Dan pada akhirnya (End)

2.5K 274 84
                                    

Kali ini beneran tamat, ga boong ✌✌







Yena melangkahkan kakinya keluar dari rumah megah itu.

Disetiap derap langkahnya, ia berfikir. Akan kemana dia?

Yena berhenti disalah satu warung pinggir jalan. Ia menghela nafas kasar. Ia lapar, tapi ia sama sekali tak memiliki uang.

"Mang," Panggil Yena pada si pedagang.

"Oi,"

"Yossha ikuzo" G

"Kenapa mas?"

"Boleh minjem hp gak? Hp saya ilang," Ucap Yena. Si Mamang tersenyum ramah kemudian meminjamkan ponselnya ke Yena.

"Makasih mang," Ucap Yena sambil tersenyum kecil.

Ia mengetik nomor Yujin kemudian menghubunginya.

"Duh kok gak diangkat sih," Batin Yena mulai gelisah.

Yena mencoba lagi dan kini malah di reject.

"Kalo ketemu gua tampol lo Jin," Kesal Yena.

Percobaan terakhir, dan Yujin mengangkatnya.

"Siapa sih anjeng?! Mau nipu lo hah? Bapak gua disamping gua, jan minta minta duid dah lu!"

"Jin, ini gue Yena," Ucap Yena masih berusaha sabar. Yujin tak mengangkat telepon karena mengira ia adalah penipu. Nethink sekali mas Yusin ini.

"Halah mau nipu jadi sahabat gue lo?! Gak laku goblok! " Yujin masih tak percaya pada Yena.

"Please Jin. Jemput gue di ****. Gue butuh lo please.."

Yujin yang ada diseberang saja mengerutkan dahinya. Ini sungguh Yena? Kenapa suaranya terdengar sangat menyedihkan?

"Oke gue kesana sekarang. Lo jangan kemana - mana, paham?" Ucap Yujin.

Yujin langsung memutuskan panggilan secara sepihak. Yena mengembalikan ponsel itu pada Mamang.

"Makasih ya Mang," Ucap Yena. Mamang itu mengangguk kemudian melanjutkan kegiatan melayani pelanggannya.

Tak lama Yujin datang dengan mobilnya. Ia membuka kaca mobil kemudian menyuruh Yena masuk.

Yena terlebih dulu berterima kasih pada mamang itu baru ia memasuki mobil, bebek sopan.

"Lo kenapa Yen?" Tanya Yujin ketika Yena sudah masuk kedalam mobil.

"Gue ribut ama bokap gue. Gue keluar dari rumah," Ucap Yena. Yujin hanya mengangguk, tak banyak tanya.

Ia melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Ketika disana, Yena langsung dapat sambutan hangat dari Sehun dan Sowon.

"Udah lama gak main kesini, gue kirain dah mati," Ucap Hanbin sambil merangkul Yena masuk ke dalam.

"Ini adeknya sapa yang dirangkul sapa," Batin Yujin.

"Ayo Yen. Kita makan bareng," Ucap Sowon. Yena tanpa malu mengangguk. Sowon dan Sehun memang telah menganggap Yena sebagai anak sendiri, begitupun Yena yang menganggap mereka adalah orang tuanya.

Yena kini berkumpul bersama mereka. Menikmati masakan Sowon dilengkapi dengan candaan keluarga itu.

Yena menunduk sebentar, untuk menghapus air matanya. Entahlah, antara iri dan senang bisa berkumpul di keluarga yang akrab seperti ini.

Sowon yang insting keibuannya sangat kuat menyentuh dagu Yena. Membawa wajah Yena agar menatapnya.

"Kenapa nangis?" Tanya Sowon.

"G-gak papa tante," Jawab Yena. tapi dianya sesegukan, gblk emang.

"Apanya yang gak papa? Jangan bohong," Ucap Sowon.

Yena menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus bagaimana. Akhirnya ia memilih memeluk Sowon.

Rasanya sama.

Sama seperti ia memeluk ibundanya.

Sowon mengelus kepala belakang Yena sambil membisikkan kata - kata yang membuat Yena bersemangat.

"Sekarang, udah bisa ngomong kamu kenapa?" Tanya Sowon lembut.

"Hm," Yena menganggukkan kepalanya sambil elap ingus dia pake lengan baju.

"Jorok dih," Ucap Yujin sambil memberikan tisu ke Yena. Yena cuma nyengir dan menerima tisu itu.

"Jadi kenapa lo bisa jadi kek gini Yen?" Tanya Yujin.

"Huftt.. Lo tau tentang gue gak mau nerima jabatan sebagai CEO diperusahaan papa gue?"

"Tau. Nah emang ada masalah apa?"

"Kalo gue terima, gue harus nikah ama cewek yang namanya Juri. Gue gak mau Jin," Ucap Yena.

"Bokap gue nampar gue. Bentak - bentak gue. Bahkan sempet nyuruh bodyguard dia buat mukulin gue. Gue gak tahan Jin"

"Bahkan yang lebih kejamnya lagi, bokap gue nyuruh Dirut tempat gue kerja buat mecat gue. Gue gak punya apa - apa lagi sekarang. Semua fasilitas gue dicabut," Ucap Yena.

"Masalah itu, tinggal disini aja," Ucap Sehun enteng.

"Kamu saya jadikan asisten saya. Mau?" Tawar Sehun.

"T-tap..."

"Penawaran gak berlaku untuk kedua kalinya. Mau atau tidak?"

"Mau om!" Jawab Yena bersemangat.
























1 tahun kemudian

Hari yang telah kita nanti - nantikan akhirnya tiba.

Empat pasangan bucin kini tengah berdiri dihadapan kekasih masing - masing. Menyalurkan tatapan cinta mereka satu sama lain.

"Baiklah, silahkan berciuman,"

Mereka tanpa tahu malu langsung nyosor. Hal itu tentu mengundang gelak tawa para tamu undangan.

Setelah ciuman terlepas, para mempelai wanita menunduk malu menyembunyikan semu merah dipipi mereka.

"Aku mungkin sulit ngendaliin emosi aku. Tapi percayalah, aku akan belajar untuk sabar demi kamu," Ucap Yujin sambil mencium punggung tangan Minju.

"Aku mungkin suka ngerdus sana - sini. Tapi percaya ama aku, aku akan ngerubah itu semua," Ucap Hyewon sambil mencium pipi Wonyoung.

"Aku mungkin bukan manusia sempurna . Saat kita bertemu, aku berpikir hal baik apa yang ada pada diriku ini. Maka, jadilah kelebihan dalam kekurangan aku, dan aku akan jadi kelebihan dalam kekurangan kamu," Ucap Chae sambil mencium dahi Sakura.

"Aku mungkin gak bergelimang harta kayak dulu. Tapi percaya sama aku, aku akan berusaha keras sampe aku bisa jadi CEO," Ucap Yena sambil mengelus punggung tangan Yuri.



Dan pada hari itu, mereka semua mengikat janji suci dan menjadi pasangan suami istri yang hidup bahagia selamanya.





END•

𝕭𝖆𝖉𝖌𝖎𝖗𝖑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang