"Kamu baik, perhatian, tapi aku nggak tahu itu sekadar kasihan atau cuma main harapan."
-Rachel Anansta-
"Gue beliin rok di koperasi, biar semua temen-temen gue suruh keluar. Ukuran rok lo apa?"
Rachel membelalak, seumur-umur ia tidak pernah dibelikan sesuatu oleh laki-laki kecuali papa dan kakeknya.
Menurut Rachel, Lion gampang urusan beli-membeli. Dia anak guru dan uang sakunya pun cukup untuk membeli lima novel. Tapi anehnya jika harus membayar uang khas, ia akan menjawab tidak punya uang. Begitulah cowok memang.
"L," jawab Rachel ragu-ragu, antara mempersilakan Lion membelikannya rok atau ia harus duduk terus di kursi. Ia juga tidak enak dengan Reysa yang saat ini tengah menundukkan kepalanya.
Dulu, Reysa tidak pernah diperlakukan seperti ini. Saat Reysa duduk di bangku kantin bersama Lion yang ternyata ada permen karet menempel, Lion hanya memberikannya jaket untuk menutupi. Iya sih, kasusnya lebih parah dari Rachel. Tapi, kan sama aja Lion lebih mengistimewakan Rachel.
Lion keluar, diikuti siswa-siswi yang sibuk berbincang-bincang menyocokkan satu sama lain jawaban ulangan Fisika tadi.
"Reysa?" panggil Rachel pelan. Ia takut Reysa marah padanya.
"Kenapa?"
"Gu-gue boleh ngobrol sama lo nanti?"
Reysa mengangguk sekali, "Oke."
Tak lama kemudian Lion datang membawa rok abu-abu dan segayung air. Entah mengapa Rachel merasa Lion terlalu baik padanya. Menambah harapan yang diam-diam ia hempaskan.
Kalau memang dia masih menyukai Reysa, tidak sepatutnya Lion bersikap seperti sekarang. Ini membuat Reysa sakit hati.
"Nih, gue keluar dulu."
Marsha menerima gayung sedangkan Rachel menerima roknya. Rachel melepas sabuk kemudian roknya setelah memastikan tidak ada yang mengintip di jendela.
Tinggallah roknya yang menempel di kursi. Lalu Marsha mulai menyiram air itu agar kerekatan lem berkurang.
"Makasih ya kalian udah nolongin."
"Santai aja, kita kan sahabat." Marsha menjawab sedangkan Reysa menunduk. Rasa bersalah Rachel semakin membesar. Haruskah ia menjauhi Lion?
"Ya udah kantin yuk. Gue laper habis mikir." Marsha menggandeng tangan Rachel dan Reysa yang saling diam. Keadaan semakin canggung ketika mereka telah sampai di kantin yang sangat ramai.
Marsha duduk di sebelah Reysa sedangkan Rachel di depannya sendiri. Mereka bertiga memesan nasi goreng dan air putih.
"Eh, tadi gimana soal kalian? Gue dapat yang kanan, susah sih menurut gue." Marsha bercerita sekadar memecahkan kecanggungan yang mungkin akan bertahan lama.
Reysa masih diam. Mungkin ia terlalu sakit hati dengan Rachel. Rachel jadi merasa tidak enak. Lagi.
"Chel?"
"Eh? Gue sih lumayan bisa. Kalau Reysa?" Rachel meringis, tak ada tanda-tanda Reysa membuka mulutnya.
Ternyata begini ya rasanya menyukai orang yang sama dengan sahabat.
"Gue cuma beberapa yang bisa."
Rachel mengembuskan napas lega, ia pikir Rachel tak akan menjawab pertanyaannya.
Pesanan mereka Reysa yang mengambilnya karena pelayan kantin tidak bisa membawanya semua.
Suasana kantin merindukan mereka bertiga yang saling ceria membahas materi atau sekadar bercerita tentang novel yang dibaca. Tapi sekarang bicara pun tampak sungkan dan canggung. Entah hanya Rachel yang merasakan atau juga Marsha. Reysa jadi lebih banyak diam semenjak tadi pagi melihat Lion membonceng Rachel dan sikap Lion yang sangat perhatian pada cewek itu.
"Hai!!"
"Lion?"
Ia datang, lalu duduk di sebelah Rachel, lebih tepat di depan Reysa. Reysa yang baru datang memasang wajah sekuat mungkin.
"Gue boleh duduk sini, 'kan?"
"E-"
"Boleh." Marsha meneguk ludah mendengar Reysa yang menjawab boleh dengan ... sedikit ketus?
"Oke."
Sudah dingin, tertimpa es. Keadaan sudah canggung ditambah Lion yang sengaja duduk di sebelah Rachel menambah keheningan di antara mereka, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring saja.
"Pulang mau bareng lagi nggak?"
Uhukkk. Reysa tersedak lalu buru-buru meminum air putihnya separuh gelas.
Rachel jadi yakin, kalau Reysa masih mencintai Lion.
"Em ... gue bisa pulang sendiri."
"Rachel, gue masih boleh nggak numpang di rumah lo?"
Rachel mengangguk tersenyum. Ia fokus menatap Reysa yang makan dengan lahap nasi goreng ... dengan nasi? Apa nasi goreng adalah lauk pauk? Apakah nasi goreng belum cukup kenyang untuk Reysa sampai harus menambahkan nasi?
Atau ini cara Reysa mengikis rasa sakit hati?
15 Juni 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissimulate
Teen Fiction[COMPLETED] Highest rank: #1 in bermukadua (06-06-19) #1 in hidden (09-07-19) #1 in hide (06-12-19) #763 in teen (06-12-19) #585 in teen (26-12-19) Dis.sim.u.late From latin dissimulant-'hidden'. Memiliki arti berpura-pura, menyembunyikan, menyamar...