Bab 1. Ujian

448 104 163
                                    

Jika kita berusaha baik, maka akan dipertemukan dengan orang baik, dan terselamatkan dari orang yang berniat jahat. Tuhan jauh lebih tahu kapan saatnya kita membutuhkan pertolongan. Dia-lah Sang Penolong sejati.

~ Seberkas Jejak Santri ~

Karya Serpihan Ilalang

==========♡♡♡♡♡==========

Suara memenuhi aula dengan mengekspresikan kebahagiaan dan syukur. Di dalam ruangan begitu ramai setelah kelulusan diumumkan, seluruh kelas XII ramai menceritakan keinginan mereka untuk melanjutkan ke Universitas yang mereka banggakan masing-masing.

Berbeda dengan Zalfa yang masih tetap diam di bangku setelah menerima amplop kelulusan. Ia bingung antara keinginannya yang berbeda dengan keinginan orang tuanya.

"Fa.. kenapa?" tanya Nurul. Sahabatnya, mereka berteman sejak smp.

"Nggak papa Rul," jawabnya dengan wajah sedikit murung.

"Kamu mau kuliah dimana Fa?" Zalfa pun hanya menggelengkan kepala.

"Kamu nggak pengen kuliah Fa?"

"Aku hanya ingin mesantren Rul, ngafalin Qur'an. Hanya itu impianku," jawab Zalfa sekejap menutup matanya.

"Lah terus, udah bilang sama ortu?" tanya Nurul sambil menatap Zalfa yang sedang tertunduk.

"Mereka nggak ngizinin. Mereka ingin aku kuliah dan mesantren tapi tidak dengan menghafal al-Qur'an. Mereka ingin aku ngaji madrasah diniyah saja dan fokus kuliah. Kalau kamu sendiri?" Zalfa tanya balik sahabatnya.

"Aku sebenarnya pengen kuliah, tapi tahukan kamu orangtuaku. Dengan latar belakang keterbatasan, otak pun biasa-biasa aja. Tapi Alhamdulillah mereka mengizinkan aku untuk tetap menimba ilmu dipesantren ini, itu udah lebih dari cukup bagiku," Zalfa menatap haru sahabatnya.

***

Dengan terpaksa Zalfa menuruti keinginan kedua orang tuanya untuk kuliah dan mesantren. Zalfa di daftarkan melalui jalur UMPTKIN oleh Naqi Naransyah kakak sepupunya.

"Kakak udah daftarin, kamu mau ambil jurusan apa?" tanya kakak sepupunya.

"Terserah Mama aja deh Kak, takutnya nanti malah gak boleh kalau Zalfa milih sendiri," gerutu Zalfa.

"Adek ini pasrah amat," kata Naqi sambil mengerutkan keningnya.

"Ada dua pilihan yang harus diambil jurusannya mending satu pilihan Mama yang kedua pilihan Zalfa. Iya ngga Bi?" tanya Naqi pada Mama Zalfa.

Mama Zalfa hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Tuh kan Fa, Bibi juga setuju kan?" tanya Naqi memastikan.

"Iya deh terserah, yang penting Zalfa kuliah dan mesantren," ujar Mama Zalfa. Naqi hanya manggut-manggut sambil melirik ke arah Zalfa yang masih terlihat bimbang.

Satu bulan kemudian ujian masuk perguruan tinggi pun dilaksanakan.
Kebetulan tes ujian masuk ini bertepatan di bulan suci Ramadhan. Dengan menjalankan puasa sebagaimana kewajiban orang Islam iya harus tetap puasa meski perjalanan Ciamis-Purwokerto cukup melelahkan.

Zalfa sedikit cemas. Dan berdoa dalam hati "ya Allah, jika ini yang terbaik yang Engkau gariskan untukku permudahlah hamba untuk menjalankaanya."

"Kayaknya ada yang tegang nih menghadapi ujian," sindir Naqi.

"Hm.. doain ya Kak," pinta Zalfa.

Ujian pun berlangsung dengan khidmat. Tanda bel selesai telah dibunyikan.

Seberkas Jejak Santri (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang