Suara gemericik air terdengar jelas, sebab keheningan antara Rachel dan Lion benar-benar kuat. Rachel masih diam, tak mau menjawab pertanyaan Lion. Karena sesungguhnya gadis itu sendiri tak tahu apa jawabannya.
Lion pun memberikan waktu untuk Rachel menjawabnya. Tapi cowok itu sudah menjeda rekaman suara di ponselnya yang tersembunyi dalam kantung hodie yang dikenakannya. Cowok itu hanya mengayuh dayung agar sampai di daratan lagi.
"Masih mau muter apa turun?"
"Turun aja."
"Muter aja deh, gue mau ngomong."
"Kalau gitu nggak usah nanya!" batin Rachel kesal.
Rachel menghadap ke depan, membelakangi Lion yang mendayung di ujung perahu.
"Sebenarnya udah lama gue suka sama lo. Semenjak gue ngejar Reysa, gue rasa sebenarnya hati gue untuk lo bukan dia. Masalah cantik, menurut gue lo lebih cantik dari dia. Lebih natural aja sih. Tapi, yang namanya perasaan nggak ada yang tahu, 'kan?"
"Jangan menyalahkan perasaan, Li." Rachel memejamkan mata ketika angin berlarian ke arahnya. Hawa sejuk merambat ke sekujur tubuhnya. Dingin. Tapi ia masih ingin berada di sini.
"Gue tulus kok sama lo. Kalau lo nggak suka sama gue, ya enggak papa."
Rachel menoleh Lion, cowok itu menghentikan mendayungnya sejenak. Rachel menolehnya? Kenapa? Ada yang salah dengan ucapannya?
"Secepat itu perasaan lo berganti? Perjuangan lo tinggal dikit aja, Li. Kenapa harus menyerah dan beralih ke gue? Gue yakin kok, kalau Reysa sebenarnya cinta sama lo." Rachel kembali menoleh ke depan. Entah mengapa hatinya sakit setelah mengatakan itu. Sesakit inikah membohongi perasaannya sendiri? Sesakit inikah merelakan orang yang dicintainya untuk sahabat sendiri? Jadi, beginilah yang dirasakan Reysa ketika mengikhlaskan Lion untuk Rachel?
Rachel merasa, munafik memang pantas untuknya. Reysa benar telah mengatakan itu. Nyatanya, ia membohongi perasaannya sendiri. Berkata di mulut, lain di hati.
"Kalau dia emang suka, nggak mungkin dia ngebiarin gue gitu aja."
"Lo salah, dia suka sama lo. Gue yakin itu."
Lion tersenyum, jadi tidak sia-sia ia berjuang setahun mendapatkan cinta Reysa? Ia jadi tidak sabar menyelesaikan taruhan itu.
"Tapi...." Rachel menggantung ucapannya.
Lion mendayung dengan pelan, menikmati perjalan singkat. Serta menunggu Rachel menuntaskan ucapannya. Tetapi sampai sepuluh detik cewek itu tak membuka mulutnya. Malah kelihatan menunduk dari belakang.
"Tapi kenapa, Chel? Lo suka sama gue tapi lo nggak enak sama Reysa karena dia sahabat lo?"
Lion memutar tubuh Rachel menjadi menghadap ke arahnya dengan satu tangan. Namun gadis itu tak memberanikan diri menatap Lion. Ia menunduk, menatap rok abu-abunya yang sedikit basah terkena tetesan embun.
"Jawab gue, Rachel." Kata Lion dengan nada yang halus. Perlahan, Rachel mengangguk. Mata Lion berbinar. "Serius?"
"I-iya...."
Lion terbahak. Memang sih, pesona Lion tak dapat dipungkiri. Lion merasa hebat sekarang. Tak butuh usaha banyak rupanya mampu meluluhkan hati Rachel. Ia harus segera menunjukkan rekaman suara yang baru saja ia matikan setelah dinyalakan kembali pada saat Lion bertanya 'turun atau masih muter'.
Lion memang pandai bukan?
Pandai mempermainkan.
"Tapi gue nggak yakin sama lo, gue rasa lo akan ninggalin gue setelah lo bertemu dengan cewek yang jauh lebih sempurna dibanding gue. Gue lebih ragu ke itu sih..." Rachel mengutarakan keraguannya. Lion tersenyum simpul. Tangan kanan cowok itu membelai rambut pendek Rachel, menyelipkannya ke belakang.
"Nggak akan. Gue nggak akan main-main kecuali kalau gue nggak dihargai. Jadi hargai gue, ya?"
"Tapi boong," lanjutnya dalam hati.
Rachel mengangguk pelan.
"Em ... dua hari lagi datang ke rumah gue, ya? Acara tasyakuran tujuh belas tahun."
Mata Rachel berbinar, "Wah, oke deh. Sama Marsha dan Reysa juga, 'kan?" Lion mengangguk cepat. Bagaimana mungkin ia bisa tidak mengundang pujaan hati yang didambakan sejak satu tahun yang lalu tapi belum terpenuhi sampai sekarang? Namun, Lion merasa tidak berdosa sedikitpun telah membuat Rachel jatuh hati padanya yang jelas-jelas ia hanya main-main saja.
"Nanti pulang gue anterin, ya?"
***
Marsha berkacak pinggang ketika Rachel tak jua kembali ke kelas sejak istirahat tadi. Gadis itu sangat khawatir pada sahabatnya.
"Lo ngapain sih, Sha?"
Marsha berdecak pelan, lalu duduk kembali di kursinya. "Itu, Rachel bolos kayaknya."
"Apa Marsha tidak tahu?" batin Reysa. Ia berniat memberi tahu Marsha, tapi ia tidak mau disalahkan oleh cewek itu. Akhirnya Reysa bungkam saja.
"Lo tahu dia ke mana?"
Reysa menggeleng.
"Ke mana sih tuh anak?" Marsha kembali mengambil ponsel, mencoba menghubungi Rachel namun tidak diangkat oleh sang pemilik.
"Pergi sama Lion mungkin."
Marsha tersentak, "Hah? Serius?"
Reysa mengangkat bahunya, acuh. Ia masih sedikit kesal dengan Rachel yang ingkar janji padanya. Tapi, separuh hatinya juga merasa bersalah telah kasar dengan sahabatnya itu.
"Iya ih, Lion tasnya nggak ada!" Marsha semakin panik, gadis itu melangkah ke bangku Haikal. Kemudian menggebrak meja Haikal sampai cowok itu terbangun dari masa tidurnya.
"Apaan sih lo," Haikal menyaut dengan malas-malasan. Ia juga sama seperti Lion, tidak mau diganggu ketika tidur.
"Lion mana?"
"Mana gue tau."
Marsha geram ketika Haikal mengatupkan matanya kembali. Nih cowok kayak nggak pernah tidur.
"Halah, bohong kan lo? Lion pasti yang bawa Rachel pergi, 'kan?"
"Bagus dong."
Marsha tidak mengerti apa arti kata bagus yang terucap dari mulut Haikal. Ia mengerutkan keningnya, menatap Haikal penuh tanda tanya. Tapi cowok itu mendecakkan lidahnya. "Ck, gue nggak tahu Marsha and the bear."
"APA LO BILANG??!!!"
"Marsha and the bear."
"HIIIIIIIIIIIIIHHH!!!" Marsha menjambak rambut Haikal sampai Haikal menjerit kesakitan. Tangan yang satunya melempar tas hitam milik Haikal sampai ke depan pintu. "Nyebelin banget sih lo!"
"Sakit anjir! Tas gue ambilin gak?"
"Bodoamat!"
Marsha melepas jambakannya. Jangan lupakan senjata cewek ketika berantem. Apa lagi jika bukan menjambak rambut? Marsha tersenyum miring. Ia pun kembali ke tempat duduknya.
"Dasar cebol!!!!"
TBC....
Part ini nggak jelas kah?
Maap ya kalau misalkan emang nggak jelas (:Jumpa lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Dissimulate
Teen Fiction[COMPLETED] Highest rank: #1 in bermukadua (06-06-19) #1 in hidden (09-07-19) #1 in hide (06-12-19) #763 in teen (06-12-19) #585 in teen (26-12-19) Dis.sim.u.late From latin dissimulant-'hidden'. Memiliki arti berpura-pura, menyembunyikan, menyamar...