Apa semua orang di bumi terlahir dengan jiwa kepalsuan?
***
"Lo tau, sekarang ini lo semakin mirip tai, Tan." Slamet menyambut Titan yang baru turun dari panggung. Mengajak lelaki berjaket hitam itu duduk di sofa backstage yang tidak jauh dari sana.
"Lo yang tai!"
Slamet terkekeh. "Fans gue semakin berkurang pesat gara-gara penampilan lo yang bahkan nggak ada apa-apanya dibanding boyband gue."
Slamet mengambil minuman yang ada di dekatnya, menyodorkannya pada Titan yang langsung disambut cepat oleh cowok berjas hitam itu.
Titan menghela napas sebelumnya. "Gue cuma mau buat dia terkesan. Ternyata selama ini dia selalu mikir gue kasar, galak, dan .... nyeremin." Slamet menahan tawanya ketika kata 'nyeremin' tersebut dari mulut Titan. "Dan dengan ini, gue berharap dia sadar kalau gue sebenernya beneran sayang sama dia. Rasi bener-bener udah jadi half of my soul."
Slamet hanya melongo mendengar penjelasan panjang Titan, namun sesaat kemudian tawanya kembali menyembur sempurna bahkan hingga air yang baru saja ia tenggak terlontar mengenai sedikit lutut Titan.
"Anjir! Sejak kapan lo jadi bucin, tolol!" Slamet mendorong pundak Titan kencang---tak siap, Titan menjadi sedikit terhuyung.
"Terserah!" ujar Titan memalingkan wajah. Sepertinya wajahnya memerah malu.
Titan berani bersumpah kalau semua kalimat yang ia ucapkan tadi seolah mengalir dari hatinya tanpa adanya campur tangan dari otak maupun sugesti apapun. Dan tentu jika ia memberi tahu Slamet tentang hal itu, dijamin besok namanya pasti akan berganti.
Galaksi 'bucin' Supernova.
Titan menggelengkan kepalanya. Tak mau membayangkan hal mengerikan itu tepat ketika Slamet menghentikan tawanya, menatap ke arah Titan ejek. "Cie ... cie ... udah jadi kids bucin ...." Slamet menekan-nekan pipi Titan yang sontak ditepis kasar oleh cowok itu.
"Oh iya, Tan. Ini semua lo yang buat?" tanya Slamet, namun sesaat kemudian kepalanya menggeleng. "Maksud gue biayain. Gue sama Bang Igel mah tinggal kerja doang." Slamet menyengir lebar.
"Lo kerja?" Titan menatap Slamet sangsi.
Slamat menoleh. Menatap sengit kepada lelaki bermata hitam legam di sampingnya. "Iya, lah! Lo kira siapa yang ngatur supaya lo bisa tebar pesona tuh di atas panggung?! Dasar lo kabel lupa stopkontak!"
"Oh."
Mendengus. Slamet berusaha sekuat tenaga untuk mencakar wajah Titan yang sekarang dengan santainya tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Bahkan kata 'terimakasih' saja sepertinya terlalu muluk.
"Nyesel gue bantuin lo kalau nggak ada makasih nya sama sekali. Malah gue yang rugi. Fans gue pada kabur."
"Lo punya fans?"
Slamet menyemburkan minum yang baru ditegaknya lagi. Menatap Titan horor. "Gue rasa otak lo emang isinya tai, Tan! Tai semua! Bucin sialan!"
"Met! Gue cariin taunya mojok aja lo berdua di sini." Keduanya menoleh, mendapati Surya di sana. Titan mengerutkan kening saat mendapat sesosok gadis di belakang Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...