46 : Sendu

763 71 1
                                    

BAB 46

Sudah dua hari Rian berada di club asalnya, tidak ada interaksi yang berarti antara Rian dan Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua hari Rian berada di club asalnya, tidak ada interaksi yang berarti antara Rian dan Anya. Hanya begitu saja, sebatas memandang mata dan jarang sekali mengobrol.

Paling kalau teman teman nya mengobrol, Rian dan Anya hanya menimpali sesekali.

Ya, mungkin memang lebih baik seperti itu, Anya harus menjaga perasaan nya agar tidak jatuh cinta lebih dalam dengan Rian, dan menurutnya, Rian harus menjaga hati kakak Anya.

Hanya beberapa hitungan hari saja, dan setelahnya Anya tidak akan bertemu dengan pemuda itu, setidaknya untuk seminggu ke depan Anya harus menyiapkan hatinya. Kalau kalau melihat di depan matanya, Rian dan Kakaknya bersama.

Latihan sudah selesai lima menit yang lalu.
Anya merapihkan peralatan latihan nya kedalam tas.

Seperti yang di katakan sebelum nya, porsi lahitan nya di tambah, membuat gadis itu sedikit memporsil tenaganya.

Kata pelatihnya, permainan nya sudah hampir sempurna, dia hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri.
Pelatihnya salut kepadanya karena Anya sangat cepat menangkap apa yang diajarkan. Sekali di jelaskan langsung bisa.

"Semangat, tingkatkan terus, jaga kondisi tubuh mu ya Anya Dokter Rani( dokter spesialis gizi para atlet) hanya bisa memberikan pengarahan, kamu yang tau betul kondisi dirimu seperti apa, jangan telat tidur dan jaga pikiran, jangan pikirkan hal yang tidak penting, nanti beban."

"Makasih, coach." Balasnya, kemudian pamitan.

Sampai di pintu keluar lapangan, Anya bertemu dengan Rian.

Anya mau lewat, tapi di saat yang bersamaan Rian juga mau lewat.
Jadi mereka saling kagok.

"Duluan aja."
Kata Rian sembari mundur memberikan jalan untuk Anya lewat.

"Mau ke asrama? Bareng aja."

"Eh, gue mau ke  kantin bentar."

Rian melihat jam di ponselnya. "Lo mau ngapain ke kantin? Tiga puluh menit lagi kan ada pertemuan, mending lo balik ke asrama terus mandi dan siap siap."

Anya meremat genggaman pada tali tas yg di pegang nya.
Membasahkan bibirnya yang kering, kemudian mengangguk ragu.

"Yaudah."

Kedua nya berjalan berdampingan.

Hening, tidak ada percakapan sampai langkah mereka  terhenti di persimpangan antara asrama putri dan asrama putra.

Rian berdiri mengahadap Anya dan  menatap gadis itu dengan lekat, sementara Anya menunduk, merasakan debaran jantungnya yang semakin kencang.

Rian menarik napasnya dalam dalam.

"Gue gak bisa basa basi buat nanyain kabar lo atau lo lagi sibuk apa sekarang, terlalu basi, gue cuma pengen bilang kalo gue seneng bisa ketemu lo lagi."

"Gue kangen sama lo Seva." Tubuh Anya membeku saat Rian tiba tiba memeluknya.

Akhirnya, kata kata itu tersampaikan, setelah Rian di buat gila karena harus menahan nya dan tidak mempunyai nyali untuk menyampaikan nya pada Anya, padahal perempuan itu berada di dekatnya.

Debaran jantung kedua nya mungkin terasa satu sama lain, mengingat jarak mereka sangat dekat., Entahlah Rian selalu berharap dia dan gadis itu bisa seperti dulu lagi. Beberapa waktu kebelakang, dia seperti merasskan sebagian dari hidupnya menghilang, saat Sevanya menghindarinya, menciptakan sekat antara kedua nya.

Seakan menyadari sesuatu, Anya segera melepas pelukan itu, kemudian memberi jarak antara dia dan Rian.

"Lo gak seharusnya bilang kayak gitu, ada hati yang harus lo jaga, Rian."

Kemudian sevanya meninggalkan Rian dengan langkah sedikit berlari.

Rian memejamkan matanya dan menghela napasnya kasar.
Dia selalu bingung, mengapa jatuh cibta serumit ini.
Mata Rian menatap sendu punggung Anya yang perlahan menjauh.

"Tembak! anjir bodo amat woi, itu musuh nya ituuuu, tembak orang nyaaa!" Kata kevin heboh sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tembak! anjir bodo amat woi, itu musuh nya ituuuu, tembak orang nyaaa!" Kata kevin heboh sekali.

Mata kevin menapat tajam layar Hp di depan nya. Berusaha fokus untuk menembak lawannya.

Rian pun sama hal nya, dia lagi main pubg sama Kevin, Ginting dan Ihsan. Sementara Jojo lagi ngebucin.

"Ah shitt." Umpat ginting dengan gemas.

Sementara Rian kehilangan fokus nya semenjak melihat seorang gadis datang ke kantin bersama teman teman nya dan duduk di meja sebrang.

"Bu, yang biasa ya." Teriak sunny.

"Neng Anya, mau pesen apa?"

"Samain aja bu." Balasnya sambil tersenyum ramah. Kemudian berlalih pada ponselnya.

"Eh ada mas jom, ganteng banget sih." Kata sunny dengan nada memuja.

Mendengar itu, otomatis Anya mengangkat kepalanya, menatap teman nya yang barusan ngomong. Kemudian tatapan nya mengikuti arah pandangan sunny.
Ternyata Rian sedang melihat ke arahnya.
Sehingga mata mereka bertemu.

Anya cepat cepat menoleh.

"Lo gak antusias banget sih Nya, Mas Jom tuh ganteng loh, lo gak naksir apa?"

Tiba tiba Anya terbatuk batuk, tersedak saliva nya sendiri.
Kejadian itu membuat Rian menoleh ke arahnya.

Napas Anya memburuh, meraup oksigen sebanyak mungkin.

Dia mengumpat dalam hati,
Teman teman nya itu, kalo ngomong gak pernah di saring, ceplas ceplos bae.

Dia mengumpat dalam hati, Teman teman nya itu, kalo ngomong gak pernah di saring, ceplas ceplos bae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang