47 : Usaha, Rian!

788 75 2
                                    

BAB 47

Tepat hari ini, kejuaraan nasional atau yang akbrab di sapa kejurnas akan di mulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat hari ini, kejuaraan nasional atau yang akbrab di sapa kejurnas akan di mulai.

Istora sudah di sulap sedemikian rupa dan sangat apik.
Poster poster pemain ternama, termasuk Rian terpampang nyata di hampir setiap sisi tempat yang sangat luas itu.
Tidak ada Antrean panjang di tiket box karena tiket sudah mereka beli jauh jauh hari secara online.

Cuaca hari ini sejuk, sangat mendukung sekali, langit biru, angin berhembus. Sangat bersahabat sekali.
Orang orang berlalu lalang dengan kesibukan masing masing.

Semua nya terbingkai dalam jendela kaca bus yang Anya tumpangi.

Club Pb Jayaraya Jakarta tiba di Istora.
Anya bersama teman teman nya turun dari bus, melangkah masuk ke dalam gelanggang olahraga itu.

Dia berjalan berdampingan dengan Apri, dan sunny. Sementara Rian dan teman teman nya di berjalan di belakang bersama yang lain.

Pandangan Rian sedari tadi tidak lepas dari punggung Gadis itu, Anya, peremouan yang selalu bisa menciptakan lengkungan di bibir Rian.

Rian tau, Anya menjaga jarak darinya karena yang gadis itu tau adalah Rian dan kakak Anya kembali dekat dan menjalin hubungan, tapi itu sama sekali tidak benar.
Mungkin awalnya memang Rian merasa masih mempunyai perasaan dengan sania, tapi nyatanya tidak. Sudah sekian lama dia mengalami pergulatan batin, dan hatinya memilih gadis itu, Sevanya Anastasya.

Dan dengan bodohnya, Rian baru menyadari itu, ketika seseorang yang sangat membuatnya jatuh hati, sudah hilang dari nya.

"JOMMMM!"
Dia tersentak, teriakan kevin menarik raga nya kembali menapak bumi.

Entah datang dari mana datang nya, tiba tiba kevin sudah ada di hadapan nya.
"Apaansih." Balasnya dengan nada Risih,

"Gimana koe sama si Anya, udah ada kemajuan?" Tanya Kevin, pemuda itu berjalan di samping Rian

"Apaan, boro boro, dianya aja menghindar terus."

"ISH JOM GIMANA SIH KOE, YA PEPET LAH PEPET, KODE KODE JOMMMM." Rian menutup telinganya.
mimpi apa Rian punya temen kok berisik nya setengah mampus kayak gini.

Baru seminggu dia bebas dari ocehan roommate nya yang satu ini, eh skarang ketemu lagi.

Sepanjang jalan menuju Ruangan atlet yang di khususkan untuk Club nya, dengan berat hati Rian harus rela mendengar ocehan kevin yang dia akui ada benernya, tapi berhasil bikin otak Rian mumet.

"Tau ah, gelap."
Kata Rian dengan ekspresi datarnya kemudian menutup pintu ruangan dan berjalan masuk. Meninggalkan Kevin di luar yang dapay Rian tebak, pemuda itu sedang menyumpah serapah Rian.

Biarkan lah, dia sedang pusing sekarang.

"Ayo, Sita, Sania, cepetan nanti pertandingan nya udah mulai."

Ucap nenek berumur 65 tahun itu dengan heboh. Berdiri di dekat mobil yang terparkir di garasi.

"Iya, nek."

"Duh mama juga gak sabar, ngeliat Anya tanding."

"Yaudah mending kita jalan sekarang, tau sendiri kan jakarta kalo macet kayak apa."

"Kamu yang nyetir ya San,  sama nenek di belakang."

"Jadi supir sehari demi nenek, mama, sama demi nonton pertandingan nya Anya, not bad lah, kita brangkat, come on."

Nyata nya, Jakarta hari ini tidak terlalu macet sesuai yang di perkirakan.
Roda mobil Sania berjalan mulus di aspal,

Anya duduk termenung, raut wajahnya cemas dan jantungnya bergemuruh sanagt amat kencang, sumpah, ini adalah kali kedua Anya merasakan sesuatu yang memacu adrenalin nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya duduk termenung, raut wajahnya cemas dan jantungnya bergemuruh sanagt amat kencang, sumpah, ini adalah kali kedua Anya merasakan sesuatu yang memacu adrenalin nya.
Yang pertama saat naik loler koster waktu Rian mengajaknya kedufan satu tahun yang lalu.

Dan yang kedua adalah saat ini, dia akan mengikuti pertandingan perdana nya di ajang bukutangkis kenamaan.

Dia gugup, dan euphoria istora membuatnya semakin takut, entahlah, dia memang selalu lemah jika berhadapan dengan hal yang seperti ini.

Jari jemarinya bertautan, di tambah keringat dingin menghinggapinya.

Dia sama sekali tidak tenang, bayangan bayangan yang akan terjadi nanti, saat pertandingan muncul di kepalanya.
Dia takuk kalau kalau tidak bisa menang.

Di rasa seseorang duduk di sebelahnya, membuat nya menoleh ke samping.

Anya tersentak saat mendapati Rian duduk dengan tenang di samping nya, bersandar pada kursi sambil memejamkan mata, sangat amat tenang dengan nafas yabg teratur.

Manik mata Anya seperti tertarik, menyelami setiap inci wajah Rian.

Tiba tiba lengkungan di bibir Rian tercipta, tipis kemudian semakin melebar, membuat Anya mengerjapkan matanya.

Tiba tiba lengkungan di bibir Rian tercipta, tipis kemudian semakin melebar, membuat Anya mengerjapkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang