Wkwk ngakak part sebelumnya, coret-coretku ikut ke publish🤣
Happy reading guys💜💜💜
---
Kebanyakan manusia melupakan seribu kebaikan hanya dengan satu kesalahan."
-Dissimulate-
"Katanya lo sakit, ya?" tanya Lion ketika cowok itu telah dipersilakan duduk di ruang tamu dengan meja di depannya yang sudah ada minum dan makanan ringan di sana.
Rachel tersenyum tipis dan mengangguk. Mungkin Lion akan terkejut dengan sifat kalem Rachel yang sudah lama tak dilihatnya. Bahkan, Lion berpikir kalau Rachel sudah berubah. Agak lebih pecicilan, mungkin?
Lion menaruh buah-buahan yang dibawanya di meja. "Gue bawa buah buat lo. Dimakan, ya? Biar cepat sembuh. Lo mau lomba 'kan katanya?"
"Iya, makasih." Lagi, Rachel tersenyum tipis. Batinnya menerka-nerka mengapa apa yang diucapkan Lion berdasarkan 'katanya'. Apa cowok itu menggosipkan dirinya? Oke, Rachel terlalu percaya diri kali ini.
"Gue doain biar lo juara."
"Aamiin, makasih, Lion."
Lion jelas merasa aneh dengan segi ucapan gadis berambut panjang tersebut, namun ia berpikir positif. Mungkin saja Rachel masih marah padanya.
"Lo masih marah ya sama gue? Gara-gara gue jadiin lo taruhan?"
Deg! Perasaan Rachel berubah tidak enak. Ada sesuatu yang sakit di hatinya. Jadi, selama ini Nichel sedang tidak baik-baik saja? Mengapa adiknya itu tak memberitahukan padanya kalau Lion memperlakukannya segitu buruk? Astaga, Rachel tidak habis pikir.
Melihat Rachel melamun, Lion bertepuk tangan di depan muka Rachel yang berhasil membuat gadis itu tersentak kaget. "Astaghfirullah, Lion."
Lion terbahak, "Makanya jangan melamun. Btw, lo pake wig, ya? Kemarin bukannya rambut lo pendek?"
"Kenapa Lion jadi nanya terus sih?" tanya Rachel dalam hatinya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat membutuhkan tenaga untuk berpikir. Rachel hanya menjawab dengan anggukan saja. Lion pun ikut mengangguk pertanda paham.
"Gimana hubungan lo dengan Reysa?" Rachel tahu ini tidak baik untuk hatinya sebab ia merasa tidak enak pada adiknya jika Lion menjawab hubungannya dengan Reysa semakin baik. Rachel tahu, jika Nichel, adiknya tersebut mengakui telah jatuh cinta pada cowok di sampingnya kini.
"Masih menjadi teman," jawabnya sedikit ketus.
Rachel menyimpulkan, mungkin Lion sedang marahan dengan Reysa. "Jangan hanya dengan satu kesalahan dia, kamu berhenti memperjuangkan, Lion. Karena kebanyakan manusia melupakan seribu kebaikan hanya dengan satu kesalahan." Rachel mengakui dia berucap seperti sekadar basa-basi agar Lion tidak bertanya aneh-aneh lagi padanya.
Lion menatap lurus ke langit-langit di rumah Rachel. Pandangannya kosong.
Hening.
Hanya terdengar embusan napas dari keduanya. Rachel merasa canggung dan bingung harus berkata seperti apa lagi.
"Chel."
"Iya?"
"Gue udah nggak suka Reysa."
"Hah?" Rachel menutup mulutnya, merasa keceplosan. "Kenapa?"
"Karena gue udah berpindah perasaan ke ...." Belum usai ucapan Lion, Papa Rachel datang dan duduk di belakang mereka. Nicho--papa Rachel tersebut duduk sembari mengetik sesuatu di laptop. Lebih tepatnya menghadap televisi. Membuat Lion terpaksa sungkan melanjutkan ucapannya dan tak lama kemudian ia pamit pulang.
***
Keesokannya, Lion bersandar di pintu kelas menunggu kehadiran Rachel. Namun gadis itu tak jua muncul padahal bel sudah berbunyi sejak beberapa detik yang lalu.
Pak Hadi terlihat berjalan ke arah kelasnya sambil menenteng tas hitam yang mungkin berisi laptop. Lion menatap ayahnya jengah, menurutnya ayahnya itu sangat disiplin. Kenapa tidak datang pas istirahat saja? Pikir Lion.
Cowok itu merasa aneh, kemarin ia menjenguk Rachel namun gadis itu rupanya baik-baik saja. Lantas mengapa ia tidak ke sekolah hari ini?
Lion fokus menatap ponselnya, mengirim pesan ke Rachel.
Rachel :
Lo kenapa ga masuk? Sakit lagi?
Terkirim, namun tak dibaca. Entah mengapa cowok itu justru merasa tidak enak. Ia takut Rachel kenapa-napa, hingga melupakan dirinya yang telah menyakiti gadis itu. Lion memang tidak tahu diri.
Akhirnya, Lion duduk nomor dua dari belakang. Ia tak mau duduk di samping Haikal yang telah mengkhianatinya. Ia rasa, lebih baik ia menghindar dulu. Biarkan Haikal sadar diri.
"Za, kita tukeran tempat duduk, ya?" Reza mengangguk. Satu kelas pun tahu jika Lion dan Haikal terjadi perselisihan akibat satu gadis yang berada di kelas itu juga.
"Kenapa lo?" Faisal bertanya. Sepertinya ia belum tahu masalah Lion.
"Bosen di pojok," jawab Lion sembarang. Jelas, ia tak mau masalahnya terumbar.
Ponselnya bergetar tepat ketika ayahnya sudah mengucapkan salam di tengah pintu. Hati Lion sedikit senang Rachel membalas pesannya. Begitu ponselnya dibuka, ia kecewa karena Reysa lah yang mengiriminya pesan.
"Lion, gue kemarin nggak serius soal pertanyaan lo itu. Maafin gue:) gue pilih lo, Lion. Gue sebenernya hanya menguji perasaan lo aja. Kenapa lo nggak kejar gue lagi?"
Penuh emosi Lion membalasnya.
"Sorry. Lo benar, gue mulai ada rasa dengan Rachel."
"Jauhi gue Reysa."
"Dan, pesan gue, jangan sengaja menjauh agar dikejar. Cowok juga bisa lelah, Rey."Klik. Lion menutup ponselnya ketika guru berkumis tersebut mulai mengabsen siswa-siswi di kelas tersebut.
"Gue harus gimana, Lion?" batin Reysa begitu membaca pesan balasan Lion yang amat menusuk relung hatinya.
TBC ...
2 Oktober 2019.
Don't forget to vote and coment^_^
Jumpa lagi,
larikpilu
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissimulate
Teen Fiction[COMPLETED] Highest rank: #1 in bermukadua (06-06-19) #1 in hidden (09-07-19) #1 in hide (06-12-19) #763 in teen (06-12-19) #585 in teen (26-12-19) Dis.sim.u.late From latin dissimulant-'hidden'. Memiliki arti berpura-pura, menyembunyikan, menyamar...