Waktu yang tak pernah tau kalau aku masih menginginkanmu.
***
Rasi duduk di bangku panjang Marli dengan tatapan kosong. Lukanya masih belum ia sentuh. Mungkin sekarang darah itu sudah mengering bersamaan dengan air matanya.
Tak ada yang berani mendekati cewek itu. Karena dari jauh, bahkan barang sedetik pun tatapan Titan seolah tidak pernah beralih dari gadis yang kini sedang menatap langit malam itu.
Rasi menghembuskan napas untuk yang kesekian kalinya. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba membuatnya bahkan tidak bisa mengingat semuanya secara detail. Atau lebih tepatnya, ia sama sekali tidak mau mengingat apapun dari kejadian yang beberapa waktu lalu baru ia alami.
Rasi mengusap luka di pipinya samar, rasanya memang perih namun tak sebanding saat ia melempar lirik pada wajah Titan yang sudah seperti kain dengan corak ungu di sekitarnya. Rasi tau, Titan selalu melindunginya bahkan jika harus mempertaruhkan keselamatannya sendiri.
Semakin terasa nyeri di hati Rasi. Sebelum akhirnya ia dikejutkan dengan tepukan seseorang pada pundaknya. "Obatin dulu luka lo, nih." Rasi menoleh ke arah Rigel. Menatap kotak P3K yang disodorkan oleh cowok itu.
"Kalian berdua itu emang gengsian banget," ucap Rigel kemudian duduk di samping Rasi. Tak ayal membuat Rasi sedikit tidak nyaman karena tampang Rigel memang sedikit sangar.
"Cepetan obatin. Atau mau gue obatin?" tanya Rigel menggoda namun cepat-cepat ia terbungkam begitu melihat Titan kini berada di hadapannya.
Sejak kapan cowok itu berpindah tempat?
"Jangan. Ganggu. Cewek. Gue!" Penuh penekanan Titan berujar, tangannya terlipat di depan dada dengan kilat tajam menandakan ia sama sekali tidak mengharapkan kehadiran Rigel atau siapapun di dekat Rasi saat ini--selain dirinya.
Rigel tersenyum simpul. Kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas. "Ampun, Tan. Gue cuma ngasih cewek lo kotak obat," ujar Rigel seraya mengarahkan pandangannya pada kotak obat di samping tubuh Rasi. Menandakan kalau cowok itu tidak berbohong.
"Sekarang gantian tugas lo selanjutnya." Rigel menahan ucapannya kemudian melangkah mendekat ke arah telinga Titan. "Obatin luka dia," sambungnya kemudian berlalu meninggalkan Titan.
Suasana canggung menyelimuti Titan dan Rasi. Bergerak untuk duduk di samping Rasi, Titan bahkan sama sekali tidak berniat membuka obrolan. Ia tak tahu harus darimana memulai. Semua terasa membingungkan baginya.
Sementara itu Rasi semakin mempererat remasan tangannya pada kaus yang saat ini ia pakai. Menghembuskan napas berat, Rasi mulai membuka kotak obat yang tadi sudah diberikan Rigel sembari mencuri lirik pada Titan.
Tangannya bergerak mengoleskan obat luka pada kapas putih, menempelkan benda itu pada kulit mantan kekasihnya itu. Bahkan detak jantungnya kini seperti dentuman musik yang sangat keras.
Titan menoleh, merasakan perih pada kulit wajahnya. Bibirnya tidak bisa menahan senyum saat yang ia lihat sekarang Rasi sedang mengobati lukanya.
"Obatin dulu luka kamu, Rasi." Titan menahan tangan Rasi yang kembali ingin mengobatinya. Mengambil satu lagi kapas dan menambahkan obat merah di atasnya untuk kemudian ia tempelkan pada luka-luka gores yang ada di wajah Rasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...