14 : Rian berkunjung

946 89 1
                                    

BAB 14

Anya menyalakan lampu rumahnya sehingga ruangan yang tadinya gelap menjadi terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya menyalakan lampu rumahnya sehingga ruangan yang tadinya gelap menjadi terang.
Rian mengedarkan pandangan nya sambil mengikuti gadis itu dari belakang. Rumah megah bercat putih yang dominan.

Yang pertama Rian rasakan saat masuk ke rumah Anya adalah sepi.
Rumah seluas ini hanya di huni oleh dua orang, Anya dan Neneknya.
Rian menautkan alisnya, jadi yang di benar yang di bilang oleh niken, adik ginting sekaligus teman satu kampus Anya.

"Duduk dulu." Anya mengarahkan nya pada sofa di ruang tamu, Rian mengangguk.
Sementara Anya melangkahkan kakinya ke atas.

Rian duduk di sofa sambil menunduk memainkan ponselnya.
Tanpa sengaja mata Rian menemukan sesuatu tak jauh dari tempat nya duduk, menarikn perhatian nya, membuat rian berjalan menghampiri objek itu.

Dua buah mendali yang menggantung rapih di dinding.

Mata Rian mengamati lamat lamat mendali itu.

"Juara satu lomba badminton tingkat nasional?" Gumam Rian.

Saat memandang kebawah Rian mendapati bingkai foto yang berada di atas meja. Dalam foto itu seorang gadis berumur kurang lebih 12 tahun sedang memegang piala dan menunjukan mendali sambil tersenyum lebar. Rian meraih bingkai foto itu sambil menautkan alisnya dan menatap bingung.

Anya menutup pintu kamarnya dan menuruni tangga.

"Lo ngapain?" Tanya Anya dengan muka datarnya. Rian sedikit tersentak dan menoleh ke asal suara. Mendapati Anya berdiri di tiga meter di depan nya. Pakaian nya sudah ia ganti dengan baju rumah.

Pandangan Anya berubah menjadi tidak suka saat melihat Rian memegang bingkai foto itu.
Dengan cepat Anya menghampiri Rian dan merebut Bingkai foto itu dan memasukan nya ke dalam laci di bawah meja.

"Jangan sentuh barang barang gue." Perintah Anya dengan dingin dan penuh penekanan.

"Eh sorry, gue lancang." Anya tidak membalas Permintaan maaf Rian, gadis berkuncir satu itu berjalan ke arah dapur.

Rian meringis pelan saat gadis itu tidak merespon nya, dia kembali memilih duduk diam di sofa semula.
Tidak adanya sekat antara ruang tamu dan dapur membuat Rian bisa melihat gadis itu. Pemuda itu mengamati pergerakan Anya yang sedang membuat minuman. Entah kenapa Rian penasaran dengan gadis itu.

Saat ingin membuka kulkas Anya melihat memo yang tertempel pada pintu kulkas. Anya mengambil note itu kemudian membacanya.

Anya, nenek ke restoran sebentar, ada keperluan yang harus di urus.

Gadis itu mengangkat gelas yang berisi es teh lemon  kemudian berjalan menghampiri Rian di ruang tamu.

"Gue cuma punya ini." Anya meleyakan mimuman itu di meja depan Rian.

"Gak apa apa, justru gue yang ngerepotin."

Anya tidak membalas perkataan Rian barusan. Dia duduk di sofa terpisah di samping Rian.
"Lo disini tinggal sendiri?"

Gadis itu menggeleng. "Sama nenek."

Rian ber oh ria.

"Berdua doang?" Anya mengangguk.

"Lo pemain bulutangkis juga?"

Wajah datar Anya berubah, dia mengangguk sekilas.
"Dulu."

"Kenapa enggak di lanjutin?"

Rian menunggu Anya menyahut, tapi gadis itu tidak membalas pertanyaan nya.

Menurut Rian, mendapatkan Juara satu tingkat nasional adalah sebuah prestasi yang membanggakan. Kenapa gadis itu tidak meneruskan menjadi atlet bulu tangkis?

Rian semakin penasaran dengan gadis itu.
Mata Rian melebar saat mendapati seekor kecoa di lantai. Otomatis Rian berteriak dan menaikan kakinya ke sofa.

"Aa!"teriak Rian

Anya tersentak atas perlakuan Rian tadi, saat melihat wajah Rian yang kaget dan memperhatikan lantai, Anya paham, Pemuda itu ternyata takut kecoa.
Gerakan terburu buru Rian membuat siku nya terbentur ujung meja.

Satu kecoa lewat dapat membuat seorang Rian Ardianto mempermalukan dirinya di depan seorang gadis. Padahal kecoa nya gak ngapa ngapain, cuma numpang lewat.

Anya menahan tawa nya melihat tingkah pemuda itu. Saat kecoa nya pergi, Rian menurunkan kembali kakinya ke lantai. Dia membenarkan posisinya menjadi duduk kembali.

Saat menggerakan siku nya, rian meringis.
Anya melihat siku pemuda itu memar.

"Siku lo-bentar gue ambil p3k." Anya bangkit dari duduknya dan berjalan mengambil kotak obat tsb
"Eh gausah." Anya menghiraukan perkataan Rian dan melangakah kedapur

Anya kembali dengan kotak persegi berwarna putih di tangan nya. Dia membuka dan mengeluarkan obat obatan.

Gadis itu duduk di samping Rian.
Dengan telaten Anya mengobati luka Rian. Sementara Rian mengamati setiap pergerakan Anya dalam diam.

"Orang tua lo gak tinggal bareng sama lo?"

Tanya Rian, akhirnya pertanyaan yang mengganjal di pikiran nya akhirnya terlontar juga. Anya menghentikan pergerakan nya. Raut wajah Anya berubah, rahang nya mengeras. Dia cepat cepat memasukan obat obatan tersebut dan melangkah mengembalikan kotak itu ke asalnya.

Lagi lagi Rian di cuekin, tapi melihat ekspresi Anya barusan, Rian tau bahwa  Anya tidak suka saat pemuda itu membahas orang tuanya.

Lagi lagi Rian di cuekin, tapi melihat ekspresi Anya barusan, Rian tau bahwa  Anya tidak suka saat pemuda itu membahas orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang