Dissimulate - 11

1.4K 110 1
                                    

Setelah kepergian Lion dari pekarangan rumahnya, Rachel merasa hatinya yang menghangat. Mengharuskannya untuk terus tersenyum. Ia tidak tahu mengapa ia bisa begini.

Di malam yang sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding di kamarnya. Ia memilih memandang ke luar jendela menatap bintang-bintang bertaburan yang berkelap-kelip meski sinarnya terkalahkan oleh bulan sabit di kerumuninya..

Terkadang, jika sedang sendiri begini, ia merindukan kehidupannya yang normal. Yang di kelas bukan hanya ngomong seperlunya dan lebih sering ke perpustakaan. Ia rindu kehidupannya yang dulu. Di mana ia menjadi Nichel yang tidak terlalu mementingkan pendidikan, yang terlalu bodo amat dengan keadaan. Hidupnya terlalu bebas sehingga saat ini ia merasa kurang nyaman.

Ponselnya bergetar, ada pesan masuk dari kontak bernama: rns isp. Di mana yang tahu artinya hanya Nichel sendiri.

Begini isi pesannya:

Ingat, Nichel, kamu punya waktu lima bulan.

Nichel menghela napas panjang, ia bersekolah SMA hanya untuk mencari seseorang. Ia sendiri pun tidak tahu siapa dan dimana orang yang dicarinya itu. Dalam waktu lima bulan, ia harus menemukan seseorang yang ia sama sekali tak mengerti identitasnya. Tak ada petunjuk, tak ada ciri-ciri dari seseorang itu hingga menyulitkannya untuk mencarinya.

Ponselnya kembali bergetar, ada pesan masuk dari nomor orang yang sama.

"Saya tidak mau tahu, ketika kamu pulang menghadiri ulang tahunmu di New York dan kembaranmu, kamu harus membawa orang itu."

Nichel mengernyit, ingin ia mengumpati sosok yang mengiriminya pesan, tetapi tidak bisa karena sosok itu tidak ada di sini. Nichel membalas pesan tersebut.

Bagaimana kalau aku gagal? Ini susah sekali. Masyarakat Jakarta sangat padat. Tolong, beri aku petunjuk:(

Percuma Nichel membalas pesannya, karena pesannya hanya menjadi notifikasi mengambang di ponsel sosok itu.

Nichel menghela napas sembari membaringkan tubuhnya. Ia lelah, lagipula ia tidak bersemangat ke sekolah. Tidak ada yang membuatnya benar-benar harus bertahan menjadi Rachel jika bukan Lion.

Tak lama kemudian, Nichel terlelap. Ruangan yang semula hanya terisi detak jarum jam sekarang kolaborasi dengan dengkuran napas dari Nichel.

***

Setetes air meluncur dari sepucuk daun yang tak sengaja Rachel sentuh, mengakibatkan roknya basah sedikit karena terkena air tersebut.

Sepertinya semalam hujan, buktinya daun-daun sedikit basah juga rumput jepang yang dipinjaknya.

Rachel memilih tidak langsung berjalan ke kelas, ia berbelok ke arah toilet.

Berdiri menatap pantulan tubuhnya sendiri. Ia melihat Nichel sedang menatap sayu padanya.

"Hai, Nich-"

Belum tuntas Rachel menyapa dirinya sendiri. Tiba-tiba rambutnya dijambak kuat dari belakang. Rachel sontak menoleh, ia memegangi rambut palsunya yang aman meskipun sudah dijambak kuat.

Ada dua kakak kelas sedang melototinya tajam. Ia tidak tahu namanya karena tertutup rambut dari dua gadis itu yang agak kemerahan.

"S-siapa ya?"

Dua gadis tersebut kemudian tersenyum miring. Menatap Rachel seolah mengejek. Seakan Rachel tak pantas bertanya seperti tadi.

"Gue mantannya Lion."

Rachel terkejut, ia hanya melotot sedikit karena ia tak mau sampai ketahuan kalau matanya sangat lebar. Karena Rachel kembarannya memiliki mata yang normal. Kadang orangtuanya membedakan Rachel dan Nichel melalui matanya karena kedua gadis kembar tersebut sangatlah mirip, hampir tak ada bedanya.

"Lo kemarin yang bonceng Lion itu, 'kan? Lo nggak ngehargai perasaan sahabat lo apa?" Salah satu dari kedua gadis tersebut yang memiliki rambut kemerahan lebih panjang itu melipat tangannya di dada sambil menanyakan pertanyaan kepada Rachel.

Rachel tak mengerti maksudnya. Ia memilih mengerutkan keningnya.

"Lo lupa? Kelas sepuluh waktu gue putus sama Lion, Lion suka sama sahabat lo itu? Atau lo emang nggak tahu diri?"

Apa? Lion menyukai sahabatnya? Marsha atau Reysa? Kenapa di buku peraturan menyamar tidak ada yang bertuliskan tidak boleh menikung sahabat.

Ini aneh. Bagaimana Lion bisa mengejarnya sedangkan Lion dulu menyukai salah satu sahabatnya?

"Maksud Kakak siapa?" tanya Rachel hati-hati.

Gadis yang tadi bertanya kini tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu. "Heh, Rachel, lo tuh pinter cuma di materi doang, ya?"

"Tau tuh beb, padahal dia dulu dukung banget Lion deketin sahabatnya. Sekarang malah makan sahabat sendiri." Temen kakak kelas itu ikut nimbrung membela temannya.

Bukannya Rachel tidak ingat, tetapi ia tidak tahu siapa sahabat yang dimaksud kakak kelasnya ini.

"Gue nggak mau ya lo kegatelan sama Lion. Gue lebih dukung Lion sama sahabat lo itu! Awas aja sekali lagi gue lihat lo deketin Lion lagi, gue nggak pernah main-main hancurin anak orang."

"Tapi Lion yang deketin aku, Kak-"

"Ya lo menghindar lah! Jangan goblok dong, mentang-mentang pinter materi tapi lo goblok sama cinta, sama aja. Karena cinta berpengaruh buat masa depan lo. Apa lo besok bakal hidup bersama materi? Enggak, 'kan? Masa depan lo butuh cinta!"

Kedua Kakak kelas itu meninggalkan Rachel yang mematung. Rachel sedikit merinding dengan ancamannya. Goblok? Maksudnya apa coba? Rachel betul-betul pusing memikirkan ucapan kakak kelasnya itu. Memangnya Lion berniat mempermainkannya?

Rachel membasuh muka agar ketegangannya berkurang. Pagi-pagi sudah mendapat sarapan menyeramkan begini. Membuat semangatnya semakin sirna.

Pintu toilet ditariknya, dari dalam Rachel melihat ada sepatu hitam bertali tanpa polet sedang diam di tempat. Rachel mengintip perlahan, ia bernapas lega ketika mengetahui itu Fadlan. Ada untungnya ia bertemu cowok itu sekarang.

"Fadlan!"

Fadlan terkejut, ia kira tidak ada orang di toilet. "Rachel, lo ngapain?"

"Makan di toilet."

Fadlan berkedip, "Hah? Serius?"

"Ya mana mungkin, Fadlan. Lo pakai nanya ngapain. Lo sendiri ngapain?"

"Nungguin Devin nih."

Rachel sedikit memundurkan langkahnya mendengar nama Devin disebut. Ini bahaya bagi kesejahteraannya. Ia harus segera pergi dari toilet ini sebelum Devin melihatnya.

"Eh, gue duluan ya, Lan. Bye."

"Iya, bye." Fadlan bingung melihat ekspresi Rachel yang seperti orang ketakutan. Tapi Fadlan memilih mengiyakan saja. Lagipula untuk apa ia menahan Rachel?

Rachel berlari sambil mikir, siapa diantara kedua sahabatnya yang dulu sempat disukai Lion. Apakah Lion masih menyukai sahabatnya? Dan kenapa tidak ada tanda-tanda dari sahabatnya bahwa salah satu diantara mereka ada yang menyukai Lion? Atau itu semua hanya drama dari Kakak kelasnya?

Ini benar-benar membuatnya pusing.













---------

DissimulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang