Apa bisa hati merasakan kecewa,
jika sebuah tawaran ditolak oleh sosok yang bukan siapa-siapa?
Pagi ini, aku berjalan dengan lesu ke kantor. Entah kemana semangat yang ku punya. Aku mengenakan kemeja putih dan rok span hitam seperti biasanya, rambutku biarkan tergerai. Aku memasuki ruang kerja dan melihat ada kak Arvino tengah duduk di mejaku.
"Selamat pagi, Pak!" tuturku menyapanya karena di depan karyawan yang lain.
"Selamat pagi Aeera. Saya ingin kamu pelajari berkas-berkas ini dan siang ini ujian. Kamu tidak lupakan? Ujian ini sangat diperlukan buat anak magang agar saya bisa beri penilaian,"
"Astaga saya lupa!" tuturku syok.
"Kerja yang fokus. Silakan pelajari dulu berkas-berkas ini!" ujarnya kemudian berlalu.
"Aeera, semangatya! Lu pasti bakal gugup banget CEO langsung yang nguji lu!" ujar teman-teman di divisiku ini.
"Makasihya Kakak-Kakak. Doain gue ya!" tuturku.
Galau?! BYE! Gue gak mau ngulang lagi magang tahun depan. Dengan semangat yang luar biasa aku belajar dan rumit banget rasanya. Pukul 14.00 WIB aku sudah bersiap-siap untuk melaksanakan ujian untuk penilaian magangku selama di sini. Dan ternyata tesnya justru di handle pak Fino, karena pak Arvino ada urusan dadakan katanya.Syukurlah tesnya bisa ku lewati dan mendapatkan acungan jempol dari pak Fino.
***
Kak Arvino:
Anak gadis, mari kita bicara.
Pulang ya malam ini.
Aeera:
Gak ada yang perlu dibicarain.
Kakak itu egois! Akukan Mommynya Radka.
Harusnya Kakak juga minta pendapat aku soal guru privatenya Radka.
Gak mutusin sepihak! Aku tau Kakak benar-benar cuma anggap aku orang asing, makanya gak pikirin pendapat aku!
Kak Arvino:
Gak seperti itu Aeera,
pulang kantor kita bicara.
Aeera:
Gak!
Aku mau jalan sama kak Rena dan Gita.
Aku pusing!
Aku menutup chat tersebut dan kembali fokus ke komputer mengerjakan kerjaanku.
"Aeera," ujar suara itu tiba-tiba di depan meja kerjaku.
Tentu saja hal ini membuat perhatian teman kerja di divisiku melihat ke arah kami.
"Iya, Pak...." tuturku menahan kekesalan.
"Sekarang saatnya kamu tes dengan saya. Saya tunggu di ruangan saya,"
"Iya, Pak!" tuturku kesal.
Aku membuntuti kak Arvino masuk ke dalam ruangannya. Begitu pintu ruangan itu tertutup,
"Kakak gak harus seperti tadikan?!" kesalku.
"Kamu kenapa sih, marah-marah terus sama saya? Saya harus temui Charles biar mood kamu gak jelek?"
"Bukan soal Charles, Kak. Ini tentang kita!"
"Kita?! Kenapa?!"
"Tentang Kakak gak ngehargain aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Without LOVE (END)
RomansaFULL CHAPTER (49) Cinta tulus itu menerima tanpa memandang perbedaan. Lalu apa yang salah dengan sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda keyakinan? Aeera memutuskan menerima sebuah pertunangan dengan Arvino, seorang duda dengan jabatan C...