Dissimulate - 07

1.6K 108 2
                                    

Rachel menaiki sepedanya dengan bersenandung ria. Sudah lama sekali gadis itu tak menaiki sepeda. Ia teringat, terakhir naik sepeda ketika ia kelas tiga SD dan sekarang sudah kelas sebelas SMA.

Rachel membiarkan rambutnya tergerai terseret angin senja. Matanya menyipit ketika tersorot sisa sinar matahari di ufuk barat.

"Hai."

Tiba-tiba di sisi kanannya terdapat laki-laki memakai motor ninja dengan gaya sok coolnya itu. Tapi memang cool sih, menurut Rachel.

Lion.

Dia lagi.

Rachel menoleh sekilas lalu mempercepat ayuhan sepedanya agar cepat-cepat sampai di toko terdekat.

"Cie jaket gue masih di pakai."

Rachel tak peduli. Ia terus melajukan sepedanya.

"Eh pelan-pelan dong, nanti jatuh loh."

Bodo amat.

"Gue dah beliin kebutuhan lo. Nih," Lion menyodorkan beberapa bungkus roti jepang dalam plastik berwarna putih transparan berlogo Indomaret itu.

Rachel menepikan sepedanya. Lion mengikutinya.

"Gue bisa beli sendiri."

"Rezeki nggak boleh di tolak sih, setahu gue."

Rachel tidak enak hati untuk menolak, lagipula ia juga butuh kan. Tetapi, ia gengsi.

Gengsi lagi gengsi lagi.

"Gak usah deh, buat lo aja."

Lion ternganga mendengar itu. "Lah gue kan cowok."

"Buat pempes."

"Ckckck. Lo pikir gue suka kencing di celana?" Lion berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Tetapi tanpa persetujuan ia sudah meletakkan barang itu di tangan Rachel membuat Rachel terkejut dan tidak bisa menolak.

"Tadi nyokap nyuruh gue beli itu buat dia, terus gue inget lo juga lagi butuh. Ya udah gue beli sekalian buat lo. Niatnya mau gue lempar ke rumah lo sih, tapi ada lo ya udah, bye!"

Rachel tertegun.

Lion tidak seangker namanya. Meskipun bernama singa tetapi berhati buaya. Eh?

Lion melajukan motornya. Mengepulkan asap membuat Rachel menutup hidungnya.

Rachel menunduk menatap kantong plastik di tangan kanannya itu. "Thanks, Lion."

***

Lion duduk di tempat nongkrongnya dengan gusar. Teman-temannya terbahak melihat ekspresi kesal Lion.

"Gimana? Udah dare-nya?"

Lion menatap Haikal dengan sinis. "Gila lo, ngasih dare beli gituan buat Rachel lagi."

Beberapa dari mereka terbahak sampai memegangi perutnya yang sakit. "Terus gimana bro? Diterima kan?"

"Tadinya dibalikin katanya buat pempes gue."

"HUAHAHAHAHAHAHAH." Tidak bisa dipungkiri, kali ini Lion lucu sekali. Untuk pertama kalinya Lion main game truth or dare dan sekalinya milih dare malah bikin ia malu sendiri.

Lion ketika di Indomaret menutup wajahnya dengan telapak tangan saat membeli si roti jepang itu. Apalagi cewek-cewek menatapnya kagum membuatnya semakin salah tingkah.

"Terus godain dia gimana? Berhasil nggak?"

Lion mengangguk mantap. "Nggak kayaknya."

Lion meringis ketika mendapat jitakan di keningnya yang sempit itu. Haikal geleng-geleng kepala. "Kalau nembak dia, berani nggak?"

"Apaan gue nggak suka sama dia." Lion menyangkal ide gila itu.

"Siapa yang nyuruh lo suka sama dia?"

Lion berpikir. Teman-temannya menunggu. Ada tujuh cowok di sana sedang menatap Lion sambil tersenyum miring.

"Nggak usah nantang gue," sinis Lion merasa jengkel dengan permainan isengnya.

"Eleh, bilang aja lo takut ditolak? Ye nggak?" Haikal sebagai ketua geng itu mengompori teman-temannya. Mereka mengangguk semua, setuju dengan ucapan Haikal.

Lion berdecak. Kaki kanannya di naikkan ke atas kursi lalu cowok itu menyesap rokoknya.

"Kalau gue jadian sama dia ... nggak mungkin."

Salah satu temannya yang bertubuh paling besar itu menjawab, "Emang lo udah yakin di terima bro?"

Mereka tertawa kecuali Lion yang memasang muka jengkel.

Haikal menepuk bahu Lion. "Semangat, bro! Lo pasti bisa!!"

Sedangkan di sisi lain Rachel tersenyum memeluk jaket yang Lion berikan dan merasa Lion perhatian padanya padahal tak lebih dari sekadar permainan.

Drama hidup Rachel sepertinya akan segera dimulai.

Haikal mengibarkan daun yang ditusuk sapu lidi dijadikan sebagai bendera hijau itu di kobarkan di depan wajah Lion sebagai permulaan tantangan bagi cowok itu.

"HIDUP SINGA!!!"













-------

Kenapa ceritanya jadi gini ya :D

DissimulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang