38 : Br(ok)en

721 67 0
                                    

BAB 38

Langit cerah, awan putih bergantungan dilangit dengan dasar gradasi biru dan putih yang menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit cerah, awan putih bergantungan dilangit dengan dasar gradasi biru dan putih yang menawan.

Sepasang langkah berjalan menyusuri tempat terbuka itu.

Taman yang memiliki banya sekali perubahan semenjak mereka terakhir kali menginjakan kaki disini, tapi setiap kenangan nya masih bisa dirasakan dengan amat sangat.

Kota bandung, yang penuh cerita.

"Kenapa kamu ngajak aku kesini?"

"Mau nostalgia."
Kata Rian dengan asal.

Kemudian Sania tertawa.
"Nostalgia apaan, bahasa kamu tuh."

Rian ikut tertawa kemudian merangkul gadis di sampingnya itu.

"Seinget aku disini dulu ada tukang eskrim."

"Itukan dulu, udah banyak yang berubah sekarang."

"Kalo aku berubah gak?"

Sania mengarahkan bola matanya keatas dan memajukan bibirnya seraya berpikir.

"Iya, makin jago main bulutangkisnya."

"Hahaha, selain itu?"

"Gak ada lagi."

"Masa sih, aku makin ganteng loh."

"Dasar kamu narsis."

Rian menyesap capucino di hadapan nya.

"Jadi kamu bakalan di indonesia terus?"

Sania mengangguk.

"Iya, kantor mama pindah ke indonesia, jadi aku menetap disini."

Rian melengkungkan senyumnya.
Tangan nya terulur menggenggam jemari Sania yang ada di atas meja.

Matanya menatap dalam sampai ke retina gadis itu.

"Aku mau nanya sama kamu, apa perasaan kamu masih sama kayak dulu?"

Anya mengambil tas nya di sofa.

"Kalo ada apa apa, hubungi saya."
"Saya pulang dulu."

Anya mencium tangan ibunya sembari berpamitan.

"Iya, Hati hati di jalan."

Anya mengangguk sekilas. Hubungan dengan ibunya perlahan membaik.
Mungkin kedua nya sudah merasa capek diem dieman seperti kemarin marin.

Cuaca memang tidak pernah bisa di prediksi, beberapa jam yang lalu, langit tampak begitu cerah dan terik, tapi ssat ini awan berubah menjadi abu abu dan lanhiy menjadi mendung,
Rintik hujan perlahan berubah menjadi lebat.

Rinai air itu membasahi pakaian nya, dia mempercepat laju kendaraan roda dua itu, tidak berniat untuk meneduh, tanggung karena jarak rumah nya sudah dekat.

Roda motornya memelan saat sampai di depan rumah nya.

Anya menautkan alisnya saat melihat mobil hitam terparkir di halaman rumahnya.

Mobil itu tak asing di penglihatan nya.

Dia melangkah kedalam rumah, sayup sayup terdengar suara orang yang sedang mengobrol di ruang tamu.

Anya tersentak saat mendapati Rian dan kakanya yang sangat akrab.

Pandangan mereka bertemu.

Dalam pikiran nya Anya bertanya tanya, kenapa Rian ada disini malem malem begini? Dan kenapa Kakanya bisa kenal dan akrab sekali dengan Rian?

"Eh, Rian kenalin ini adik ku, namanya Anya."
Suara Sania memecah lamunan kedua nya.

Rian tersentak dan mengerjapkan matanya.

Kemudian tersenyum tipis, "Udah kenal san." Ucap Rian, sementara Anya masih diam.

"Oh ya? Kok bisa?"

"Ceritanya panjang."

Rian menceritakan garis besarnya ke Sania,

"Oh jadi kalian itu temen deket?" Tanya Sania dengan Antusias.

Rian mengangguk, matanya beralih pada gadis yang masih mematung di depan nya itu.
Mata gadis itu sudah berkaca kaca, entah kenapa sevanya juga tidak tahu.
Dia menggigit bibirnya dengan kencang seraya menunggu penjelasan Rian lebih lanjut.

"Seva. Ini Sania. Cewek yang gue ceritain ke lo waktu itu."

Jantungnya bergemuruh, seketika kakinya lemas.

Ia menggigit bibirnya semakin kencang, menahan isakan yang mendesak keluat dari bibirnya.

Hatinya hancur berkeping keping.

Ternyata gadis yang selama ini Rian cintai adalah kakak nya sendiri.
Dunia ini memang benar benar sempit.

Dia meninggalkan ruang tamu, menyisakan Rian yang menatap Anya dalam diam. Serta Sania yang menatap keduanya dengan bingung.

Nenek yang baru datang menautkan alisnya. "San, Anya kenapa?"
Sania hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Sevanya berlari menuju kamarnya dan membanting pintu.

Menjatuhkan tubuhnya di atas temoat tidur, matanya menatap nanar kedepan.
Dadanya sangat amat sesak

Ternyata gadis yang di ceritakan rian itu adalah kakaknya sendiri dan sekarang Rian bertemu lagi dengan orang yang masih dicintai nya sampai sekarang.

Lalu bagaiama dengan perasaan nya? Dia sudah terlanjur menjatuhkan hatinya pada pemuda itu.

Dan apa artinya perhatian Rian selama ini kepadanya?

Surpise.
Hadiah ulang tahun.

Kenapa Rian bersikap seolah olah menaruh hati pada nya? Membuat Seva seolah menjadi seseorang yang berarti untuk Rian.
Membuat gadis itu menganggap Rian mempunyai perasaan yang sama dengan nya.

"Dasar Rian brengsek."

Tubuhnya bergetar, dia menggigit bibirnya dengan kencang menahan isakan yang keluar dari bibirnya.

Matanya sedari tadi tak henti mengalirkan air mata.

Matanya sedari tadi tak henti mengalirkan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang