Masa lalu

2.2K 280 10
                                    

Yujin akhirnya menjelaskan segalanya pada Minju. Rasa nggas dia ngejelasinnya, soalnya Minju banyak hah hah hah? Kan emosi Yujin nya.

"Paham kan sekarang?" Ucap Yujin dengan nafas terengah - engah.

"G"

Seketika urat - utat di pelipis Yujin awto keluar. Saking emosinya, untung sayang.

"Hahhh, lupain aja. Intinya kamu harus mastiin kalo video itu bener - bener ada," Ucap Yujin.

"Nah sekarang paham," Ucap Minju sambil ngangguk - ngangguk. Kalo tau gini mending dijelasin pendek aja, gausah panjang lebar.

"Dah mau sore, lo pulang gih," Ucap Yujin.

"Ngusir?" Tanya Minju sambil cemberut lucu.

"Enggak. Cuma gabaik aja kalo cewe ama cowo ada dalam satu ruangan tanpa pengawasan. Tar ada setan," Ucap Yujin. Dia daritadi emang udah was was, takut khilaf. Soalnya mereka cuma berdua disini.

"Yaudah gue pulang," Minju pergi.

Baru selangkah dia balik lagi.

"Makasih, Yuding," Ucap Minju kemudian mengecup pipi Yujin dengan sedikit menjinjit.

Yujin gimana?

Awto jadi patung dia.

Ga gerak.

Masi napas tapi.

"M-minju nyium gue? Aish!" Yujin loncat - loncat kegirangan. Mungkin dia gabakal cuci muka ampe besok. Mayan, bahan halu.

Minju dari luar bisa melihat bagaimana reaksi Yujin. Sebenarnya ia tak jauh berbeda dengan Yujin, hanya saja ia jauh lebih bisa mengendalikan ekspresinya dibandingkan Yujin.

Minju memasuki mobilnya. Hari ini ia memilih untuk langsung pulang. Sesekali menjadi anak perempuan yang penurut bukanlah masalah yang besar.

Setibanya di rumah, Minju langsung memasuki kamar. Mengabaikan wanita yang tengah menikmati teh hangat di sore hari. Siapa lagi jika bukan Nyonya Kim. Wanita itu hanya melirik Minju sekilas kemudian kembali fokus pada tehnya.

Tak lama, Tzuyu pulang dari sekolahnya. Minju dan Tzuyu sengaja di sekolahkan di tempat yang berbeda agar reputasi Tzuyu sebagai pelajar baik tidak terganggu.

"Eh sayang, udah pulang. Sini dulu," Nyonya Kim berucap demikian. Kepada siapa? Jangan tanya.

Yang dipanggil pun langsung menghampiri.

"Kenapa Ma?" Tanya Tzuyu sambil duduk di samping mamanya.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya nyonya Kim.

"Baik - baik aja, Ma. Siswanya masih banyak" Jawab Tzuyu. Nyonya Kim tersenyum mendengar putri satu - satunya itu ngereceh. Ia pun mencubit pelan pipi putrinya.

Sementara Minju yang sedang menaiki anak tangga sedang menahan tangis. Biasanya ia akan biasa saja dengan hal ini. Kenapa sekarang ia merasa sakit? Apa Yujin sudah menyembuhkan mati rasa dalam hatinya? Kenapa sekarang hatinya seolah bisa mengungkapkan suatu perasaan?

Minju memasuki Kamar kemudian mengunci pintu. Ia duduk dilantai dengan tubuh yang ia sandarkan pada pintu. Perlahan tangisnya mulai terdengar.

Dari dulu ia tak mengerti. Siapa dirinya? Kenapa dia tak pernah dianggap bagian dari keluarga ini? Tzuyu memang menyayanginya, hanya saja...

Nyonya Kim tak mengizinkannya untuk menyayangi Tzuyu juga.




Flashback

Tepat tanggal 5 Februari tahun 2002 , seorang malaikat kecil nan cantik terlahir ke dunia ini.

Dia adalah putri dari Kim Seokjin dan Kim Jisoo.

Kim Minjoo.

Minjoo tumbuh dan berkembang bersama kedua orangtuanya serta neneknya yang merupakan ibu dari ibunya.

Dikala Minju sudah menginjak usia 7 tahun, dimana ia mulai bersekolah, ia sudah mulai jarang bertemu dengan papanya. Entahlah, yang ia tahu papanya sibuk bekerja.

Di sekolah, Minju memiliki teman dekat. Namanya Kim Tzuyu. Saking dekatnya, beberapa kali Minju bermain ke rumah Tzuyu, begitu pula sebaliknya. Karena mereka, ibu mereka jadi saling mengenal dan berteman. Bahkan Jisoo sudah menganggap Tzuyu seperti putrinya sendiri. Begitupun dengan Seulgi  -ibu Tzuyu-  yang jadi menyayangi Minju seperti putrinya sendiri.

Tapi semuanya tak selamanya indah. Ketika Minju bermain di rumah Tzuyu, papa mereka datang. Minju dengan polosnya berteriak "Papa" Membuat Tzuyu dan Seulgi menjadi bingung.

"Hahaha, kamu ngehayal ya? Itu papa aku tauk," Ucap Tzuyu sambil memiting kepala Minju.

"Enggak! Itu papa aku!" Minju kekeuh mengatakan bahwa pria yang ada dihadapan mereka adalah papanya bukan papa Tzuyu.

Seulgi menatap jin dengan tatapan penuh tanya. Jin menghela nafas kasar.

"Maaf," Lirih jin, bahkan nyaris tak bersuara. Seulgi menghampiri Jin kemudian menamparnya keras.

"7 tahun? Kamu selingkuhin aku mas?" Seulgi menggeleng tak percaya.

"Sekarang ceraikan perempuan itu atau ceraikan aku," Ucap Seulgi dengan raut penuh kekecewaan.

Seulgi semakin terkejut dikala melihat seseorang masuk ke dalam rumahnya. Jisoo.

"Kami kesini mau jemput Minju. Dan soal itu, aku akan ceraikan kamu secepatnya," Ucap Jin sambil menggendong Minju.

Seulgi terduduk sambil menangis. Tzuyu menghampiri mamanya kemudian mengusap pipi mamanya.

"Jangan nangis," Ucap Tzuyu sambil memeluk mamanya.

***



Beberapa jam setelah kejadian itu, Seulgi mendapat telepon dari Jin. Awalnya ia berniat mengabaikan, namun panggilan itu berulang kali, membuatnya berfikir. Akhirnya ia mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"......."

"Baik, saya kesana sekarang,"

Seulgi menggendong Tzuyu masuk ke dalam mobil. Dengan buru - buru, Seulgi mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

***




"Tuan Seokjin serta nyonya Jisoo mengalami kecelakaan. Keduanya meninggal dunia. Anak kecil yang bersama mereka sekarang dalam keadaan koma," Jelas seorang dokter pada Seulgi.

"Ma..." Tzuyu sudah mau menangis. Tak sanggup rasanya mendengar papanya telah tiada.

"Tenang ya sayang, masih ada mama," Ucap Seulgi sambil mencium dahi putrinya.

Sementara Minju harus menerima banyak sekali perawatan untuk keluar dari masa kritisnya. Seulgi yang menanggung semuanya, atas permintaan Tzuyu.

Ketika Minju sadar, ia tak mengingat apapun, bahkan namanya sendiri. Tzuyu yang menenangkannya, Seulgi memilih bodo amat.

***


Beberapa tahun berlalu, Seulgi menikah dengan seorang pria yang merupakan teman Jin, Kim Taehyung. Tapi ia lebih suka dipanggil Tuan Kim hingga kini.

Keluarga mereka begitu bahagia, bagi ketiganya. Tidak untuk Minju. Ia tak tahu bahwa ia tinggal dengan orang - orang yang tak memiliki hubungan darah dengannya.

Tbc

𝕭𝖆𝖉𝖌𝖎𝖗𝖑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang