Memang dasarnya semua manusia tidak bisa menyembunyikan apa-apa.
***
Titan tak lagi bisa menahan amarahnya. Mungkin batasannya tidak sekuat para ulama-ulama atau mungkin karena ini menyangkut miliknya. Sekali lagi, MILIKNYA.
"Berani-beraninya lo!"
Bahkan saat Rasi meneriakinya, Titan sudah tidak peduli lagi. Bahkan jika seluruh dunia memintanya berhenti, mungkin dunia pun akan kesal karena permintaannya tidak ia turuti.
Tak lepas dari meja cafe yang telah ia pecahkan--padahal ia tidak mempunyai ilmu tenaga dalam--Titan tidak henti-hentinya menempatkan tangan besinya ke wajah Goldan. Bahkan perlawanan dari Goldan pun tak bisa membuatnya berhenti--atau bahkan tidak sama sekali menyentuhnya.
"KAK TITAN!" Rasi berteriak hingga suaranya hampir habis. Namun sayangnya, mungkin Titan sama sekali tidak menghargai suaranya yang kini telah terbuang sia-sia.
Para pegawai bahkan pengunjung cafe sudah membantu memegangi antara keduanya. Tak luput juga memegangi ponsel mereka masing-masing untuk mengabadikan moment tersebut.
Titan masih tidak bisa menghentikan aksinya bahkan ketika ia melihat Goldan sudah tidak sanggup melawannya lagi. Jika bisa digambarkan, mungkin kondisi Goldan sekarang mirip dengan orang-orang yang terkena tabrak lari di pinggir jalan sebab banyak luka di wajahnya yang membuat wajahnya berubah drastis.
"Udah, Kak. Udah!" Rasi tanpa sadar meneteskan air mata saat melihat kondisi Goldan yang kini tidak sadarkan diri dengan luka lebam di sekujur tubuhnya akibat kekasihnya.
Titan melepaskan cengkraman para pegawai cafe yang memegang lengannya lalu dengan cepat berlari merengkuh Rasi dalam pelukannya. Sungguh, sama sekali ia tidak berniat membuat Rasi menangis.
"Kenapa? Kenapa Kak Titan begini?" tanya Rasi sambil menangis sesegukan di pelukan Titan. Tangannya bergerak memukul punggung cowok itu kencang melihat Goldan yang sekarang sudah digotong oleh para pengunjung cafe untuk dibawa ke rumah sakit.
Titan mengelus punggung Rasi sayang, berusaha menenangkan Rasi yang mungkin syok dengan kejadian barusan. Sungguh ia menyesal karena emosi sialannya itu membuat Rasi menangis seperti ini. "Maaf, gue nggak bermaksud."
Rasi mengurai pelukan Titan kemudian menghapus air matanya kasar. "Aku harus mastiin keadaan Goldan!"
Titan mencekal pergelangan tangan Rasi saat gadis itu baru ingin melangkah pergi. Ia menggeleng lemah. "Jangan. Jangan tinggalin gue."
"Tapi--"
"Please. Kali ini aja," ucap Titan lirih.
Pada akhirnya tetap Rasi yang akan kalah, sorot terluka dari retina itu membuat Rasi lemah. Ia mengangguk kemudian membawa Titan keluar dari cafe tersebut.
Langkah Rasi terhenti saat mereka berdua sudah sampai di depan motor Titan. Tak ada yang saling berbicara selama mereka berjalan keluar cafe. Hanya ada suara kendaraan dari jalan raya yang menghiasi udara di sekitar mereka.
Rasi menatap Titan lekat sementara Titan hanya menunduk bersalah.
"Kenapa Kak Titan mukulin Goldan?" tanya Rasi sangsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...