Ada cara lain mengungkapkan kesedihan selain dengan tangisan. Salah satunya, tersenyum.
***
"Kak, aku ada janji sama orang lain." Rasi mulai berbicara begitu Titan menghentikan motornya di cafe dekat sekolah.
Sebenarnya Rasi juga tidak tahu menahu tentang alasan Titan mengajaknya pergi ke tempat itu. Yang dapat ia tangkap hanyalah sikap pemaksaan Titan padanya yang berlebihan yang membuatnya kesal setengah mati.
"Siapa?"
"Teman ... bukan, lebih tepatnya anak murid aku."
Titan menaikkan sebelah alisnya sambil kakinya ia gerakkan perlahan menuju area dalam cafe. Rasi yang mengikuti di belakangnya hanya bisa cemberut sambil mendumel di dalam hati sampai tiba-tiba langkah Titan terhenti di sebuah tempat duduk yang terletak pas di pojok cafe.
"Kak! Gimana sama janji aku? Kenapa dari tadi malah diem?" Rasi mulai meninggikan suaranya tepat setelah ia mendudukkan pantatnya di atas kursi.
"Suruh kesini."
Rasi mendengus mendengar jawaban singkat Titan. Ia menggembungkan pipinya memilih untuk mengeluarkan ponsel dan mengetikkan pesan di ruang obrolannya dengan Goldan.
Rasi Almathea
Dan, maaf yah. Kamu bisa dateng ke Cafe Biru gak? Aku ada di sana juga.
Goldan RS: Oke. 5 menit gue sampe.
Rasi sebenarnya merasa tidak enak. Karena memang sebenarnya ia memiliki janji dengan Goldan bukan dengan Titan.
"Gue pesen tiga makanan buat temen lo," ujar Titan dengan pandangan yang tidak lepas dari Rasi.
Titan sendiri memang tidak tau apa tujuannya mengajak Rasi ke cafe ini. Ia hanya merasa ada sesuatu yang perlu dijelaskan ke Rasi namun ia juga tidak tau apa yang ingin ia jelaskan.
Pikirannya buyar seketika melihat wajah cemberut Rasi. Jarang ia melihat wajah cewek itu tertekuk seperti tadi. Biasanya Rasi selalu tersenyum kepada siapapun.
"Lo kenapa?"
"Huh?"
"Kenapa cemberut terus?"
Gerakan yang selanjutnya Titan lakukan sontak membuat tubuh Rasi menegang. Bayangkan saja, Titan mengusap pipinya lembut seakan Rasi adalah barang kaca yang mudah pecah.
Sungguh, Rasi merasa waktu berhenti saat itu juga.
Berbeda dengan apa yang Rasi alami, saat ini perasaan Titan malah semakin menggebu-gebu. Jantungnya berdetak cepat dan tiba-tiba saja di pelipisnya mengeluarkan keringat padahal ruangan cafe sudah berpendingin.
"A--aku ng--nggak papa, Kak." Rasi tersenyum kikuk kemudian mengalihkan pandangannya enggan menatap Titan. Ia tau pasti pipinya sudah merah sekarang.
"Gue ke toilet dulu," ucap Titan cepat kemudian segera beranjak dari tempat duduknya.
Seiring dengan kepergian Titan, ponsel Rasi bergetar menandakan pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITAN: What's The Beginning ✔
Teen Fiction[TAHAP REVISI] Galaksi Titan Supernova. Si galak dan dingin dari Rajawali. Bertemu dengan Rasi Almathea, anggota eskul dance SMA Persada. Pertemuan yang tak disangka-sangka yang membawa mereka dalam sebuah kisah. Pertanyaannya adalah bagaimana kisah...