.

"Mommy, you look so beauty this night." Tiba-tiba Kak Arvino mengucapkan itu padaku sembari menatapku. Ucapan Kak Arvino membuatku melayang sesaat.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang