Rian.
Remaja irit ngomong yang gemar bermain tepok bulu angsa, dan misterius.
Anya.
Gadis dingin, minim ekspresi dan mempunyai banyak rahasia.
Rian dan Anya
Sepasang insan manusia yang dipertemukan oleh takdir. Mempunyai kesamaan rasa, yaitu sama sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Plis jangan sebut nama dia lagi Nik,"
"Nya, maaf gue gak bermaksud, tapi gue tau dia itu cinta sama lo Nya, gak tau kenapa gue yakin aja kalo lo sama dia bakalan bareng."
"Nya, gue denger dari kevin kalau Rian sama Kakak lo, Sania, udah gak ada hubungan apa apa." Kata Jorji.
Anya terdiam.
"Kasih dia kesempatan Nya, ya?" Mohon keduanya.
"Kita gak bakalan maksa lo, tapi plis, dengerin penjelasan dia dulu, kita cuma pengen yang terbaik buat lo."
Anya tersenyum tipis, dia sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rencana nya mereka berangkat jam setengah lima subuh tadi, tapi sekerang sudah jam 5 dan mereka belum juga berangkat.
Ada yang telat bangun lah, ada yang nyati barang ketinggalan lah, ada yang sakit perut, ada yang mandinya lama.
"Geraan lur, ayoook."
Ucap Fajar, kayaknya dia doang emang yang paling semangat, sedari tadi duduk di dekat bus yang sudah terparkir di halaman depan pelatnas,
Satu persatu teman nya berdatangan.
Kevin dengan muka bantalnya, Tapi tetep aja ganteng.
Sementara Rian dengan muka datar semi pengen di tabok, tapi tetep aja ganteng.
Dan Fajar yang sudah keren gini, tapi tetep aja gak ganteng ganteng.
Hadeh.
kursi bus yang tadinya kosong melompong perlahan lahan terisi.
"Halo gaes, ini kondisi bus yang di tumpangi sama crazy rich ciumbrella gaes. Masih pada ngantoek, secara ini masih subuh gaes,"
Mbak wid memulai aksinya dengan meng instastory wajah nya Kevin yang di zoom full face dengan efek efek manjah yang tersedia.
"Jah, ni bocah masih tidur, mumpung lagi tidur, mari kita kerjain gaes, gantian kali, masa eike mulu yg di kerjain, hai mpiinn, bobok nya pules amat."
"Ji, mana Anya Dia beneran ga ikut?"
"Udah kok, bentar lagi dia nyampe ke sini, sama Niken juga."
"Diem bae lu Jom."
"Apaansih." Rian membuang muka nya ke jendela, tidak bisa di sembunyikan bahwa dia sangat senang mengetahui Anya ikut.
Senyum nya tidak pudar, sampai Anya muncul di pandangan nya melalui jendela besar bus itu.
Kemudian melangkah masuk menaiki bus.
"Pagi semuanya." Sapa Anya ramah.
"Pagiiiiiiiiiiii, anyaaa cantiikkkk."
"Heleh pagi pagi udah ngegombal dasar dasar."
Mata Rian dan Anya kembali bertemu, kali ini Cukup lama karena kedua nya tidaka ada yang berniat mengalihkan pandangan.
"Permisiong, mbak, mas, pandang pandangan nya di tunda dulu ye, saia numpang lewat dulu, permisi,"
"Nah silahkan dilanjut."
Anya buru buru memutuskan pandangan mereka. Dapat di jamin bahwa wajahnya sekarang sudah semerah tomat.
Sementara Rian berdehem, untuk di sebelahnya kevin lagi tidur, coba kalo melek, abis dia di ledekin.
Jorji menyelimuti dirinya dengan syal maroon yang dia bawa. "Nya, kalo udah pagi bangunin ya?"
"Ini udah pagi ji."
"Maksudnya kalo udah jam 7 kalo gak setengah delapan, hehe. Atau lo mau tidur juga?"
"Engga, udah sana tidur, entar gue bangunin."
Pukul tujuh pagi. Suasana di dalam bus perlahan mulai ramai, sudah banyak yang membuka matanya setelah satu jam hibernasi.
Fajar sudah kelayapan untuk mencari makanan, berhenti di setiap kursi untuk mengumpulkan makanan kemudian di bagikan lagi kepada teman teman nya.
"Mas Jayy, nih ada Lumpia, mau ndaak."
"Boleh boleh, mana sini."
Gantian sekarang wartawan kece PBSI itu yang memejamkan matanya.
Tapi kayaknya dia tidur di waktu yang tidak tepat, musuh nya alias kevin Sanjaya alias si tangan petir itu sudah melek, dan otomatis akan menjaili nya.
Dan dia sangat amat menyesal mendapat tempat duduk di belakang, karena itu memang markasnya para orang jail, seperti Kevin, Ginting, Fajar.
"Mbak wid, kebo banget sih, tidur mulu, tambah langsing ntar tu badan."
"Astaganaga bonar mpin, gue baru aja meremin mata 5 menit."
Rian berdecak dan menghela napasnya
Rian bangkit dari duduknya.
"Mau kemana lo Jom?"
"Ke depan, di belakang rusuh."
Anya mengamati pergerakan Rian yang berjalan melewatinya, kemudian duduk di kursi di depan nya, Dekat kemudi.
"Nan, sini kosong kan?"
Keenan mengangguk, "Kunaon pindah Mas Jom?"
"Di belakang rusuh, kayak neraka. mending disini adem, kayak surga.
"Hahahah, bisa aja Mas Jom."
"Aya kopi nte Nan?"
"Aya aya, sekedeng atuhnya."
"Sekedeng itu apa?"
"Sekedeng itu artinya sebentar."
"Oh gitu,"
"Mangga kopinya."
"Makasih Nan."
"Sami sami."
Selama perjalanan mata Rian tidak pernah terlepas dari pantulan diri Anya yang terlihat dari kaca sepion.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.