17 : Deal

854 78 3
                                    

BAB 17

Pemuda itu meloncat dan memukul shuttle kok itu, pukulan drop shot nya barusan berjalan mulus sehingga membuat Lawan nya yang yg ada di sebrang net tidak bisa membalas pukulan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu meloncat dan memukul shuttle kok itu, pukulan drop shot nya barusan berjalan mulus sehingga membuat Lawan nya yang yg ada di sebrang net tidak bisa membalas pukulan nya.

Akhirnya dia bisa mengatasi Smash seorang kevin sanjaya sukamulju, si tangan petir itu.

Pelatihnya tersenyum puas sambil dan mengacungkan jempol pada kedua anak asuh nya itu. Belakangan ini pola permainan Rian meningkat dengan pesat.

"Mas Jom, ada yang nyariin."
Riam menoleh ke asal suara. Kemudian menghampiri petugas PBSI itu

"Siapa pak?"

"Katanya temen nya Mas Jom, itu orang nya di lobby."

"Oh yaudah, makasih ya pak."

Satu persatu Atlet meninggalkan lapangan, latihan hari ini sudah usai. Sebagian kembali ke asrama dan sebagian menghadiri rapat untuk persiapan olimpiade Tokyo 2020, membahas perihal peraturan BWF yang terjadi perubahan.

"Gak ikut rapat Jom?" Tanya Fajar yang berdiri di sebelahnya sedang membereskan peralatan latihan nya
Rian menggeleng. Dia meneguk air mineral nya sampai habis, kemudian melemparnya ke tempat sampah.

"Mas Jay, duluan ya."
Fajar menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk simbol ok.

Rian berjalan ke asrama, menganti jersey nya dengan kaos warna hitam, kemudian berjalan keluar untuk menemui seseorang

Anya mengetuk ngetuk telapak sepatunya ke lantai sesekali merubah posisi duduknya dia baru tau menunggu sambil duduk itu sepegal ini.

Kalau tau Rian bakalan lama datengnya, mendingan Anya menitipkan Barang yg di bawanya pada petugas tadi.
Tapi setelah dipikir pikir, itu tidak sopan dan Anya memutuskan untuk menunggu.

Karena Rian tidak kunjung datang Juga, Anya memutuskan untuk berjalan di sekitar gedung yang sangat luas itu.

Langkah kakinya membawa gadis itu ke sebuah lapangan beratap, pintunya di buka sehingga Anya bisa masuk ke dalam sana, tak ada seorang pun di lapangan itu.

Mengamati lekat lekat tempat itu,
Dulu lapangan berkarpet hijau itu pernah membawanya pada kebahagiaan, pencapaian tertinggi dalam hidupnya saat dia berusia 13 tahun. Ayahnya Hobi bulutangkis dan sering mengajaknya bermain. Kemudian dia masuk club, dan membawanya pada kejuaraan nasional.

Tanpa sadar tangan Anya meraih raket yang tergeletak di bangku panjang lengkap dengan shuttle kok,
cadangan yang sengaja di sediakan ketika atlet lupa membawa.

Tangan nya bergerak, menepak buku angsa itu ke tembok.

Tanpa Anya sadari, Rian berdiri di ambang pintu sambil melipat tangan nya di dada. Mempergatikan setiap pergerakan Anya.

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang