Jakarta, 17 April.
07.10 PM.Seorang gadis memakai dress abu-abu panjang sampai ujung kakinya sedang celingukan mencari seseorang di tengah ramainya suasana belakang rumah Lion. Banyak yang berbincang-bincang sambil meneguk es sirup, ada yang selfie-selfie, dan ada pula yang sibuk makan.
Ia tersenyum tatkala mendapati seseorang yang tengah di carinya. Senyumnya pudar begitu menyadari siapa gadis yang berada di sebelah seseorang yang sedari tadi di carinya.
Reysa. Gadis itu tampak melepaskan genggaman tangannya dari Lion ketika kepergok Rachel, sontak hal itu membuat hati Rachel seperti ditusuk duri. Tak lupa dengan seseorang di sebelah Reysa selain Lion, ada kakak kelas yang dulu melabrak Rachel. Kenapa mereka terlihat begitu dekat?
Dengan bodohnya, Rachel justru berjalan dengan percaya diri menuju keberadaan Lion. Seolah menyerahkan dirinya masuk ke jurang padahal ia tahu sendiri ada lubang di situ. Padahal Rachel seharusnya tahu, di sana ia akan dicampakkan oleh mereka.
"Ngapain lo ke sini?" sinis Kakak kelas Rachel. Padahal Marsha bilang acara ini akan dihadiri oleh teman sekelas Lion dan teman nongkrongnya saja. Lalu bagaimana kakak kelasnya ini bisa hadir? Atau ia saudara Lion? Entahlah, semua nampak membingungkan.
Rachel tersenyum tipis ke Lion namun cowok itu bersikap seolah tak ada Rachel di depannya. Rachel tak peduli itu. Gadis itu masih setia dengan senyumnya lalu menyodorkan kado yang dibungkusnya membentuk kemeja. "Happy birthday, Lion."
Lion menerimanya tanpa ekspresi. "Thanks."
"Ya udah, gue ke sana dulu, ya?" Tanpa perlu menunggu Lion membalas ucapannya, Rachel pun sadar diri dengan pergi dari mereka.
"Lion-lion, ngapain sih lo undang si cupu itu?"
Lion mengendikkan bahunya, "Ada deh, lo nggak perlu tahu, Meysia."
***
Rachel sudah menemukan di mana Marsha berada. Rupanya gadis itu sedang berada di ruang tamu rumah Lion. Baru saja orangtua Lion beranjak padahal Rachel ingin menyalaminya.
"Eh, Rachel." Anita menyapa, kemudian Marsha menoleh Rachel sambil berdecak kagum. "Aih, sahabat gue cantik bener."
Rachel tersenyum malu. Ia ikut duduk di sebelah Marsha dan berbincang dengan teman sekelasnya. Ia merasa hangat meski sekadar duduk dan membicarakan acara televisi yang sedang trending, tetapi Rachel merasa pergaulannya semakin meluas. Ia di sini tidak lama, maka ia sebisa mungkin mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.
"Untuk teman-teman Lion yang tercinta, silakan menuju taman belakang untuk puncak acara, ya."
"Eh, udah dimulai. Yuk udahan ngobrolnya," ucap Anita sambil terkekeh. Meski Anita terkenal galak di mata cowok, sebab cewek itu selalu memalaki mereka, tetapi gadis itu sangat ramah kalau sudah menjadi teman akrab. Rasa solidaritas dia sangat besar. Diam-diam Rachel mengagumi sifat Anita tersebut.
Ketika semua tamu sudah membentuk melingkar, mama Lion bersiap untuk menutur menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' yang dinyanyikan oleh Jamrud.
Lion nampak sumringah jika dilihat Rachel dari samping. Kebetulan posisi berdiri Lion tidak menghadapnya. Entah mengapa Rachel masih kuat melihat Lion. Padahal Reysa dan Meysia setia di samping cowok itu. Entah mengapa Rachel merasa Lion menjauhinya. Apa Rachel berbuat salah sampai membuat Lion tidak menganggap kehadirannya?
Banyak tanda tanya membuatnya melamun sampai tak sadar Lion sudah memotong kue. Kue pertama untuk kedua orangtuanya, yang kedua untuk ... .
Jantung Rachel berdegup kencang. Sebuah harapan kecil muncul di hatinya. Gadis itu berharap Lion memberikan kue potongan ke dua untuknya. Tapi, memang ekspektasi tak sesuai realita. Apa yang diinginkan tak selamanya terkabulkan. Lion memberikan potongan kedua tersebut kepada Reysa. REYSA.
Fix, Lion masih suka Reysa. Tapi kalau itu memang benar, mengapa Lion sudah membohonginya dua hari yang lalu? Mulai detik ini Rachel sadar kalau Lion hanya memberinya harapan palsu saja. Dan semua kata-kata manis yang terlontar dari bibir cowok itu hanyalah bohongan semata.
"Cieeeeee! Suit-suit!" Berbagai sorakan menyerbu Lion dan Reysa. Tiba-tiba Marsha mengusap pundak Rachel yang tertutup dress. Rachel menoleh Marsha yang tersenyum seolah mengatakan, 'sabar ya.'
"Suapin!!" teriak teman cowok Lion yang Rachel yakini adalah anak jalanan sebab penampilannya yang agak menyeramkan.
"Suapin! Suapin!"
Lion tersenyum dan bersiap menyuapkan kue ke mulut Reysa seperti apa yang dilakukan pada kedua orangtuanya. Rachel menundukkan kepalanya, tak ingin melihat pemandangan mengerikan itu.
Seistimewa itukah Reysa di mata Lion? Atau, setidakpenting itukah Rachel di mata Lion?
"Temenin gue ke WC, yuk? Kebelet nih gue." Marsha meringis sambil menggerakkan kakinya ke kanan dan ke kiri. Sepertinya ia memang kebelet. Rachel pun mengangguk dan mereka berdua keluar dari lingkaran tersebut menuju WC.
"Lo tunggu di luar, ya?"
"Ya iyalah." Rachel geleng-geleng kepala.
"Gue masuk dulu, ya? Jangan tinggalin gue cukup mantan idiot gue aja yang ninggalin gue pas lagi sayang-sayangnya. Lo jangan ninggalin gue pas lagi ... ah, udah diujung!"
Brakk. Marsha menutup kasar pintunya. Seakan WC tersebut adalah WC di rumahnya sampai berani menutupnya keras seperti itu.
Rachel terkekeh mengingat ucapan Marsha sebelum masuk WC tadi. Malam ini Marsha entah mengapa mendadak menjadi humoris.
"Eh, ada Nona Rachel yang lagi senyum-senyum sendiri di depan WC? Kenapa? Lagi berkhayal ya di suapin Lion kayak Reysa tadi?"
Meysia tersenyum sinis tapi Rachel berusaha tak memedulikan itu. Merasa diabaikan oleh lawan bicaranya, Meysia justru menajamkan matanya. Jujur saja meski Rachel memiliki mata lebar tapi gadis itu tetap takut melihat mata Meysia yang hampir menculat dari tempatnya. Kalau ia menjadi dirinya sendiri sudah pasti ia ingin menyate mata Si Meysia itu.
"Ikut gue kalau lo sayang Lion. Buktikan, jangan sampai dia balik ke Reysa."
"Gue nggak bisa."
Meysia berdecak, "Ck, lo nungguin temen kampret lo itu? Emang dia sebayi itu sampai harus ditemenin padahal cuma ke WC doang? Lebay banget, ya?"
"Maksud lo apa?" Rachel merasa tak terima jika Marsha dikatain seperti itu. Terungkap sudah kalau Rachel sebenarnya mudah terpancing emosi. Siapa yang tidak marah jika sahabatnya dihina? Hanya fake friend yang akan diam saja dan justru ikutan menghina.
Meysia tersenyum miring. Ia mengeluarkan lakban yang sudah ia siapkan sedari tadi untuk membekap mulut Rachel yang berani melawannya. Rachel menjerit tetapi percuma tak ada siapapun yang mendengarnya. Bahkan Marsha pun tak segera keluar dari WC. Senikmat itukah aroma WC sampai Marsha betah di dalam?
"Lo nggak bisa lepas dari gue."
Kemudian dari arah kejauhan Reysa berlarian sambil membawa tali. Rachel benar-benar tidak menyangka jika tali itu untuk mengikat tubuhnya di suatu tempat yang gelap.
Reysa yang berubah menjadi psikopat.
T B C . . . .
Jangan lupa pencet bintang ya. Bukan bintang di langit, kok. Cukup klik layar hp kalian sampai bawah menampakkan bentuk bintang di pojok kiri.
(Udah tahu kaleeee)
Ehe:)
Jumpa lagi,
l
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissimulate
Teen Fiction[COMPLETED] Highest rank: #1 in bermukadua (06-06-19) #1 in hidden (09-07-19) #1 in hide (06-12-19) #763 in teen (06-12-19) #585 in teen (26-12-19) Dis.sim.u.late From latin dissimulant-'hidden'. Memiliki arti berpura-pura, menyembunyikan, menyamar...