Tuhan mendatangkanmu dia untuk mengetahui, seberapa besar perjuanganmu untuk mencapai apa yang kamu inginkan.
***
Tidak dapat didefinisikan lagi bagaimana raut wajah Titan sekarang. Antara kesal, marah, cemburu, dan ingin membuat wajah Slamet lebih babak belur ia juga tidak tahu. Yang pasti sekarang tangannya sudah gatal untuk menonjok apapun yang ada di depannya.
"Aww! Pelan-pelan, Ras. Santai aja."
Rasi mengangguk patuh kembali mencelupkan handuk basah kemudian mengusapkannya perlahan pada lebam yang ada di pipi Slamet.
Sementara itu wajah Titan semakin masam. Raut tidak suka sangat ketara di lekuk wajahnya. Kenapa juga Rasi yang harus mengobati slamet. Dan kenapa juga dirinya harus marah saat Slamet diobati oleh Rasi.
Titan memalingkan wajah enggan menatap keduanya memilih untuk mengaktifkan ponsel dan memainkan game online di sana.
"Lo nggak takut digorok Titan?" ujar Surya pelan supaya tidak terdengar oleh Titan.
Slamet meringis mendengar perkataan Surya. Sebenarnya dari tadi ia sudah merasakan hawa tidak enak berterbangan di sekitarnya. Apalagi saat mencuri pandang ke arah Titan, cowok itu sedang menatap seolah hari ini adalah hari terakhirnya. Dan Slamet tau pasti apa penyebab semua itu.
Namun mau bagaimana lagi, jarang-jarang dirinya dapat menggoda ketua Rajawali yang notabenenya ditakuti seluruh sekolah. Jiwa-jiwa keisengannya menguar begitu saja.
"Sekali-kali gue ngerjain si bos oke kali," jawab Slamet sambil tersenyum miring.
"Udah selesai, Kak." Rasi sudah meletakkan plester terakhir di wajah Slamet begitupun perban di bagian tangan lelaki itu.
"Thanks, Ras. Lo baik banget, nggak heran Titan nggak rela lo deket sama orang lain," ujar Slamet kemudian tertawa kecil.
Rasi mengerjap untuk beberapa saat berusaha mencerna apa yang dikatakan kakak kelasnya itu. "Maksudnya apa, Kak?"
"Nanti juga lo paham. Udah sana samperin Titan. Kayaknya dia juga kena pukul tadi, coba lo obatin juga."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Slamet pergi dari hadapan Rasi membuat gadis itu mengerjap untuk beberapa saat.
Rasi melangkah mendekati Titan dengan membawa baskom berisi air hangat beserta handuk kecil berwarna merah muda.
Melihat Titan yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Rasi menjadi sedikit ragu untuk mendekatinya. Namun apalah arti keraguan jika luka lebam di wajah Titan membuatnya juga ikut merasakan sakit yang sama.
Rasi mendudukkan dirinya tepat di samping Titan, mengusap wajah lelaki itu lembut membuat Titan mau tak mau terkejut.
"Lukanya diobatin dulu, Kak."
Masih diam bergeming, Titan tidak mengeluarkan suara. Kini matanya sepenuhnya bekerja, menatap gadis yang ada di hadapannya lekat seakan jika berkedip sekali saja maka gadis itu akan hilang.
"Kak Titan?" Rasi melambaikan tangannya di depan wajah Titan.
Beberapa saat kemudian Titan tersadar dan berdehem untuk menetralkan degup jantungnya yang mulai menggila. Sial!
Titan kembali fokus pada ponselnya, memalingkan wajah agar Rasi tidak mengetahui bahwa sekarang dirinya merasa gugup.
"Obatin cepet."
Rasi sedikit terkejut medengar nada ketus Titan namun tangannya tetap bergerak untuk mengobati luka lebam yang ada di wajah Titan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...