Bagaimana dengan kamu, seseorang yang membuat aku termangu. Namun selalu menganggap aku sebagai semu.
***
Elara dan Aurora secara resmi akan Rasi coret dari daftar teman baik. Bayangkan saja, kedua temannya itu tidak ada yang mau mengantarkannya untuk mengembalikan seragam Titan dan malah sibuk menonton drakor di kelas. Rasi cukup sabar akan hal itu, tapu awas saja kalau mereka berdua meminta contekan pr matematika besok.
Tanpa terasa sudah 15 menit gadis berbandana pink itu berdiri di depan kelas XII MIPA 1. Begitu banyak pasang mata yang mengamatinya di sana. Namun Rasi tak kunjung beranjak atau setidaknya meminta tolong seseorang memanggilkan sosok Titan agar keluar kelas.
Rasi tau Titan ada di kelasnya karena tadi pagi ia sempat berpapasan dengan gerombolan petinggi Rajawali. Lima laki-laki paling tenar seantero SMA Persada yang anehnya Rasi sama sekali tidak bersyukur berurusan dengan mereka.
Sementara di kelasnya, Titan sudah menyadari kehadiran Rasi sejak pertama kali gadis itu menginjakkan kaki di depan kelasnya. Hanya saja Titan terlalu malas untuk beranjak dari posisinya, juga game di ponsenya yang sedikit lagi akan menang.
Slamet tiba-tiba memukul meja keras. Memancing perhatian dari anak-anak kelas. Saat ini mereka jam kosong karena guru-guru sedang rapat kegiatan akhir tahun kelas 12.
"Gue tau lo nyadar, Tan. Sekarang pertayaannya, mau lo sendiri yang nyamperin tu cewek, atau lo butuh perwakilan seperti gue gitu," ujar Slamet.
"Mending gue aja yang keluar. Sekalian kenalan. Lumayan degem baru," sahut Neus yang sudah ancang-ancang berdiri.
"Stop di situ!" Titan menatap Neus tajam. Memasukkan ponsel ke saku seragamnya. Ia sedikit menegakkan tubuhnya, mengintip lewat jendela memastikan Rasi masih di sana.
"Kenapa dia nggak masuk?"
Surya menoleh ke arah Titan. Mengerutkan kening. "Ya takut lah bego! Apalagi tampang lo udah kayak mau makan dia hidup-hidup gitu kemaren."
Slamet mengangguk setuju. "Kalo gue jadi dia sih nggak bakal gue balikin tu seragam lo, Tan. Gue taruh lemari terus gue pajang di kamar. Lumayan kan dapet seragam Titan gratis. Kapan lagi coba."
"Berarti pelet lo udah luntur, Tan. Gak mempan sama dia. Buktinya dia ngembaliin baju lo, bukannya disimpen dimusiumin di kamar," timpal Neus tak mau kalah.
Titan bisa dengan mudah mengabaikan ucapan teman-temannya. Tapi otaknya terus memikirkan gadis yang sedari berdiri di depan kelasnya itu.
"Kalau mau nyamperin mending samperin aja," sahut Rigel yang sepertinya mengerti isi pikiran Titan.
Dan itu jelas membuat Titan teringgun entah untuk alasan apa.
"Siapa bilang gue mau nyamperin dia?!" ujar Titan dengan nada tinggi.
"Kata emak gue, nge-gas itu tanda suka." Slamet menyeletuk.
"Berarti kalau motor di gas. Kita suka sama motor gitu?" tanya Surya.
"Tepat sekali. Seratus buat lo!" ujar Slamet.
Titan menghembuskan napasnya. "Bisa nggak lo diem aja, Met." Cowok itu kemudian bangkit diiringi siulan menggoda dari teman-temannya.
Titan hanya perlu menulikan telingan untuk kemudian berdiri di ambang pintu, dapat ia lihat gadis itu membelakanginya dan belum menyadari kehadirannya. Ia berdecak.
"Ngapain lo?"
Titan melihat tubuh itu menegang sesaat untuk kemudian berbalik.
Di sisi lain, Rasi sudah meneguk ludahnya beberapa kali. Meyakinkan dirinya kalau ia hanya perlu mengembalikan seragam ini dan semua selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...