TIGA DUA

4.4K 174 0
                                    


Rasa terindah dan menyakitkann saat jatuh cinta adalah cemburu

Aku dan Radka masih berada di tempat yang sama dengan kak Arvino. Namun, semua tidak sesuai rencanaku. Setelah Radka tadi berlari mengejar Daddy nya. Kak Arvino tentu saja menyambut hangat anaknya dan begitupun dengan Nesya yang ikut memeluk Radka dan melihat aku di sana. Lalu kak Arvino menarikku agak jauh dari sana dan bertanya.

"Apa maksudnya ini?"

"Ya gak apa-apa. Bukannya kami sudah bilang mau nonton sama Daddy,"

"Iya, tapikan aku udah bilang bakal susul kamu dan Radka,"

"Mau nyusul apa gak dating? Secara meetingnya sama dia,"

"Mom... Sebentar lagi kolega bisnis yang lain juga bakal datang. Aku gak suka melihat sikap kamu yang seperti ini. Kasihan Radka,"

"Sudahlah Vin tidak apa-apa. Biarkan Radka dan Aeera menunggu kita di sana. Itu kolega bisnis kita sudah datang kita bisa menuju ruang meeting di ballroom," ujar Nesya yang tiba-tiba muncul dengan Radka.

"Maafya, aku dan Radka bukan nungguin,"

"Aeera sudahlah. Kamu dan Radka silakan makan dulu. Saya masuk ke ruang meeting dulu. Nanti kabari saya jika kalian bosan," ujar kak Arvino kemudian berlalu dengan Nesya.

Rasanya kenapa nyesek?!

Begitulah kejadian tadi yang membuat aku dan Radka masih bertahan di sini hingga Pukul 20.00 WIB.

"Mommy, ayo kita pulang saja!" Ajak Radka.

"Ya kamu benar, Nak...." ujarku dan Radka bergandengan tangan.

"Aeera!" Kak Arvino tiba-tiba muncul bersama Nesya.

"Aku dan Radka akan pulang!" tuturku kesal.

"Ayo. Meetingku juga sudah selesai,"

"Daddy Radka ingin kencing. Ayo kita ke toilet!" ujar Radka seketika.

"Baiklah Nak. Sebentar ya," Kak Arvino kemudian berlalu dengan Radka.

Aku dan wanita ini sesaat sama-sama terdiam.

"Harusnya, lu sadar posisi lu!" tuturnya.

"Maksud lu apaan?" Aku menatapnya.

"Lu taukan gue dan Arvino. Kenapa sekarang lu hadir?"

"Gue udah ada ya bahkan sebelum lu terlahir dalam cerita kami!"

"Iya itu dulu. Tapi sekarang udah ada gue dan lu tau posisi gue!"

"Maaf, posisi lu apa ya? Lu Tantenya, tidak lebih! Sementara posisi gue jelas Mommy. Radka memanggil gue Mommy!" Aku tak mau kalah.

"Lu egois banget!"

"Maksud lu apa?!" Aku mulai tersulut emosi.

"Lu pikir aja sendiri. Susah sih ya, bocah macam lu mikir!"

"Bocah?!" Aku sangat emosi dan nyaris menyiramnya dengan segelas air kalau saja kak Arvino tidak segera muncul dan menahanku.

"Nesya, kami harus pergi dulu," ujar kak Arvino.

"Baiklah, hati-hati. Radka istirahat ya sayang, lain kali Tante akan bermain lagi bersama Radka. Tante harus kembali ke Surabaya hari ini juga,"

"Gak masalah Tante. Di sini ada Mommy aku."

"Ya baiklah. Aku pamitya," ujar Nesya bersalaman dan hendak cupika cupiki. Namun kak Arvino menahannya dan melirikku.

"Lanjutkan saja, aku tunggu di mobil!" tuturku kesal.

Home Without LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang