aku siapa?

2.1K 285 17
                                    

Yujin kini tengah anteng duduk di sofa sederhana di rumah kontrakannya. Ia mendengar sesuatu dari laci yang terletak tak jauh darinya. Ia membukanya dan terdapat beberapa merk ponsel di dalamnya. Salah satunya berdering.

"Halo bang,"

Ternyata Hanbin yang nelfon.

Kalau kalian ngeh dengan chapter chapter sebelumnya,mungkin kalian akan bertanya - tanya, kok Yujin miskin? Kan di chapter sebelumnya dijelasin dia itu kaya raya. Sayangnya tak ada yang bertanya begitu.

"Pulang lu goblok. Bonyok nyariin," Ucap Hanbin. Kenapa gak Uyang? Karena ia lagi emosi sama Yujin. Gimana gak emosi, dia di katain kakak gak becus sama papa dan mamanya karena tidak tahu Yujin dimana.

"Duh gimana ya, gue bonyok bang," Ucap Yujin.

"Bonyok gimana? Abis baku hantam lo? Kalah ya? Wkwk," Abang durhaka.

"Kaga lah, kalah dia. Gue kena tonjok di awal doang," Ucap Yujin. Harga diri ini bos.

"Okelah. Sekarang loe telfon mama ya. Kasi tau loe ada dimana kek. Sakit ati abang dikatain dek," Ucap Hanbin dengan suara sesedih sedihnya. Justru itu menbuat Yujin jijik.

"Oh iya bang. Dojang loe nerima anak baru ga?" Tanya Yujin. Kebetulan Hanbin tergabung dalam sebuah dojang Taekwondo dan kini sudah sabuk hitam.

"Nerima kok. Mau masuk? Biar gue urus," Tawar Hanbin.

"Iya," Hanbin diseberang sana tersenyum.

"Akhirnya sekarang loe sadar ilmu beladiri itu penting. Inget Jin, sebaik - baiknya kita, tetap aja akan ada yang benci. Jadi harus bisa jaga diri. Dan satu la—,"

"Bawel lu ah. Urus aja pendaftaran gue. Dah gue mau nelfon mama," Yujin memutuskan panggilan secara sepihak. Ia langsung menghubungi mamanya agar beliau tak mengkhawatirkan dirinya.

Yujin sebenarnya sengaja berpura - pura terlihat tidak kaya, agar ia bisa menemukan seseorang yang benar - benar ingin menjadi temannya. Sampai sejauh ini, ia hanya memiliki Yena dan Minju.

Gue saburin duid, ngantri mereka pasti

Begitulah yang ada dipikiran Yujin.

Yujin mau rebahan tapi tiba - tiba teringat akan sesuatu.

"ASTAGA! MOTOR GUA MASI DI WARUNG DEKET SEKOLAH!"

































"Etapi bodo amat deh, motor buriq, bisa beli lagi ntar"











Kapan si Ujin miskin di epep epep?





****



Ketika sudah selesai berbincang dengan ibunya, Tzuyu melangkah ke atas. Kamarnya terletak tepat di samping kamar Minju.

Ketika ia melewati kamar Minju, samar - samar ia mendengar suara tangisan. Apa Minju menangis? Sudah lama sekali, pikir Tzuyu.

Dengan ragu ia mengetuk pintu.

"Buka, aku mau bicara. Sebagai teman kamu bukan kakak kamu," Lirih Tzuyu agar Seulgi tak mendengarnya.

"Aku mohon. Buka," Lirih Tzuyu dengan mengetuk pelan pintu berwarna coklat itu.

Tak lama pintu di buka, menampilkan Minju yang dalam keadaan mata memerah serta rambut yang terlihat berantakan.

"Kenapa?" Tanya Tzuyu. Ia memasuki kamar Minju kemudian menutupnya.

"Kenapa...," Minju mengulangi ucapan kakaknya yang usianya sebenarnya hanya berselisih hari saja.

Tzuyu mendekati Minju kemudain memeluknya erat. Tangis Minju kembali pecah.

"Sebenernya aku siapa?" Lirih Minju disela tangisnya.

"Gue bukan anak kandung kan?" Tanya Minju lagi. Tzuyu langsung menggeleng kuat. Ia menyentuh bahu Minju kemudian membawanya menghadap ke cermin.

"Liat. Muka kita mirip. Kita saudara kandung," Ucap Tzuyu sambil menyentuhkan pipinya dengan pipi Minju.

"Tapi perlakuan mama antara aku dan kakak beda," Ucap Minju sembari menatap Tzuyu. Gadis itu terdiam, apa yang harus ia katakan? Tak mungkin ia mengatakan yang sbenarnya, sama saja ia membunuh sisa kebahagiaan Minju.

"Kenapa di dalam foto keluarga aku gak ada? Kenapa foto masa kecil aku gak ada?" Lagi - lagi Minju bertanya.

"Minju, denger. Gak ada yang berbeda. Itu cuma perasaan kamu aja," Ucap Tzuyu sambil menangkup pipi adiknya itu. Namun dengan kasar Minju menepisnya.

"PERASAAN?! GUE SELALU DIBANDING - BANDINGIN AMA LO! GUE DIANGGAP AIB DI KELUARGA INI! GUE GAK PERNAH DIANGGAP! PAPA NAMPAR GUE HAMPIR TIAP HARI! ITU YANG LO BILANG CUMA PERASAAN GUE DOANG HAH?!"

Minju sudah tak tahan lagi . Ia mengeluarkan segala yang sudah ia tahan di dalam hatinya.

Tzuyu berusaha meluk Minju, tapi ia justru di dorong membuatnya terjatuh.

Sialnya, disaat Minju mendorong Tzuyu, di detik itu jugalah Seulgi masuk ke kamar Minju karena mendengar suara keributan.

"Dasar kamu ya!" Seulgi membantu putrinya berdiri sambil menatap Minju tajam.

"Ma, aku bis—,"

"Diem kamu. Masuk ke kamar kamu!" Untuk pertama kalinya Seulgi membentak Tzuyu. Nyali Tzuyu mendadak ciut melihat tatapan mamanya. Ia menatap Minju yang tertunduk.

"Maaf Minju," Batin Tzuyu kemudian keluar dari kamar Minju.

Seulgi menarik kasar tangan Minju kemudian menampar pipinya keras. Bukan sekali, tapi berkali - kali membuat Minju hanya bisa berteriak sambil menangis.

Tzuyu yang berada di sebelah kamar Minju meringis dalam hati. Ingin rasanya ia membawa Minju pergi dari rumah ini. Ia tak tahan melihat Minju disiksa secara fisik oleh papa dan mamanya. Tapi ia tak memiliki apapun. Bagaimana ia bisa hidup nantinya? Bahkan tempat tinggalpun tak punya.

Bagaimanapun juga, Minju sama sekali tak bersalah atas masa lalu itu. Ini salah papanya. Minju tak ikut melakukan kesalahan. Jujur Tzuyu menyimpan rasa sakit hati pada keluarga Minju, tapi seiring berjalannya waktu, ia sadar.

Minju tak ada huhungannya dengan masa lalu itu.

Tzuyu bersandar lemas di dinding ketika mendengar suara tamparan itu berhenti dan tak lama terdengar suara bantingan pintu yang cukup keras.

"H-hhah, S-sakit.. sakit..," Minju memegang pipinya . Tzuyu memejamkan matanya mendengar suara Minju yang tersendat - sendat.

"K-kak.. b b bisa denger a aku? A aku pergi aja y ya?" Suara Minju begitu bergetar. Tanpa sadar Tzuyu meneteskan air matanya.

"J-jangan," Ucap Tzuyu. Entah Minju mendengarnya atau tidak. Ia tidak tahu. Tapi percayalah, ia menyayangi Minju.

"Berubah Ju. Kakak gak suka perilaku kamu," Ucap Tzuyu. Ia mengucapkan banyak hal tanpa tahu orang yang ia ajak bicara sudah tak sadarkan diri di lantai.



















Tbc

𝕭𝖆𝖉𝖌𝖎𝖗𝖑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang