Galaksi Titan Supernova

452K 13.3K 1.2K
                                    

Semua orang memiliki kelebihannya masing-masing. Jangan pernah iri, apalagi menuntutnya menjadi orang lain.

***

Terlihat seorang lelaki berseragam putih abu-abu juga mengenakan jaket hitam legam dengan lambang sayap burung di punggungnya, sedang menghembuskan asap putih yang berasal dari sebatang rokok. Kakinya dinaikkan ke atas meja dan tangannya direntangkan hingga menutupi sebagian senderan sofa, perilakunya melebihi kata tidak sopan dalam kamus adat.

"Galaksi! Yang sopan kamu!" teguran bernada tinggi itu berasal dari seorang lelaki paruh baya yang duduk di hadapannya.

Titan melirik lelaki di hadapannya. "Kenapa? Masalah?"

"Turunkan kaki kamu!" Suara berat itu lagi-lagi mengintrupsi.

Titan berdecak malas menghadapi lelaki dihadapannya itu. Tak mau ambil pusing ia kemudian menurunkan kakinya dari atas meja.

"Cepet ngomongnya! Nggak usah pake basa-basi!"

Lelaki di hadapannya menghembuskan napas berat, mencoba untuk tetap bersabar menghadapi perlakuan kurang ajar dari Titan.

Ia kemudian menyodorkan amplop putih ke atas meja.

"Sudah sepuluh surat peringatan yang papa terima dalam sebulan," ucap Adipati --papa Titan-- datar. Ia mencoba menahan amarahnya.

"Sebenarnya kamu ini niat sekolah atau tidak? Kamu pikir sekolah itu punya nenek moyang kamu?"

Titan hanya diam tidak merespon, di tangannya masih terpajang sebatang rokok yang sedari tadi ia hisap tanpa henti.

"Galaksi! Dengerin papa bicara!" bentak lelaki paruh baya itu.

Titan berdecak. "Bukannya itu emang sekolah milik saya? Jadi, saya bebas melakukan apapun," jawab Titan enteng.

Adipati geleng-geleng mendengar jawaban ajaib putra sulungnya itu. Sangat diluar dugaan.

"Tapi, sekolah itu juga punya peraturan dan kamu harus mematuhinya. Apalagi sekarang kamu sudah kelas dua belas, sebentar lagi kamu lulus. Jangan sampai kamu lulus dari sekolah dengan predikat yang buruk."

"Peraturan itu ada untuk dilanggar. Jadi, saya hidup untuk diri saya sendiri. I don't care about you! And you dont have the right to set me up!" ucap Titan menohok.

Adipati kembali mengelus dadanya sabar, tak mengerti lagi dengan kelakuan putranya yang satu ini.

"Papa minta kamu perbaiki diri kamu karena sebentar lagi kamu akan lulus. Papa harap kamu lulus dengan nilai yang bagus dan memuaskan."

"Satu lagi, papa juga mau kamu keluar dari geng tidak jelas itu! Semua sikap buruk kamu ini pasti nular dari mereka."

Tangan Titan mengepal kuat saat Adipati menyebut Rajawali-nya sebagai geng 'tidak jelas'. Baginya, menghina Rajawali, sama saja menginjak-injak harga dirinya sebagai pimpinan geng tersebut. Lalu, siapa yang bisa terima jika harga dirinya diinjak-injak.

Ia mematikan putung rokoknya yang masih tersisa setengah, kemudian membuangnya ke sembarang tempat. Titan menatap Adipati dengan nyalang, menyiratkan kemarahan yang memuncak.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang