Dissimulate - 23

1.1K 83 3
                                    

"Tidak ada sahabat yang benar-benar rela ketika orang yang disukai diembat sahabatnya sendiri."

"Disaat gue udah suka sama lo, lo malah ninggalin gue dan milih bareng sahabat gue sendiri." -Maya Ayu Reysa

-Dissimulate-

Sepanjang perjalanan tak ada topik yang menyenangkan. Malah keduanya saling beradu dengan pikiran masing-masing. Rachel ingin mengeluarkan sepatah kata, tapi tidak bisa. Ia takut mengganggu Lion yang sedang menyetir.

Rachel menoleh Lion, cowok itu menatap lurus ke depan, sesekali melirik spion. Akhirnya Rachel pun kembali menatap kaca dengan pandangan malas.

"Udah ilang kan sedihnya? Mungkin, Reysa nggak sengaja ngomong gitu. Dia emosi."

"Iya," sahut Rachel sembarang.

"Kamu nggak papa jalan sama aku naik angkot gini?"

Rachel justru terkekeh mendengar Lion yang kaku mengucapkan 'aku-kamu'.

"Kalau nggak nyaman nggak usah dipaksa, Li."

Lion pun mengangguk, "Maaf, ya?"

"Santai aja kali."

Hening. Lion bingung harus berkata apa. Sampai akhirnya mereka tak sadar telah sampai di rumah Rachel.

"Gue turun, ya. Lo hati-hati," ucap Rachel sebelum ia membuka pintu angkot.

"Lo juga hati-hati."

"Cuma beberapa meter dari sini, Li." Rachel geleng-geleng kepala dan sedikit tertawa. "Ya udah sana, kasihan yang punya angkot."

"Gue pamit, ya?" Lion tersenyum menampakkan gigi gingsulnya, tak lupa mengedipkan sebelah matanya membuat Rachel berteriak histeris dalam hati.

Rachel berbalik ketika Lion sudah menghilang di ujung jalan. Gadis itu hendak membuka pintu rumahnya namun tertunda ketika ponselnya bergetar.

Marsha meneleponnya. Rachel segera mengangkat dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya. "Halo, Sha?"

"Ish, lo ke mana aja, sih! Main bolos aja! Ditelepon juga nggak diangkat. Lo kenapa? Gue denger dari Anita lo habis dicium Lion di depan Reysa? Bener itu, Chel?"

Rachel terdiam. Sekitar sepuluh detik ia baru membuka mulutnya. "Iya." Cuma itu yang mampu ia katakan sebab hatinya merasa sakit ketika mengingat kejadian itu. "Gue lemah banget, ya? Gitu doang sampai bolos."

"Yang dikatain munafik di toilet juga bener?"

"Bener."

Entah mengapa berita tersebut langsung menyebar ke seluruh murid SMA Praja. Rachel hanya takut kalau berita buruk tersebut didengar oleh guru. Apalagi ia belum sempat tahu di mana CCTV sekolahnya menyebar. Bagaimana kalau kejadian itu terekam? Ia hanya tidak mau ada masalah dengan masa penyamarannya. Ia juga harus menjaga nama baik Rachel Anansta.

Marsha terdengar menghela napas panjang. "Kalian tuh udah besar kenapa harus berantem gara-gara cowok, sih?" Marsha geram sendiri. Pasalnya, persahabatan mereka sangat tenang, aman, dan damai waktu satu tahun yang lalu. Persahabatan mereka terkenal sampai ke guru-guru pun kagum dengan kebersamaan mereka. Tapi sekarang? Lion sudah menghancurkannya.

"Gu-gue salah ya, Sha? Gue harus jauhin Lion?"

Di sana, Marsha memijat pelipisnya.

Rachel bertanya lagi, "Padahal Reysa udah izinin gue buat sama Lion. Cuma nggak boleh di depan dia."

"Izin merelakan kadang tuh nggak benar-benar diizinin, Rachel. Kita sama-sama cewek, harus peka, oke? Itu artinya Reysa belum sepenuhnya ikhlas."

Rachel berpikir, memang benar. Rachel menyandarkan kepalanya di sandaran kursi teras rumahnya karena ia belum sempat masuk ke sana. Andai ada tempat untuk les soal beginian, sudah dipastikan ia akan mengikutinya karena ia merasa lemah soal cinta. Maklum saja, ia kedua kalinya jatuh cinta dengan lawan jenis. Dan Lion adalah orang kedua.

"Terus gue harus gimana dong?"

"Aduh kenapa gue ikutan pusing, sih? Saran gue ya, Rachel, lo mending jauhin Lion. Karena menurut gue Lion masih suka sama Reysa. Dan Reysa udah jelas suka sama cowok itu. Masalahnya Reysa lebih suka dulu daripada lo. Lo ikhlasin Lion, ya? Lagian cowok kayak Lion ngapain direbutin, sih? Kayak nggak ada yang lebih bagus gitu, gemes gue." Marsha meneguk ludah sebab dirinya sudah banyak berkata-kata. "Dia undang lo ke tasyakuran ulang tahunnya gak?"

"Iya, tadi pas bolos. Besok pulang sekolah bantu gue cari kado, ya?"

"Hmm, Reysa udah diajak dari kemarin."

Semilir angin menyerempet telinganya hingga Rachel merasa dingin di tubuhnya. Telinganya pun geli tapi tidak mampu menghapus kata-kata manis Lion di telaga tadi. Tentang hati Lion yang katanya sudah beralih ke Rachel, tentang Lion yang katanya menyukai Rachel sejak masih mengejar demi mendapatkan hati Reysa, semua masih tersimpan rapi. Rachel merasa, itu hanya omong kosong. Dan akan ia buktikan kekosongan itu ketika usia Lion tujuh belas tahun.

***

Lion tersenyum bangga pada dirinya sendiri saat ia telah tiba di tempat yang sudah ia janjikan bertemu dengan Reysa dan Haikal. Sebenarnya Reysa sempat menolak karena masih sakit hati sebab Lion telah move on darinya sebelum cewek itu mengakui perasaannya. Tapi, Lion memaksanya. Dan akhirnya pun Reysa hanya menurut saja.

"Gue mau kasih surprise buat kalian."

Haikal mengernyit, cowok itu memandang Lion remeh seolah mengatakan kalau Reysa telah berhasil diembatnya.

"Haikal, tolong senyum remeh lo lunturin dulu."

Reysa sontak menatap Haikal, tapi Haikal buru-buru merubah ekspresi wajahnya menjadi datar tanpa ekspresi.

Reysa mengangkat kedua bahunya.

Lion menarik napas panjang sebelum cowok itu menatap lurus ke wajah Reysa sampai gadis itu salah tingkah. Jujur saja, Reysa sangat merindukan tatapan itu. Tatapan yang membuat makan di kantinnya tidak lancar. Tatapan yang membuat mengerjakan tugasnya tidak fokus. Sekarang, Lion menatapnya lagi seperti itu membuat Reysa merasa Lion masih mencintainya.

"Gue di sini mau jelasin ke lo, Re. Kalau gue sama Haikal pernah main TOD dan gue nyesel udah milih dare karena Haikal kasih dare gue buat bikin jatuh cinta Rachel selama satu bulan."

Reysa terkejut. Gadis itu membelalakkan matanya tak percaya. Jadi ... selama ini Rachel hanya dibaperin saja?

"Kalau gue berhasil buat dia jatuh cinta, lo bakal jadi milik gue."

"Kalau lo kalah?" tanya Reysa masih tak mengerti.

"Lo jadi milik Haikal."

"Terus sekarang, lo menang apa kalah?"

TBC










Selamat malam Senin:)
Follow Instagram, @larikpilu ya!

Oh ya, kenapa aku tidak target komentar/vote/viewers kayak yg lain?
Jawabannya, karena aku penginnya update setiap hari:(nggak pede say)

Semoga tidak bosen deh💜
Udah itu aja.

Jumpa lagi,
larikpilu

DissimulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang