Dissimulate - 20

1.3K 89 3
                                    

[Anggap saja tempatnya kayak di film My Heart ya]

Itu di atas ada foto Lion.

-Dissimulate-

Telaga hijau yang indah, disekelikingi pepohonan di setiap sisi tepinya. Rachel berlindung di bawahnya yang rindang. Angin semilir menghapus keringat dan melambaikan rambutnya yang pendek. Bahkan kacamatanya bergetar tertabrak sejuknya udara.

Lion melipat tangannya di dada, memandang ke telaga yang lumayan ramai. Banyak pengunjung yang sudah dewasa karena anak remaja masih di jam sekolah. Cowok itu memakai hodie merah polos serta head band berwarna kuning.

"Katanya tempat rahasia tapi kok banyak yang ke sini?"

Lion ikut duduk di batang pohon yang terbaring. Memandang air hijau di depannya. "Namanya emang tempat rahasia, bukan karena rahasia nggak ada yang tahu."

"Ih, gimana sih." Rachel berdecak kesal, gadis itu memejamkan matanya. Melupakan kekesalannya sejenak. Menyirnakan rasa sesak di dadanya yang membuatnya ingin mengakhiri dramanya.

"Lion...."

Merasa di panggil, Lion menoleh Rachel. Rambut yang semula rapi kini berantakan karena Lion menoleh dengan kencang. "Apa?"

"Jangan ulangi kejadian tadi."

"Yang mana?" Alis sebelah cowok itu terangkat. Rachel mengembuskan napas kasar. Kenapa Lion tidak merasa bersalah sama sekali? Padahal Rachel sudah mati-matian menahan rasa malunya sekarang. Kenapa Lion malah biasa saja?

"Yang pelukan apa yang...."

"Lion!"

Lion terbahak. Seketika tawanya surut mendapati Rachel mengerucutkan bibirnya. Sepertinya gadis itu sedang marah.

"Iya-iya maaf. Lagian kenapa sih marah?"

"Lo masih nggak tahu apa kesalahan lo?!" Suara Rachel meninggi. Beberapa orang di sekitar mereka yang sedang berfoto-foto kini menolehkan ke arahnya. Mereka seperti sepasang kekasih yang membolos sekolah lalu berantem di tempat rahasia.

Lion menggeleng.

"Harga diri gue! Kita enggak pacaran tapi lo cium gue! Lo peluk gue di depan umum! Terlebih Reysa!"

"Ya udah kita pacaran aja."

Sepasang suami istri yang baru dikaruniai anak di bawah umur terkikik geli mendengar ucapan Lion. Mereka jadi mengingat masa muda mereka. Tetapi, si bapaknya justru berbisik ke anak kecilnya yang masih imut, "Semoga besok kamu ditembak dengan romantis ya, Nak. Jangan kayak kakak itu."

Lion mengabaikan. Jujur saja ia mendengar itu. Telinganya masih normal dan mereka berada tak jauh dari Lion.

Rachel menahan tawanya. Benar Lion menembaknya? Tapi kok ia tidak merasakan sakit di bagian tubuhnya? Hehe.

"Nggak semudah itu, Lion."

Ia tak mengerti apa maksud kalimat 'tidak semudah itu' dari mulut Rachel.

"Memang apa yang tidak mudah?"

"Gue nggak bisa pacaran."

Lion berkedip, berkali-kali. Lalu terbahak sampai hampir terjungkal ke danaunya. "Kalau enggak bisa caranya pacaran, tenang aja gue bisa ajarin."

"Bukan nggak bisa begitu."

"Terus?"

"Ada hati yang harus gue jaga."

Lion tahu siapa yang Rachel maksud. Siapa lagi jika bukan Reysa, sahabatnya? Cowok itu kemudian menunduk, mengambil ponselnya lalu menyalakan rekaman suara untuk bukti taruhannya akan segera berakhir. Lion juga sebenarnya yakin, apabila tidak ada Reysa pasti Rachel mau menerimanya. Jadi ia menang taruhan bukan?

"Kalau nggak ada Reysa lo bisa, 'kan?" Lion memastikan. Tapi sayangnya Rachel menggeleng. Memangnya kurang tampan apa Lion? Kurang perhatian? Kurang romantis? Atau Rachel tidak mau ditembak di atas batang pohon dan di depan telaga?

Lion mencari ide tempat yang lebih drama lagi.

"Naik perahu mau?" Rachel mengangguk. Lion tersenyum puas lalu menarik tangan Rachel. Mereka menaiki perahu dengan hati-hati. Untung saja masih ada stok perahu yang kosong jadi mereka tak perlu mengantri.

"Gue nggak mau berantem sama Reysa, Li."

Lion mengangguk paham. Sebenarnya ia tidak benar-benar menembak Rachel. Ia juga sangat yakin Rachel akan menolaknya karena Rachel yang ia kenal sangat menyayangi sahabatnya. Tetapi bukan status yang ia harapkan melainkan perasaan. Yang terpenting adalah bagaimana perasaan Rachel ke Lion.

Padahal Lion sudah nekat mencium Rachel di depan Haikal. Agar Haikal percaya kalau ia telah berhasil meluluhkan hati seorang murid teladan di SMA Praja. Lion merasa ia harus cepat-cepat memenangkan taruhan tersebut. Ia sudah tidak tahan melihat Haikal mencari kesempatan dekat-dekat dengan Reysa selagi Lion mendekati Rachel.

Tapi, rupanya Reysa memang tidak mencintai cowok itu. Lion pikir, tak apa ia bermain-main dengan Rachel. Siapa tahu membuat Reysa menyesal dan ia akan dengan senang hati meninggalkan Rachel demi memilih Reysa.

Ide yang bagus bukan?

"Lion, kok ngelamun?"

"Eh?" Lion tersenyum, menampakkan gigi gingsulnya. Memperjelas kalau cowok itu benar-benar tampan. Rachel berhenti bernapas sejenak, memastikan dunianya memang sangat dramatis.

"Seribu cara pun tampaknya nggak akan bisa membuat Reysa jatuh cinta sama gue. Gue udah lelah ngejar dia. Cinta pun ada batasnya kalau nggak dihargai. Jadi, terima gue ya? Hati gue sekarang beralih ke elo."

"Secepat itu?"

Rachel tidak begitu sepenuhnya percaya pada Lion. Dari hobinya yang suka tidur saja membuat Rachel semakin yakin kalau cowok itu hanya main-main. Tapi, ia datang ke Indonesia bukan untuk menemukan kisah baru yang mungkin akan tertawa menggelikan ketika mengingatnya ulang. Ada tujuan jelas ia menjadi Rachel kembarannya. Yakni mencari seseorang yang akan dibawanya keluar negeri.

"Tapi walaupun lo nggak terima gue, nggak papa kok. Tapi setidaknya jawab gue, lo suka nggak sama gue?"

Deg! Rachel berhenti melamun. Berganti pusing memikirkan perasaannya sendiri. Memang benarkah jatuh cinta secepat ini? Atau hanya perasaan kagum saja? Entahlah, ia terlalu malas memikirkan itu.

"Jawab gue, Rachel."

Gue bukan Rachel, Lion.

"Apa alasan lo suka sama gue? Bahkan gue kalah cantik dengan Reysa, Li."

Lion menggeleng, mengatakan secara tersirat bahwa bukan karena cantik tidaknya ia mencintai Rachel. Melainkan taruhan. Andai saja Rachel tahu itu, pasti kerumitan ini takkan terjadi.

"Gue suka sama lo karena lo berbeda."

"Bukankah di Indonesia ini manusianya berbeda-beda tetapi tetap satu jua?"

Lion kehilangan kata-kata.

"Gue minta maaf, Li. Gue lebih milih Reysa."

"Oke, kita pacaran diam-diam."

Sekali lagi, Rachel menggeleng. Suasana mencekam ini tak senyaman duduk di atas kayu yang bawahnya terdapat air. Bukan karena aura telaga yang horor, tapi pertanyaan Lion lah yang menyeramkan.

"Jawab dulu, lo suka sama gue atau enggak, Rachel. Cowok juga butuh kepastian."

TBC....
















Gimana cover barunya?







Jumpa lagi,
larikpilu

DissimulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang