11 | Maaf

117K 5.8K 111
                                    

Tidak apa-apa kalau tidak berhasil. Itu tandanya jatah kegagalanmu berkurang satu.

***

Rasi sedang berjalan menuju kelasnya setelah selesai membantu Prince mengurus keperluan menjelang lomba eskul panah. Aneh memang, padahal kan dirinya bukan anak eskul panah tetapi kenapa dirinya yang harus ribet.

Rasi tak ambil pusing itu semua. Ia ikhlas membantu selama itu untuk kebaikan. Ia terus melanjutkan langkahnya karena bel pulang sekolah sebentar lagi akan berbunyi, malah sudah ramai murid yang keluar dari kelasnya.

"Ras."

Titan menghadang jalan Rasi membuat cewek itu mundur selangkah dengan mata membulat.

"Kak Titan?"

Rasi menepuk-nepuk pipinya untuk membuktikan apakah dia mimpi atau tidak hingga seorang Titan sekarang berdiri di hadapannya. Padahal beberapa hari yang lalu cowok ini dengan tega mengusirnya.

"Kak Titan ngapain?" tanya Rasi bingung.

Titan masih menatap Rasi yang sedang menampilkan raut wajah bingung. Satu kata untuknya. Cantik.

"Ikut gue."

Rasi lantas mengerutkan keningnya. Merasa aneh dengan sikap Titan. "Kemana?"

"Ikut aja."

"Aku belum ngambil tas," ujar Rasi memalingkan wajah enggan menatap Titan. Ia jadi teringat peristiwa pengusiran kemarin.

Namun dengan cepat Titan menyerahkan tas berwarna biru pastel ke hadapan Rasi.

"Kak Titan ngambilin ini buat aku?" tanya Rasi. Terkejut dan tak menyangka.

"Banyak tanya. Cepetan!" Titan berbalik dan berjalan mundahului Rasi ke arah parkiran mobil.

"Loh? Kak Titan bawa mobil?" Rasi terkejut karena biasanya yang ia lihat Titan menggunakan motor ninja hitamnya. Tapi kali ini di depannya sudah ada mobil Fortuner hitam.

"Punya Slamet."

Mata Rasi membulat, ternyata dibalik sifat dan kelakuan yang sedikit gila. Kakak kelasnya yang bernama Slamet itu orang kaya.

Rasi tiba di tempat yang sama sekali asing baginya setelah melalui lima belas menit perjalanan awkward bersama Titan. Jelas saja, di dalam mobil ia hanya diam, tidak ada radio, pembicaraan, atau suara lainnya. Seolah tak ada kehidupan saat di dalam mobil tadi.

"Ayo!"

Rasi mengikuti langkah Titan memasuki halaman rumah tua yang terlihat sangat menyeramkan dari luar dengan warna cat pudar dan banyak tanaman liar yang menjalar di sekitarnya menambah kesan angker rumah ini. Bulu kuduk Rasi mulai berdiri. Apa yang akan Titan lakukan di sini?

"Masuk." Titan membuka pintu kemudian meminggirkan badannya agar Rasi bisa masuk terlebih dahulu.

Rasi melangkahkan kakinya. Namun, baru langkah pertama ia sudah dibuat terkesima dengan penampakan interior rumah ini.

Sangat jauh berbeda dengan luarnya.

Indah. Satu kata yang menggambarkan isi rumah itu. Banyak bendera negara lain yang tersusun di pojok ruangan, juga beberapa miniatur planet dan pesawat luar angkasa yang terpajang rapih di lemari kaca.

Ya ampun, mata Rasi tak bisa berkedip mengagumi rumah ini.

"Ini rumah siapa, kak?" tanya Rasi dengan pandangan yang tidak lepas dari pajangan dinding yang berupa langit luar angkasa.

"Gue," jawab Titan singkat.

"Kak Titan kerja dimana? Kok bisa beli barang-barang kayak gini?" Rasi mengambil salah satu miniatur astronot dari atas meja.

TITAN: What's The Beginning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang